Sukses

Peran Hormon dalam Masalah Rambut Rontok, Punya Pengaruh yang Besar?

Peran hormon dalam masalah rambut rontok cukup besar baik bagi pria maupun wanita.

Liputan6.com, Jakarta Peran hormon dalam masalah rambut rontok cukup besar baik bagi pria maupun wanita. Pasalnya, hormon-hormon seperti dihydrotestosterone (DHT), estrogen, dan hormon tiroid memiliki peran krusial dalam mengatur siklus pertumbuhan rambut.

Selain itu, hormon-hormon tersebut berpengaruh pada ketidakseimbangan dan dapat menyebabkan rambut menjadi lebih rapuh dan rontok secara berlebihan. Dengan kata lain, peran hormon dalam masalah rambut rontok harus diperhatikan secara mendalam oleh sebagian orang.

Secara khusus, dihydrotestosterone yang merupakan bentuk aktif dari hormon testosteron, sering dikaitkan dengan penipisan rambut pada pria dan wanita. DHT menyempitkan folikel rambut, mengakibatkan rambut menjadi lebih tipis dan rentan rontok.

Pada wanita, perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan, setelah melahirkan, atau saat menopause juga dapat memengaruhi siklus pertumbuhan rambut dan menyebabkan rambut rontok yang berlebihan. Sedangkan, hormon estrogen yang mengalami penurunan drastis setelah melahirkan atau selama menopause juga dapat menjadi faktor utama dalam perubahan ini.

Selain itu, gangguan pada hormon tiroid seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan rambut. Ketidakseimbangan hormon tiroid dapat memperlambat siklus pertumbuhan rambut, menyebabkan rambut menjadi lebih rapuh dan lebih cenderung rontok.

2 dari 5 halaman

Peran Hormon dalam Masalah Rambut Rontok

Peran hormon dalam masalah rambut rontok, khususnya bagi wanita kerap terjadi. Dilansir dari everlywell, seperti halnya kebotakan pria, kebotakan wanita disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, khususnya ketidakseimbangan dihidrotestosteron atau DHT.

Hormon itu memiliki struktur yang mirip dengan testosteron, tetapi jauh lebih kuat. DHT dapat menempel pada reseptor folikel rambut yang menyebabkan menyusut. Saat folikel menyusut, folikel tidak dapat mendukung pertumbuhan rambut, sehingga mengganggu siklus rambut dan menyebabkan rambut rontok dan efek ini menjadi lebih parah saat kadar DHT meningkat.

Peningkatan DHT ini berpotensi berasal dari hal-hal lain yang memengaruhi keseimbangan hormon, termasuk menopause, stres, dan/atau masalah hormon tiroid yang mendasarinya. Penting untuk memahami bahwa salah satu faktor penting adalah sensitivitas genetik terhadap DHT.

Beberapa orang memiliki kadar DHT tinggi tetapi tidak mengalami kerontokan rambut yang berhubungan dengan hormon. Yang lain mungkin memiliki kadar DHT minimal dan tetap mengalami kerontokan rambut.

Lantas, apa itu rambur rontok?

3 dari 5 halaman

Apa Itu Rambut Rontok?

Dilansir dari WebMD, rambut tumbuh di mana-mana pada kulit manusia kecuali di tempat-tempat seperti telapak tangan dan telapak kaki, kelopak mata dan pusar, tetapi banyak rambut yang sangat halus sehingga hampir tidak terlihat. Rambut terbuat dari protein yang disebut keratin yang diproduksi dalam folikel rambut di lapisan luar kulit.

Saat folikel menghasilkan sel-sel rambut baru, sel-sel lama didorong keluar melalui permukaan kulit dengan kecepatan sekitar 6 inci per tahun. Rambut yang terlihat sebenarnya adalah serangkaian sel keratin yang mati. Rata-rata kepala orang dewasa memiliki sekitar 100.000 hingga 150.000 rambut dan kehilangan hingga 100 di antaranya setiap hari.

