Liputan6.com, Jakarta Istilah 'ganti lutut’ bagi sebagian orang dinilai mengerikan. Berbagai mitos mengalahkan fakta terkait efek samping dari operasi ini, masih menjadi sesuatu yang menakutkan. Secara medis, prosedur ini adalah jalan keluar untuk orang dengan nyeri lutut dan pengapuran.
‘Ganti lutut’ atau operasi total knee replacement (TKR) sebenarnya dilakukan bagi pasien yang menderita nyeri lutut. Salah satu gejala khas orang dengan masalah lutut adalah bila bergerak akan semakin sakit. Begitu sebaliknya, tidak bergerak dalam kondisi diam, tidak akan sakit.
Baca Juga
“Operasi ganti lutut itu orang-orang banyak takutnya, mitosnya jadi enggak bisa jalan, jalan jadi susah. Itu mitos. Tapi semenjak operasi itu ditanggung BPJS Kesehatan, orang-orang jadi mau datang ke rumah sakit untuk mengobati,” ungkap Konsultan Orthopedi Siloam Hospitals Lippo Village, Dr. dr. John C.P. Butarbutar, SpOT (K), Kamis (19/6/2024).
Advertisement
Seiring perkembangan teknologi ada operasi penyembuhan nyeri lutut dengan minim resiko. Adalah tindakan medis Unicompartmental Knee Arthroplasty atau UKA. Ini adalah prosedur bedah minimal invasif yang menggantikan hanya bagian yang rusak dari sendi lutut, baik di sisi medial (bagian dalam) maupun lateral (bagian luar).
“Yang diganti itu tulang bagian yang sakitnya saja, satu sisi saja, tidak seluruhnya. Jadi masih dipertahankan ligamennya, ototnya, sehingga pasca-operasi semuanya akan kembali alami,”ungkap John.
Perbedaan Operasi UKA dan TKR
John juga menjelaskan, ada sejumlah perbedaan antara operasi TKR dan UKA. Hal paling mendasar, TKR menggantikan seluruh sendi lutut, sementara operasi UKA hanya menargetkan yang rusak saja.
"Metode Unicompartmental Knee Arthroplasty atau UKA hanya menargetkan area yang bermasalah sehingga memungkinkan pemulihan yang lebih cepat, rasa sakit yang lebih minimal, dan penggunaan obat penghilang rasa sakit yang lebih sedikit", tuturnya.
Bahkan, ada pasien yang bisa sembuh hanya dalam lima sampai tujuh hari. Paling lama selama 17 hari pemulihan. Itu pun, pasien sudah tidak menggunakan tongkat dan bisa berjalan normal.
“UKA pun hanya melapis sisi dalam lutut yang mengalami pengapuran saja, hanya satu sisi. Lalu, masih mempertahankan struktur yang penting, seperti ligament, meniscus, rawan sendi sisi lainnya,” ungkap John.
Sebenarnya, tren UKA ini sudah mulai menyebar di seluruh dunia. Namun di Indonesia baru masuk di beberapa tahun terakhir saja, sebab pasien nyeri lutut ini meningkat selama 10 tahun terakhir.
Advertisement
Pasien Penggunan Metode UKA
Operasi UKA ini bisa diperuntukkan untuk sejumlah pasien yang menderita osteoarthritis atau cedera lutut traumatis dapat menjadi kandidat yang tepat untuk UKA. Bukan hanya diderita oleh orang tua, namun juga generasi milenial yang secara fisik menderita obesitas ataupun metabolic disease
“Sekarang itu makin males gerak, makin berisiko. Ditambah pola makan yang buruk, bisa menjadi risiko nyeri lutut,” katanya.
Ditambah, nyeri lutut itu, lanjut John, sakitnya akan semakin menjadi ketika dibawa aktivitas dan sakitnya hilang ketika berdiam diri. Jika didiamkan, sakitnya akan semakin parah seiring bertambahnya tahun.
“Nanti mulai kakinya berbentuk O, lalu pincang. Itu risiko bila tidak diobati. Terlebih bila faktornya pengapuran, semakin lama didiamkan, pulihnya juga akan semakin lama,”katanya.
Untuk itu, dia meminta agar pasien dengan keluhan sakit pada lututnya, untuk segera ke rumah sakit. diagnosa bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, yakni rontgen saja.