Sukses

Antisipasi Penularan Flu Burung, Hindari Konsumsi Unggas yang Sakit

Masyarakat jangan makan unggas dan mamalia yang sakit untuk mengantisipasi penularan flu burung pada manusia.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), Achmad Farchanny Tri Adryanto mengimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi unggas dan mamalia yang sakit untuk mengantisipasi penularan flu burung pada manusia. 

“Tidak mengonsumsi unggas dan mamalia yang sakit," kata Farchanny.

Selain itu, selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satunya bagi mereka yang sering bersentuhan dengan unggas, ia menyarankan untuk selalu cuci tangan menggunakan sabun setelah berkontak dengan unggas.

"Lalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai pada saat kontak dengan unggas atau hewan mamalia sakit atau mati mendadak,” kata Farchanny dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

Bila ada kematian unggas atau hewan mamalia mendadak dalam jumlah banyak, segera laporkan ke dinas peternakan setempat. Sehingga bisa dicaritahu penyebabnya.

Bagaimana Cara Penularan Penyakit Flu Burung?

Penularan penyakit flu burung pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang sakit karena infeksi H5N1.

Penularan flu burung dapat terjadi di lingkungan, pasar, kandang unggas, halaman, kebun atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja unggas yang terserang flu burung (H5N1).

Penularan juga dapat melalui makanan, yang mana mengolah produk unggas, mengonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1.

2 dari 5 halaman

Apa Gejala Flu Burung pada Manusia?

Gejala klinis flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan flu biasa. Seperti demam lebih dari 38 derajat Celsius, batuk, dan nyeri tenggorokan.

Lalu, dapat ditemukan gejala lain adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Gejala sesak napas menandai kelainan saluran napas bawah yang dapat memburuk dengan cepat.

Bila mengalami gejala tersebut segera ke puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain.

“Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila mengalami gejala sakit suspek flu burung dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko,” kata Farchanny.

3 dari 5 halaman

Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Terakhir 2017

Kasus flu burung di Indonesia pertama kali dilaporkan pada 2005. 

Sejak saat itu hingga tahun 2017, tercatat sebanyak 200 kasus dengan 168 kematian, sehingga angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 84%. Kasus-kasus tersebut tersebar di 15 provinsi dan 59 kabupaten/kota.

“Indonesia melaporkan kasus flu burung terakhir pada 2017 (satu kasus, satu meninggal) di Kabupaten Klungkung, Bali. Hingga kasus terakhir, penularan masih terjadi dari unggas ke manusia,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi.

4 dari 5 halaman

Kasus WHO Tingkat Global

Pada tingkatan dunia, WHO mengatakan kasus flu burung H5N1 pada manusia yang dilaporkan ada dari 23 negara. Berikut datanya dari 2003 hingga 2024:

  • 2003-2009: 468 kasus, 282 kematian
  • 2010-2014: 233 kasus, 125 kematian
  • 2015-2019: 160 kasus, 48 kematian
  • 2020: 1 kasus
  • 2021: 2 kasus, 1 kematian
  • 2022: 6 kasus, 1 kematian
  • 2023: 12 kasus, 4 kematian
  • 2024: 7 kasus, 2 kematian
5 dari 5 halaman

Tambahan Kasus Flu Burung pada Manusia di 2024

Berdasarkan laporan terbaru WHO, terdapat tambahan kasus flu burung pada manusia, yaitu:

  • 19 April 2024: Avian Influenza H9N2 di Vietnam
  • 18 Mei 2024: Avian Influenza H5N1 di Australia
  • 22 Mei 2024: Avian Influenza H9N2 di India
  • 23 Mei 2024: Avian Influenza H5N2 di Meksiko