Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit Martir Al-Aqsa kewalahan menangani banyaknya pasien korban serangan Israel. Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat telah menewaskan 210 warga Palestina dan melukai lebih dari 400 orang.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa pada hari Sabtu kemarin banyak korban tewas dan terluka yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita.
Baca Juga
“Puluhan orang yang terluka tergeletak, dan tim medis berusaha menyelamatkan mereka dengan kemampuan medis dasar yang mereka miliki,” katanya.
Advertisement
Lebih lanjut Kementerian Kesehatan di Gaza menambahkan bahwa negara tersebut kekurangan obat-obatan dan makanan, serta generator utamanya telah berhenti berfungsi karena kekurangan bahan bakar.
Dilansir dari Al Jazeera pada Rabu, 12 Juni 2024, Juru Bicara Kementerian Kesehatan sebelumnya mengatakan bahwa masih banyak mayat dan orang terluka yang masih berada di jalanan.
Hind Khoudary dari Al Jazeera melaporkan melalui panggilan telepon dari dalam rumah sakit yang kewalahan bahwa situasinya sangat tegang. Banyak orang ketakutan di jalanan yang tidak tahu harus berlindung di mana.
“Ada ledakan setiap menitnya. Ambulans terus-menerus membawa korban luka ke rumah sakit yang sudah penuh sesak. Keadaan di dalam rumah sakit benar-benar kacau. Banyak anak-anak di antara korban luka,” ungkapnya.
Tanya Haj-Hassan, seorang dokter perawatan intensif anak dari Doctors Without Borders (MSF), menggambarkan Rumah Sakit Al-Aqsa sebagai "tempat pertumpahan darah total" dan menambahkan bahwa rumah sakit tersebut tampak "seperti rumah jagal."
Serangan dahsyat ini terjadi ketika pasukan Israel melakukan operasi di Nuseirat untuk membebaskan empat tawanan Israel. Dalam operasi tersebut, satu tawanan Israel tewas.
Rumah Sakit Martir Al-Aqsa Jadi Satu-satunya Fasilitas Medis yang Berfungsi di Jalur Gaza Tengah
Sistem layanan kesehatan di Gaza yang sudah sulit mendapat pukulan lain akibat serangan Israel baru-baru ini terhadap kamp pengungsi Nuseirat.
Menurut laman CGTN, serangan Israel di kamp yang penuh sesak itu menewaskan sedikitnya 274 orang dan melukai hampir 700 lainnya.
Rumah Sakit Martir Al-Aqsa adalah satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi di Jalur Gaza tengah, dengan hanya satu generator yang berfungsi.
Rumah sakit tidak bisa mendapatkan genset baru atau suku cadang untuk perbaikan karena terus ditutupnya jalur perlintasan darat. Para korban dibiarkan tergeletak di lantai setelah dirawat sebentar karena rumah sakit telah melebihi kapasitas maksimalnya.
“Kami mendesak semua negara, komunitas internasional, dan organisasi internasional untuk segera melakukan intervensi dan menyelamatkan sistem layanan kesehatan Gaza, karena sebagian besar rumah sakit di Gaza sudah berhenti berfungsi,” kata Khalil Al-Dakra, juru bicara Rumah Sakit Martir Al-Aqsa.
Advertisement
Desakan soal Perdamaian di Gaza, Indonesia Bahas 3 Poin Penting
Di tengah situasi kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza, digelar Pertemuan Luar Biasa D-8 pada Sabtu 8 Juni 2024 di Istanbul, Turki. Didasari pemikiran bahwa D-8 harus memperkuat kerja OKI untuk Palestina.
Adapun anggota D-8 adalah Indonesia, Turki, Malaysia, Mesir, Pakistan, Bangladesh dan Nigeria.
Pertemuan Luar Biasa Dewan Menteri Luar Negeri Negara-negara Developing-8 atau D-8 kali ini khusus membahas mengenai perkembangan situasi di Gaza.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia kembali menyampaikan desakan soal perdamaian di Gaza melalui tiga poin penting.
"Pertama, saya tekankan pentingnya kesatuan di antara negara-negara anggota D-8. Kesatuan ini sangat penting artinya agar kerja D-8 untuk membantu Palestina dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal," ujar Menlu Retno Marsudi seperti tertuang dalam keterangan tertulisnya, yang diterima Minggu (9/6/2024).
Kedua, sambung Menlu Retno, perdamaian abadi tentunya merupakan tujuan utama dan tujuan jangka panjang.
"Perdamaian tidak akan dapat terwujud jika tidak terjadi gencatan senjata. Di sinilah kembali isu gencatan senjata permanen ditekankan oleh semuanya, termasuk Indonesia," tuturnya lagi.
"Ketiga, sebelum tercapainya gencatan senjata, terdapat beberapa hal yang harus terus dilakukan untuk membantu Palestina," imbuhnya.