Sukses

Kasus Flu Burung pada Manusia di India, WHO: Pasien Sempat Alami Gejala Gangguan Napas

Begini kronologi penemuan kasus flu burung pada manusia di India menurut laporan WHO.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus infeksi virus avian influenza atau flu burung pada manusia di India.

Kasus ini terdeteksi pada seorang anak yang tinggal di negara bagian Benggala Barat di India dan dilaporkan ke WHO pada 22 Mei 2024.

Menurut badan tersebut, ini adalah infeksi flu burung A (H9N2) pada manusia yang kedua, yang diberitahukan kepada WHO dari India. Sementara, kasus pertama terjadi pada tahun 2019.

Anak tersebut telah pulih dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Menurut International Health Regulations (IHR), infeksi pada manusia yang disebabkan oleh virus subtipe novel influenza A harus diberitahukan kepada WHO. Pasalnya, ini merupakan peristiwa yang berpotensi menimbulkan dampak kesehatan masyarakat yang tinggi.

Sebagian besar kasus infeksi virus avian influenza A (H9N2) pada manusia terjadi melalui kontak dengan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi. Infeksi pada manusia cenderung mengakibatkan penyakit klinis ringan.

Berdasarkan informasi yang tersedia, kasus sporadis pada manusia dapat terjadi lebih lanjut karena virus ini merupakan salah satu virus flu burung yang paling umum beredar pada unggas di berbagai wilayah. Dengan bukti yang tersedia saat ini, WHO menilai risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh virus ini masih terbilang rendah. Namun, penilaian risiko akan ditinjau kembali jika informasi epidemiologi atau virologi lebih lanjut tersedia.

2 dari 4 halaman

Pasien Anak Sempat Alami Gangguan Napas

Pada 22 Mei 2024, WHO menerima pemberitahuan dari IHR dan National Focal Point (NFP) mengenai kasus infeksi virus avian influenza A (H9N2) pada manusia di negara bagian Benggala Barat, India.

Pasien adalah seorang anak berusia 4 tahun yang tinggal di negara bagian Benggala Barat. Kasus yang sebelumnya didiagnosis penyakit saluran napas hiperreaktif ini awalnya dibawa ke dokter. Saat itu, anak mengeluh demam dan nyeri perut pada 26 Januari 2024.

Pada 29 Januari, pasien mengalami kejang dan dibawa ke dokter anak yang sama. Pada tanggal 1 Februari, pasien dirawat di unit perawatan intensif anak (ICU) di rumah sakit setempat. Ia mengalami gangguan pernapasan parah yang terus berlanjut, demam tinggi berulang, dan kram perut.

3 dari 4 halaman

Sempat Didiagnosis Bronkiolitis

Melihat gejala yang ada, pasien sempat didiagnosis mengidap bronkiolitis pasca infeksi yang disebabkan oleh virus pneumonia.

Pada 2 Februari, pasien tersebut dinyatakan positif mengidap influenza B dan adenovirus di Laboratorium Penelitian dan Diagnostik Virus di rumah sakit pemerintah setempat. Pasien keluar dari rumah sakit pada 28 Februari 2024.

Pada tanggal 3 Maret, karena gangguan pernapasan parah yang kambuh lagi, ia dirujuk ke rumah sakit pemerintah lain dan dirawat di ICU anak dan diintubasi.

Pada 5 Maret, tes usap nasofaring dikirim ke Laboratorium Penelitian dan Diagnostik Virus Kolkata dan dinyatakan positif mengidap influenza A dan rhinovirus.

Sampel yang sama dikirim ke Pusat Influenza Nasional di Institut Virologi Nasional di Pune untuk dilakukan subtipe.

4 dari 4 halaman

Sempat Terpapar Unggas di Sekitar Rumah

Pada 26 April, sampel tersebut disubtipe sebagai influenza A (H9N2) melalui reaksi berantai polimerase realtime.

Pada 1 Mei, pasien dipulangkan dari rumah sakit dengan dukungan oksigen. Informasi mengenai status vaksinasi dan rincian pengobatan antivirus tidak tersedia pada saat pelaporan.

Pasien dilaporkan pernah terpapar unggas di rumah dan di sekitarnya. Tidak ada orang yang diketahui melaporkan gejala penyakit pernapasan di keluarga, lingkungan sekitar, atau di antara petugas kesehatan di fasilitas kesehatan yang menangani kasus tersebut pada saat pelaporan.

Ini adalah infeksi virus avian influenza A (H9N2) pada manusia yang kedua yang diberitahukan kepada WHO dari India.