Sekitar 90% rambut di kulit kepala seseorang tumbuh setiap saat. Setiap folikel memiliki siklus hidupnya sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, penyakit, dan berbagai faktor lainnya. Siklus hidup ini terbagi menjadi tiga fase:

  1. Anagen: pertumbuhan rambut aktif yang umumnya berlangsung antara 2 hingga 8 tahun.
  2. Catagen: pertumbuhan rambut transisi yang berlangsung selama 2 hingga 3 minggu.
  3. Telogen: fase istirahat yang berlangsung sekitar 2 hingga 3 bulan; pada akhir fase istirahat, rambut rontok dan digantikan oleh rambut baru, dan siklus pertumbuhan dimulai lagi.
4 dari 5 halaman

Rambut Rontok Disebabkan Hormon

Dilansir dari UCLAHealth, kerontokan rambut dapat terjadi karena mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti yang digunakan selama kemoterapi). Dalam beberapa kasus, kerontokan rambut yang cepat dapat terjadi selama periode stres tinggi atau trauma pada tubuh.

Jenis kerontokan rambut tersebut disebut telogen effluvium karena rambut dalam fase anagen (atau tumbuh) beralih ke fase telogen (istirahat). Lebih sedikit helai rambut baru yang tumbuh dan lebih banyak yang mulai rontok (hingga 300 helai per hari).

Penyebab umum telogen effluvium meliputi:

  • Persalinan.
  • Infeksi berat atau demam tinggi.
  • Diet ketat yang terlalu rendah kalori dan protein.
  • Kekurangan zat besi.
  • Kekurangan vitamin D.
  • Stres psikologis, depresi atau kecemasan.
  • Penyakit tiroid.

Jenis kerontokan rambut yang paling umum pada wanita adalah kondisi yang disebut kerontokan rambut pola wanita (FPHL) yang juga dikenal alopecia androgenetik. Sama seperti kebotakan pria, FPHL adalah kondisi yang diwariskan. Jika ibu atau ayah mengalami kerontokan rambut, mungkin kamu mewarisi gen tersebut.

FPHL cenderung menjadi lebih umum setelah menopause. Itu berarti kemungkinan ada juga komponen hormonal pada kondisi tersebut. Kadar estrogen menurun drastis sekitar masa menopause.

Ini mungkin sebagian menjadi penyebab penyusutan folikel rambut. Saat folikel rambut terus menyusut, helaian rambut baru akhirnya berhenti tumbuh.

Perubahan hormonal juga dapat menjelaskan mengapa wanita yang menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering mengalami kerontokan rambut pada usia muda. Wanita dengan PCOS mengalami produksi androgen yang berlebihan seperti testosteron yang dapat menyebabkan rambut menipis.

5 dari 5 halaman

Perawatan Rambut Rontok

Kerontokan rambut pada wanita dapat diobati dan salah satu caranya adalah dengan minoksidil. Pengobatan itu paling umum untuk mengatasi kerontokan rambut dalam berbagai bentuk.

Awalnya dikembangkan sebagai pengobatan untuk tekanan darah tinggi, minoksidil bekerja merangsang aliran darah ke rambut, yang dapat mendukung pertumbuhan kembali rambut. Dan untuk mengatasi kelebihan DHT secara khusus, kamu mungkin juga mengonsumsi obat anti-androgen.

Pasalnya, obat anti-androgen menghambat produksi androgen yang berlebihan seperti testosteron. Dengan kadar testosteron rendah, tubuh tidak dapat memproduksi DHT sebanyak mungkin dan dapat membantu pemulihan rambut.

So, jika kamu khawatir bahwa peran hormon dalam masalah rambut rontok cukup besar, bisa konsultasikan dengan dokter ahli. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan diagnosis penyebab dan menawarkan berbagai pilihan pengobatan untuk mengatasinya.

 

(*)