Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal eClinicalMedicine menunjukkan adanya hubungan antara tato dan peningkatan risiko kanker darah jenis limfoma ganas.
Menurut Cleveland Clinic, limfoma atau yang biasa juga disebut sebagai kanker getah bening adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu jaringan, pembuluh darah, dan organ yang berperan penting dalam melawan infeksi.
Baca Juga
Dikategorikan sebagai kanker darah karena limfoma berawal dari sel darah putih (limfosit) yang terdapat dalam sistem limfatik. Sel darah putih ini seharusnya membantu tubuh melawan infeksi, namun pada penderita limfoma, sel-sel tersebut menjadi abnormal dan berkembang biak secara tidak terkendali.
Advertisement
Pertumbuhan abnormal ini dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, serta memengaruhi organ dan jaringan lain di tubuh.
Penelitian ini menemukan bahwa orang yang memiliki tato memiliki kemungkinan 21% lebih tinggi untuk didiagnosis dengan limfoma ganas dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tato.
Temuan ini cukup mengagetkan, mengingat popularitas tato yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ini mendorong para peneliti untuk lebih fokus meneliti dampak tato pada kesehatan.
Mengutip Health, para penulis studi menyimpulkan bahwa tato "mungkin merupakan faktor risiko untuk limfoma ganas yang dapat ditindaklanjuti dari perspektif kesehatan masyarakat."
Namun, penting untuk diingat bahwa studi ini hanya menunjukkan korelasi, bukan kausalitas. Artinya, tato mungkin tidak secara langsung menyebabkan limfoma, tetapi bisa jadi ada faktor lain yang mendasari hubungan ini.
Apakah Tato Dapat Menyebabkan Kanker?
Pigmen tato juga diketahui disimpan di kelenjar getah bening, tempat beberapa kasus limfoma dimulai. Hal ini mendorong para peneliti untuk meneliti lebih lanjut efek jangka panjang tinta tato.
Para peneliti menganalisis data dari Register Kanker Nasional Swedia dan kuesioner yang menanyakan tentang tato pada 12.000 orang berusia 20-60 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang dengan tato memiliki risiko 21% lebih tinggi terkena limfoma dan tidak dipengaruhi oleh ukuran tatonya.
Risiko ini lebih tinggi pada orang yang mendapatkan tato kurang dari dua tahun sebelum diagnosis, dan menurun setelah 11 tahun, sebelum meningkat lagi.
Meskipun risikonya rendah, temuan ini menunjukkan bahwa tato mungkin merupakan faktor risiko limfoma.
Advertisement
Masih Belum Menjadi Penyebab Utama dan Langsung
Penelitian baru menunjukkan hubungan antara tato dan kanker darah jenis limfoma, para ahli menekankan agar tidak panik.
Memang benar, beberapa faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk limfoma. Sistem kekebalan tubuh yang lemah dan paparan bahan kimia seperti benzena dan herbisida merupakan faktor risiko yang telah diketahui.
Namun, para ahli seperti Dr. Marc Hoffmann, direktur program limfoma di University of Kansas Cancer Center, menegaskan bahwa diperlukan bukti yang lebih kuat untuk menentukan apakah paparan lingkungan tertentu, seperti tinta tato, secara langsung memicu sel-sel kanker.
"Hubungan antara kanker dan merokok atau paparan radiasi nuklir, misalnya, sangat jelas dan tak terbantahkan," kata Dr. Hoffmann.
"Namun, hubungan yang definitif seperti itu belum terbukti untuk tato."
Hal ini membuat beberapa ahli masih skeptis dengan hasil penelitian tersebut.
Â