Sukses

Setop Anggap Vape Lebih Aman dari Rokok Konvensional, Dokter: Sama-Sama Picu Masalah Paru

Rokok elektrik tidak lebih aman dari rokok konvensional karena sama-sama mengandung nikotin dan picu masalah paru.

Liputan6.com, Jakarta Vape atau rokok elektrik lebih aman dari rokok konvensional adalah sebuah anggapan yang keliru.

Munculnya kasus-kasus orang sakit gara-gara rokok elektrik semakin memperkuat bukti bahwa vape tidaklah aman untuk digunakan.   

Seperti yang dialami oleh pemuda asal Klaten, paru-parunya kolaps karena konsumsi rokok elektrik dibarengi dengan rokok konvensional. Begitu pula dengan pemuda di Amerika Serikat, ia nyaris meninggal dunia akibat efek rokok elektrik dan harus melakukan transplantasi atau cangkok paru-paru untuk bertahan hidup.

Hal ini dipaparkan pengajar di Departemen Pulmonologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Aditya Wirawan.

Dokter spesialis paru di RSUI itu mengatakan, pendapat bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional memang cukup umum. Salah satunya karena vape dianggap tidak melibatkan proses pembakaran. Sehingga ada asumsi umum yang meluas bahwa konsumsi vape lebih aman daripada rokok konvensional. Namun, Aditya menekankan pentingnya melihat bukti ilmiah yang ada untuk memahami sejauh mana klaim tersebut benar.

“Perbedaan utama antara vape dan rokok konvensional terdapat pada kandungan bahan kimia dan proses pembakaran. Beberapa bahan toksik pada rokok konvensional tidak terdapat pada vape dan beberapa zat toksik pada vape tidak terdapat pada rokok konvensional,” jelas Aditya mengutip laman resmi UI, Jumat (21/6/2024).

“Namun, ini tidak membuat vape aman. Para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang efek kesehatan jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan vape,” sambungnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Saja Masalah Kesehatan yang Bisa Timbul Akibat Rokok Elektrik?

Lebih lanjut Aditya mengatakan, penggunaan vape atau rokok elektrik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, di antaranya:

  • Iritasi saluran napas
  • Bronkitis akut
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
  • E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury (EVALI).

“Waktu yang diperlukan seseorang untuk merasakan efek dari vape bisa bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti sensitivitas individu terhadap nikotin dan seberapa banyak menghirup dari vape,” kata Aditya.

Beberapa efek dapat dirasakan secara cepat setelah menghirup uap dari vape, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek-efek tersebut dapat muncul dalam hitungan detik hingga menit setelah inhalasi.

Beberapa efek yang mungkin dirasakan termasuk peningkatan energi, penenangan, atau sensasi nikotin lainnya, tergantung pada sensitivitas dan toleransi individu terhadap nikotin.

3 dari 4 halaman

Bagaimana Dampak Vape untuk Orang Sekitar?

Selain pengguna, orang di sekitar yang ikut menghirup uap vape atau yang dinamakan dengan secondhand vaping juga ikut terdampak.

Paparan secondhand vaping tidak sama dengan paparan asap perokok pasif dari rokok konvensional. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya yang ada dalam asap rokok konvensional tidak ada dalam vape, apabila ada jumlahnya jauh lebih rendah kurang dari 1 persen.

“Meskipun dampaknya mungkin berbeda dari asap rokok konvensional, paparan aerosol vape tetap memiliki risiko kesehatan.”

Dampak dari paparan asap vape antara lain:

  • Iritasi saluran napas
  • Bronkitis
  • Sesak napas
  • Eksaserbasi asma dan sebagainya.

Paparan secondhand vaping dapat menyebabkan peningkatan risiko masalah kesehatan pernapasan, terutama pada anak-anak dan individu yang sudah memiliki masalah pernapasan.

4 dari 4 halaman

Penggunaan Rokok Elektrik Tingkatkan Laporan Kasus EVALI

Lebih lanjut, Aditya menyampaikan bahwa yang perlu menjadi perhatian adalah meningkatnya pengguna vape dalam beberapa tahun belakangan.

Peningkatan ini diikuti dengan naiknya laporan penyakit paru terkait vaping atau EVALI. Menurut Aditya, hal ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang baru.

“Walaupun vape berbeda kandungan, hal ini bukan alasan untuk dapat menjadi alternatif pengganti rokok konvensional, karena sama-sama mengandung nikotin, bahan karsinogen, dan bahan toksik lainya.”

“Sehingga, menjadi kewajiban seluruh masyarakat untuk memahami dan menyebarluaskan bahwa vaping tidak boleh dianggap lebih aman daripada rokok konvensional,” katanya.

Di samping itu, masih ada bahaya lain yang mungkin terjadi. Dan penelitian masih terus berlangsung untuk menguraikan hubungan antara penggunaan rokok elektrik dengan kerusakan paru-paru ataupun masalah kesehatan lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.