Sukses

4 Tanda Berada dalam Love Hate Relationship, Salah Satunya Sering Putus Nyambung

Ini tanda-tanda seseorang berada dalam love-hate relationship.

Liputan6.com, Jakarta Hubungan cinta dan benci atau yang dikenal sebagai love hate relationship, terjadi antara orang-orang yang sering mengalami pasang surut dalam hubungan mereka.

Hubungan ini ditandai oleh fluktuasi emosi yang tajam, membuat dinamika hubungan terasa seperti tidak pernah stabil atau seimbang.

"Hubungannya tidak pernah stabil atau seimbang, hal ini dapat terjadi antara dua orang yang berpacaran, teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja," kata Betsy Chung, PsyD, seorang psikolog klinis berlisensi dan pakar hubungan yang berbasis di Newport Beach, California.

Meskipun kedengarannya kurang sehat, Kate Balestrieri, PhD, seorang psikolog berlisensi dan terapis seks bersertifikat, menegaskan bahwa love-hate relationship tidak selalu bermasalah.

Selama kedua belah pihak mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan mereka dengan efektif, hubungan ini tidak selalu berakhir buruk.

"Love hate relationship adalah ketika dua orang memiliki fluktuasi yang bervariasi dalam perasaan mereka terhadap satu sama lain," jelas Chung. 

Perasaan cinta dan benci dapat bergantian secara intens dalam hubungan, menciptakan dinamika yang kompleks. 

Berikut ini tanda-tanda love-hate relationship yang penting untuk dikenali, seperti dilansir dari Women's Health pada Rabu, 26 Juni 2024.

1. Sering Putus Nyambung

Love hate relationship sering kali digambarkan sebagai pasangan yang terus-menerus berada dalam siklus putus dan berbaikan.

Mereka bisa mengalami kebahagiaan yang mendalam, tetapi juga menghadapi konflik yang tajam.

"Jika ada yang tidak beres, mereka mungkin akan putus satu sama lain, dan bahkan menggunakan perpisahan sebagai ancaman," kata Chung.

Mereka mungkin memutuskan pasangan untuk melihat apakah dia benar-benar peduli, jelas Chung. Emosi seperti inilah yang sering kali memicu siklus putus dan berbaikan.

 

 

2 dari 4 halaman

2. Mudah Terbawa Emosi

Bahkan pasangan yang sangat harmonis pasti akan bertengkar dari waktu ke waktu, terutama jika salah satu atau kedua pihak merasa kesal.

Pasangan yang berada dalam hubungan love hate relationship cenderung lebih sering bertindak berdasarkan emosi sesaat yang sedang meluap.

Jika Anda mendapati diri mengatakan kepada orang lain seperti 'ketika keadaan baik, keadaannya sangat baik. Tetapi ketika buruk, juga sangat buruk,' Anda mungkin berada dalam love hate relationship.

"Orang-orang dalam hubungan semacam ini sering kesulitan mengatasi masa-masa sulit dengan cara yang tepat dan efektif," kata Chung.

Love hate relationship bisaterjadi sangat intens dalam hubungan, tapi dengan kesadaran dan usaha, Anda bisa belajar mengelola emosi dan menemukan keseimbangan yang lebih baik.

 

3 dari 4 halaman

3. Silent Treatment

Menurut Verywell Mind, perilaku silent treatment terjadi ketika salah satu atau kedua pasangan merajuk, cemberut, atau menolak bicara, mereka cenderung mengacuhkan dan menolak komunikasi dalam hubungan.

Silent treatment merupakan taktik manipulasi yang membuat masalah dalam hubungan tidak terselesaikan.

Hal ini juga bisa membuat pasangan yang menerimanya merasa tidak berharga, terluka, bingung, hingga memicu pertengkaran.

“Itu mungkin merupakan bentuk lain dari love hate relationship, di mana Anda tidak tahu bagaimana mengatasi perasaan sangat kuat yang Anda miliki terhadap seseorang,” kata Chung.

Meskipun pasangan memberikan perilaku silent treatment, tapi pada saat yang sama, sebenarnya mereka masih sangat peduli terhadap kekasihnya.

4 dari 4 halaman

4. Perasaan yang Terus Berubah-ubah

Jika perasaan Anda terhadap seseorang berubah-ubah secara ekstrem, itu bisa menjadi tanda bahwa Anda berada dalam love-hate relationship.

"Suatu hari, Anda mungkin ingin orang ini dekat, tapi di hari lain bisa merasa sebaliknya," kata Balestrieri.

Menurutnya, perasaan yang berubah terus-menerus ini juga bisa menjadi salah satu indikasi love hate relationship.

"Dalam segala situasi, kita berperilaku berdasarkan apa yang kita rasakan. Ketika berjuang untuk memiliki hubungan yang stabil, semuanya kembali ke cara kita menangani emosi, dan memandang situasi tertentu," kata Chung.