Sukses

Biarkan Tangan Bayi Baru Lahir Bebas, Pakai Sarung Tangan Tutup 2 Persen Kesempatan Stimulasi Saraf

Tumbuh kembang anak diperoleh melalui proses belajar sendiri, seperti melalui sentuhan tangannya, psikolog sarankan hindari tutup tangan bayi dengan sarung tangan.

Liputan6.com, Jakarta Stimulus sentuhan dan kecukupan asupan gizi anak di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah dua hal penting.

Pasalnya, kekurangan dua aspek tersebut dapat berdampak signifikan pada perkembangan otak anak, terutama yang usianya di bawah dua tahun (baduta).

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Hastaning Sakti, stimulasi adalah hal penting yang dibutuhkan anak dalam masa tumbuh kembang. Stimulasi ini dapat berupa sentuhan agar saraf dan otak dapat berkembang.

Psikolog itu menambahkan, tumbuh kembang anak juga diperoleh melalui proses belajar sendiri, seperti melalui sentuhan tangannya atau suara dari sekitar maupun suara dari orangtuanya. Maka dari itu, orangtua perlu menghindari kebiasaan memakaikan buah hatinya sarung tangan atau kaus tangan. Hal ini dapat menghambat stimulasi anak.

"Saya selalu berpesan bayi baru lahir jangan ditutup tangannya dengan kaus tangan. Ini akan menutup dua persen kesempatan anak untuk belajar. Biarkan tangannya bergerak meraih dan bisa merasakan apa yang ada di sekitarnya, agar terstimulasi saraf di ujung jari-jari anak," ujarnya dalam seminar Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Kampung Keluarga Berkualitas, di Aula Gedung PKK Pemprov Jawa Tengah, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu, 26 Juni 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Stimulasi yang Baik Turunkan Risiko Stunting

Hastaning yang juga penyusun Kartu Kembang Anak (KKA) menjelaskan bahwa dampak pola asuh melalui stimulasi yang baik pada anak nantinya dapat mengurangi risiko terjadinya stunting.

Karena stunting berkaitan erat dengan perkembangan otak anak. Apabila perkembangan otaknya baik dan didukung dengan asupan gizi yang cukup, niscaya stunting tidak terjadi.

"Lembar pemantauan perkembangan bayi balita dalam Kartu Kembang Anak (KKA) dari BKKBN bisa menjadi alat deteksi dini adanya penyimpangan atau gangguan perkembangan anak yang meliputi aspek perkembangan motorik kasar, motorik halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, dan kemampuan sosialisasi secara bertahap," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Ibu Hamil Disarankan Makan Lebih Banyak

Dalam kesempatan yang sama, Ahli Gizi dari Puskesmas Slawi, Kabupaten Tegal, Heny Erawati, mengungkapkan bahwa selama hamil dan menyusui, ibu juga perlu menambah jumlah makanan yang dikonsumsi.

“Diusahakan makannya dua porsi lebih banyak," kata Heny.

Hal ini agar kebutuhan nutrisi ibu dan janin dapat terpenuhi. Tentunya dengan mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang, karbohidrat, protein hewani, nabati dan sayuran hijau yang memiliki kandungan zat besi.

"Porsi makan kecil tapi sering, dan usahakan porsi makan minimal empat kali (sehari)," tegasnya.

4 dari 4 halaman

Ibu Hamil Lebih Baik Kurangi Minum Teh Setelah Makan

Ibu hamil, lanjut Heny, jangan sampai kekurangan zat besi, supaya tidak terjadi anemia dan Hb-nya tetap stabil. Kebiasaan minum teh setelah makan sebaiknya dikurangi.

"Saya harap ibu hamil tidak banyak minum teh, karena memiliki kandungan zat yang dinamakan tanin yang dapat mengikat zat besi sehingga sulit untuk diserap oleh tubuh. Jadi, ibu hamil lebih baik mengurangi kebiasaan minum teh. Usahakan ada jarak 1-2 jam dari makanan supaya memberi kesempatan zatnya diserap tubuh," sarannya.

Acara dihadiri pula oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto. Ia menyampaikan, pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan. Seperti terhambatnya tumbuh kembang anak.

“Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal."

Hal tersebut, menurutnya, nantinya dapat berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menyebabkan anak menjadi rentan terhadap penyakit kronis di masa dewasa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.