Liputan6.com, Jakarta - Sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah menjadi waktu yang dianjurkan untuk menjalankan puasa sunnah.
Pasalnya, bulan ini tergolong dalam bulan yang mulia karena masuk di antara empat bulan haram atau asyhurul hurum, selain Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab.
Baca Juga
Timbul tanya, apakah puasa Dzulhijjah dianjurkan pula untuk orang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan. Lalu, apakah puasa qadha Ramadhan boleh disatukan dengan puasa Dzulhijjah?
Advertisement
Melansir NU Online, orang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan dianjurkan untuk segera membayar atau meng-qadha utang puasanya. Mengutip pandangan Al-Khatib Al-Syarbini orang yang mengqadha puasa tidak mendapatkan keutamaan puasa sunnah di bulan tersebut.
Meski demikian, orang tersebut masih dianggap mengamalkan puasa sunah, tetapi tidak mendapatkan pahala sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Sementara, bagi orang yang berutang puasa bukan karena uzur yang dibolehkan syariat, mereka tidak boleh menunaikan ibadah puasa sunnah Dzulhijjah sebelum meng-qadha puasa Ramadhan.
Orang yang dimaksud di sini adalah orang yang memang sengaja tidak berpuasa tanpa alasan yang dibolehkan syariat. Alasan yang dibolehkan syariat adalah karena perjalanan jauh, sakit, atau sudah usia senja.
“Orang demikian ini harus meng-qadha utang-utang puasanya lebih dahulu. Sementara itu, orang yang tidak berpuasa karena uzur syariat makruh untuk menunaikan puasa sunah sebelum menuntaskan qadha puasanya,” sebagaimana disampaikan Al-Mahamili dan Al-Jurjani yang dikutip oleh Syamsuddin Ar-Ramli dalam kitabnya, Nihayatul Muhtaj melansir NU Online, Selasa (11/6/2024).
Bagaimana Niat Puasa Qadha Ramadhan di Bulan Dzulhijjah?
Bagi orang yang hendak melaksanakan qadha puasa Ramadhan di bulan Dzulhijah, berikut adalah lafal niatnya. Niat qadha puasa Ramadhan dapat dilakukan dari malam hari.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."
Untuk diketahui, bahwa sehari puasa di antara tanggal 1 hingga tanggal 9 Dzulhijjah diganjar sama dengan puasa selama setahun penuh. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar,” (HR At-Trmidzi).
Advertisement
Bagaimana Niat Puasa Dzulhijjah?
Seperti puasa lainnya, puasa Dzulhijjah juga perlu diawali dengan niat. Melansir NU Online, niat puasa Dzulhijjah yakni:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Niat puasa ini dibaca untuk tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah. Sementara, di hari ke-8 atau disebut hari Tarwiyyah, bacaan niatnya berbeda, yakni:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Di hari ke-9 Dzulhijjah atau hari Arafah, niat puasa kembali berbeda yakni:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Sedangkan di tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa lantaran ini adalah hari raya Idul Adha. Di mana umat Muslim dianjurkan menjalankan shalat id dan berkurban.
Kapan Waktu Membaca Niat Puasa Dzulhijjah?
Niat puasa Dzulhijjah dapat dibaca dari selepas maghrib hingga menjelang terbit fajar.
Namun, jika pada malam tersebut terlewat atau lupa belum membaca niat, maka boleh membacanya hingga sebelum waktu Dzuhur.
“Hal ini boleh dilakukan dengan syarat belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, ataupun bersetubuh,” mengutip NU Online.
Advertisement