Liputan6.com, Jakarta - Lucky Girl Syndrome adalah istilah yang merujuk bahwa keyakinan akan keberuntungan dapat mendatangkan hal-hal baik dalam hidup seseorang.
Banyak yang mulai mengadopsi ungkapan ini sebagai bagian dari manifestasi positif dalam hidup mereka. Menurut psikolog Susan Albers, Lucky Girl Syndrome sebenarnya bukanlah sindrom atau diagnosis medis.
Baca Juga
Lebih tepatnya, ini adalah kondisi pikiran di mana seseorang secara positif meyakini bahwa keberuntungan akan selalu menghampiri mereka.
Advertisement
"Ini adalah jenis afirmasi positif di mana Anda mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda benar-benar beruntung dan hal-hal baik akan menghampiri Anda," kata Albers.
Dilansir dari Celeveland Clinic pada Minggu, 23 Juni 2024, Lucky Girl Syndrome mirip dengan afirmasi positif, di mana seseorang secara aktif menyatakan keyakinan akan keberuntungan dalam hidupnya.
Ini dapat membantu mengalihkan fokus dari hal-hal negatif dan menggantinya dengan hal positif, seperti keyakinan akan keberuntungan.
Selain itu, berpikir positif juga bisa membantu meningkatkan kesehatan mental dan membantu banyak orang yang berjuang dengan pikiran negatif. Ada banyak penelitian dalam terapi kognitif yang mendukung hal ini.
“Penelitian telah menunjukkan bahwa hal ini membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, harga diri mereka, mengurangi tingkat stres dan membantu motivasi mereka,” kata Albers.
Ia melanjutkan bahwa karena otak seseorang cenderung condong ke arah hal-hal negatif, Lucky Girl Syndrome dapat menjadi pola pikir yang berguna untuk mengubah hal-hal negatif menjadi positif dengan menggunakan teknik manifestasi dan afirmasi positif.
Tips Menerapkan Pemikiran Positif dari Istilah Lucky Girl Syndrome
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang keberuntungan. Kehidupan setiap orang unik, sehingga konsep keberuntungan juga berbeda-beda bagi setiap individu.
Tidak ada satu pendekatan positif yang cocok untuk semua orang, namun berpikir positif dengan cara yang sesuai bagi Anda dapat memberikan manfaat.
Albers menyarankan untuk mencoba Lucky Girl Syndrome dalam kehidupan Anda sendiri dengan cara berikut ini:
1. Gunakan afirmasi positif
“Kita dapat meninjau kembali hari dan menuliskan hal-hal positif atau menguntungkan yang telah terjadi. Ini membantu melatih otak kita untuk mengenali dan fokus pada hal-hal positif yang terjadi dalam hidup kita," jelas Albers.
Pemikiran positif seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Tetapi, konsistensi dalam menggunakan afirmasi positif, seperti mengulang kata-kata positif setiap hari dan mencatatnya dalam jurnal, sangat penting.
Advertisement
2. Visualisasikan Apa yang Anda Inginkan
Terkadang, ungkapan yang kita ucapkan pada diri sendiri tidak cukup untuk membuat kita percaya bahwa hal-hal baik akan segera terjadi. Inilah sebabnya mengapa visualisasi adalah alat ampuh lainnya yang dapat membantu.
“Dengan memejamkan mata dan membayangkan seperti apa rasanya beruntung, kita dapat melatih otak kita untuk mengenali situasi keberuntungan yang terjadi di kehidupan nyata,” jelas Dr. Albers.
Menulis jurnal, membuat papan suasana hati, dan menyampaikan afirmasi positif adalah cara paling sederhana untuk melatih visualisasi.
3. Kombinasikan dengan Teknik Kesehatan Mental Lainnya
Albers menyarankan untuk menggabungkan pemikiran positif ini dengan teknik kesehatan mental lain yang dapat meningkatkan suasana hati secara keseluruhan.
Ini dapat mencakup hal-hal seperti latihan pernapasan untuk membantu Anda menenangkan diri atau melakukan latihan ringan atau yoga.
Menjaga Keseimbangan dalam Berpikir Positif
Bahkan dengan berpikir positif, penting untuk memiliki keseimbangan yang sehat. Tetap waspada terhadap tren yang tersebar di internet, termasuk Lucky Girl Syndrome, dengan hati-hati, karena ini bukanlah solusi untuk segala masalah.
Menurut Albers, kuncinya adalah memadukan cara berpikir yang membawa keberuntungan ini dengan tindakan nyata dalam kehidupan Anda sehari-hari.
“Dan menurutku bukan itu masalahnya. Hal ini tergantung pada bagaimana seseorang membingkai kata-kata positif dan afirmasi mereka," kata Albers.
Advertisement