Liputan6.com, Jakarta - Tingkat polusi udara yang tinggi bisa memicu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Dan, jika dibiarkan, bisa berujung pada penyakit yang lebih parah. Hal ini disampaikan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan di Eka Hospital BSD, Dr Astri Indah Prameswari.
Menurut data dari IQAir pada 14 Juni 2024, Jakarta menempati peringkat pertama dalam daftar kota dengan polusi terburuk. Sementara itu, Indonesia menjadi negara ke-14 dengan tingkat polusi terburuk di dunia.
Baca Juga
Polusi udara sangat berdampak pada balita, yang memiliki sistem pernapasan lebih kecil, sehingga gas dan partikel berbahaya lebih mudah terhirup dan memicu gangguan saluran pernapasan.
Advertisement
Pada lansia, polusi dapat memperburuk kondisi penyakit seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan bahkan mempengaruhi kondisi demensia.
"Seperti yang sudah kita ketahui, kondisi udara di Jabodetabek yang cukup buruk belakangan ini menyebabkan berbagai keluhan khususnya pada sistem saluran pernapasan yang umumnya disebut Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)," kata Astri dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 29 Juni 2024.
ISPA adalah infeksi pada saluran pernapasan atas dan bawah. Gejalanya antara lain:
- Batuk kering atau batuk
- Hidung tersumbat
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Nyeri kepala atau pusing
- Sesak napas
- Demam.
Bagaimana Cara Hindari Dampak Buruk Polusi Udara?
Astri mengatakan bahwa ISPA bisa memicu sejumlah komplikasi seperti radang paru atau pneumonia. Dan, berisiko memicu penyakit jantung karena terjadi gangguan pada pembuluh darah.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari polusi udara sehingga terhindar dari ISPA, yaitu:
1. Hindari Area Berpolusi
Agar minim terpapar polusi, baiknya masyarakat membatasi diri beraktivitas di daerah yang tinggi paparan polusinya.
Cek indeks kualitas udara lewat internet sebelum berkunjung ke suatu lokasi. Jika memungkinkan, hindari jam-jam atau waktu tertentu yang padat lalu lintas atau polusi tinggi.
Advertisement
2. Biasakan Hidup Bersih
Cara berikutnya adalah membangun kebiasaan hidup bersih. Misalnya selalu mencuci tangan sehabis bepergian atau setelah aktivitas di luar ruangan karena kuman dan bakteri mudah menempel pada tangan.
Biasakan membawa hand sanitizer dan aplikasikan jika sering menyentuh fasilitas umum. Segera cuci pakaian setelah aktivitas dengan mobilitas tinggi. Bersihkan rumah secara rutin, minimal 2 kali sehari agar terhindar dari tumpukan debu akibat polusi.
3. Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Pastikan pula daya tahan tubuh baik agar tak mudah terserang ISPA. Caranya, selalu beristirahat cukup, mengonsumsi air putih, mengonsumsi makanan bergizi tinggi, dan berolahraga secara rutin.
"Konsumsilah makanan seperti wortel, tomat, brokoli, pepaya, dan jeruk yang tak hanya bergizi, tetapi juga kaya akan vitamin dan kandungan antioksidan. Kandungan antioksidan ini penting untuk menangkis paparan radikal bebas yang terbawa dalam polusi udara. Hindari pula kebiasaan merokok," katanya.
Langkah-langkah ini penting diterapkan mengingat polusi udara dapat membawa dampak mengerikan seperti penyakit pernapasan termasuk asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung dan stroke.
Anak-anak yang terpapar polusi udara berisiko mengalami gangguan perkembangan paru-paru dan masalah kesehatan lainnya seperti infeksi saluran pernapasan. Bahkan, partikel-partikel kecil dalam udara yang tercemar dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Advertisement
5. Perkuat Perlindungan Diri
Kenakan masker untuk menutup area sekitar hidung dan mulut ketika bepergian ke luar rumah.
"Kita juga perlu mengganti masker secara berkala jika masker sudah terlalu lembab, basah atau kotor," katanya.
Jika mengendarai sepeda motor, biasakanlah mengenakan jaket, helm, dan sarung tangan agar tubuh tidak langsung terpapar polusi. Saat di dalam rumah, siapkan air purifier untuk membantu membersihkan udara.