Sukses

Bayi Asal Sukabumi Meninggal Beberapa Jam Usai Imunisasi, Komnas KIPI Angkat Bicara

Komnas KIPI mengatakan belum dapat dinyatakan penyebab kematian. Sehingga belum diketahui apakah ada hubungan dengan imunisasi atau tidak terkait bayi meninggal usai imunisasi di Sukabumi.

Liputan6.com, Jakarta Bayi dua bulan berinisal MKA asal Kota Sukabumi, Jawa Barat meninggal beberapa jam setelah mendapatkan imunisasi.

Dalam keterangan resmi Kementerian Kesehatan RI, bayi tersebut mendapatkan imunisasi di hari yang sama dengan empat jenis vaksin yakni BCG untuk penyakit tuberkulosis, DPT-HB-Hib, Polio tetes dan Rotavirus.

Sesudah menerima imunisasi kondisi bayi normal tapi tak berapa lama tubuhnya melemah. Setelah itu dibawa ke puskesmas dan langsung dirujuk ke rumah sakit tapi sampai rumah sakit bayi meninggal dunia yakni pada 11 Juni 2024.

Menyikapi laporan dugaan kematian bayi meninggal berinisial MKA yang dikaitkan dengan imunisasi ganda, audit kausalitas telah dilakukan oleh Komda KIPI Jawa Barat dan Komisi Nasional (Komnas) KIPI. Hasil audit menunjukkan belum bisa dinyatakan penyebab kematian.

“Audit KIPI telah dilakukan bersama Komda KIPI Jawa Barat dan Komnas KIPI. Hasil audit berdasarkan informasi yang ada adalah belum dapat dinyatakan penyebab kematian, apakah ada hubungan dengan imunisasi, rekomendasinya adalah dilakukan autopsi,” kata Ketua Komnas KIPI, dokter spesialis anak konsultan Prof Hindra Satari.

Terkait rencana autopsi, pihak keluarga almarhum bayi MKA tidak berkenan. Lalu, keluarga bayi MKA juga mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum.

“Keluarga tidak berkenan untuk dilakukan autopsi dan mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum. Pihak keluarga menyatakan menerima kematian almarhum bayi MKA,” kata Hindra dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com pada Minggu, 30 Juni 2024. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BPOM Uji Sampel Vaksin yang Disuntikkan ke Bayi MKA

Hindra juga mengungkapkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sudah mengambil sampel vaksin yang disuntikkan kepada almarhum bayi MKA. Pengambilan sampel vaksin dilakukan untuk menilai kualitas vaksin.

“BPOM juga mengambil sampel vaksin-vaksin yang diberikan kepada almarhum Bayi MKA. Sampel ini untuk dilakukan uji kualitas. Jadi, sedang dilakukan uji kualitas,” kata Hindra.

 

3 dari 4 halaman

Kemenkes: Pemberian Imunisasi Ganda Aman

Direktur Pengelolaan Imunisasi, Prima Yosephine, mengatakan bahwa pemberian imunisasi secara ganda atau lebih dari satu jenis vaksin sudah direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“Imunisasi ganda ini aman dalam satu kali kunjungan,” katanya.

Pemberian vaksin sesuai jadwal imunisasi nasional dilakukan sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baik jadwal imunisasi rutin maupun kejar (catch up).

“Pemberian imunisasi kombinasi (lebih dari satu antigen atau satu jenis vaksin) sama aman dan efektifnya dengan imunisasi tunggal,” terang Prima.

“Mendapatkan beberapa vaksin atau kombinasi vaksin dalam satu kunjungan penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit sedini mungkin. Hal ini juga memudahkan untuk menyelesaikan dosis yang dianjurkan tepat waktu.”

Penting ditekankan bahwa menerima suntikan dosis ganda juga tidak membebani sistem kekebalan tubuh.

“Antigen yang ada dalam vaksin hanyalah sebagian kecil dibandingkan dengan apa yang secara alami ditemui oleh tubuh kita setiap hari,” Prima melanjutkan.

4 dari 4 halaman

Data Ilmiah soal Pemberian Kombinasi Vaksin

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, data ilmiah menunjukkan, menerima kombinasi vaksin sekaligus tidak menimbulkan masalah kesehatan kronis.

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk melihat dampak pemberian berbagai kombinasi vaksin.

Vaksin yang direkomendasikan terbukti efektif jika dikombinasikan maupun secara disuntikkan tunggal. Terkadang kombinasi vaksin tertentu yang diberikan bersamaan dapat menyebabkan demam. Akan tetapi, kondisi ini bersifat sementara dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini