Liputan6.com, Bogor - Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam.
Soal kopi, Indonesia menawarkan kekayaan rasa dan aroma yang unik dengan beragam jenis biji kopi yang tumbuh di berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua. Dengan kelebihan tersebut, kopi Indonesia memiliki nilai ekspor tinggi.
Baca Juga
Potensi ini juga dimiliki oleh Kebun Kopi Cikoneng di Desa Tugu Utara, Bogor. Sayangnya, selama ini produktivitas kopi Arabika yang ditanam di kebun tersebut belum optimal. Pasalnya, para petani yang seluruhnya adalah karyawan perkebunan teh belum sepenuhnya memiliki pengetahuan soal budidaya kopi.
Advertisement
Melihat hal tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui payung Bakti BCA berupaya melakukan revitalisasi Kebun Kopi Cikoneng. Tujuannya, meningkatkan produktivitas kebun kopi hingga 120 persen.
Dalam revitalisasi ini, para petani didorong untuk menggunakan pupuk organik agar ramah lingkungan dan hemat. Pupuk yang digunakan disebut pupuk organik Doami. Ini adalah pupuk organik yang terdiri dari 100 persen bahan-bahan alami.
Pupuk diproses melalui fermentasi menggunakan mikroorganisme secara natural. Dan terdiri dari tiga jenis produk yaitu Pupuk Organik Padat Tanah, Pupuk Organik Cair Tanah, dan Pupuk Organik Cair Daun.
Menurut peneliti pupuk organik Doami, Profesor Muslimin Madjid, pupuk ini dapat menghemat penggunaan pupuk yang biasanya 15 kg menjadi 1 kg saja.
Penelitian Dua Tahun untuk Temukan Pupuk Organik Hemat dan Ramah Lingkungan
Peneliti yang akrab disapa Prof. Muslim mengatakan, penelitian untuk menghemat dari 15 menjadi 1 kg dilakukan dalam dua tahun.
Selama dua tahun itu, Muslim terus berinovasi dan melakukan berbagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Dan sekarang sebenarnya saya menuju hanya 500 gram saja,” kata Muslim saat ditemui di Kebun Kopi Cikoneng, Bogor, Senin, 10 Juni 2024.
Dia menegaskan, bahannya organik dan tak ada sedikit pun sentuhan kimia.
“Organik, saya enggak mau menyentuh kimia. Petani kita tidak butuh bahan kimia sebetulnya, organik cukup. Dari kotoran sapi dan tanaman apa saja, semua bisa ada ukurannya dan ada proses fermentasinya,” jelas Muslim kepada Health Liputan6.com.
Advertisement
Sederhana dan Murah
Muslim juga menjelaskan, pembuatan pupuk organik terbilang sederhana dan sangat murah. Biaya penggunaan pupuk organik per pohon per tahun kurang lebih Rp8.000.
Dia pun bercerita, di rumahnya ada sebuah lab yang digunakan untuk meneliti pupuk organik. Setiap hari usai bangun tidur atau selepas subuh ia langsung bekerja di lab tersebut. Nama Doami sendiri diambil dari kata Doa Umi atau doa ibu.
Sejauh ini, produksinya belum massal seluruh Indonesia. Pasalnya, mengubah perilaku masyarakat untuk beralih ke pupuk organik tidaklah mudah.
“Belum (produksi massal seluruh Indonesia) karena mengubah perilaku masyarakat tidak gampang.”
Prinsip Pupuk Organik
Secara garis besar, Muslim mengatakan bahwa pupuknya terbuat dari kotoran sapi, dedaunan, dan batang-batangan. Namun, pada prinsipnya, semua bahan organik bisa menjadi pupuk organik.
“Semua bahan organik bisa jadi pupuk, tapi ada lagi persyaratannya, polifenolnya harus rendah, taninnya rendah, nutrisi tinggi, dan tersedia banyak, itu prinsip organik,” jelas Muslim.
“Buat apa nutrisinya banyak tapi tidak tersedia, harus tersedia secara in situ (di ekosistem aslinya) sehingga mudah didapat,” imbuhnya.
Dengan penggunaan pupuk organik dalam revitalisasi Kebun Kopi Cikoneng, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn berharap produksi kopi semakin meningkat. Ketika produksi meningkat, maka perekonomian petani pun turut mengalami perbaikan.
“Upaya ini diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian lokal dan nasional. Selaras dengan komitmen BCA sebagai perbankan nasional yang berkomitmen memberikan manfaat nyata kepada masyarakat melalui inisiatif Bakti BCA.”
“Inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan keberlanjutan lingkungan," kata Hera.
Advertisement