Liputan6.com, Jakarta - Dokter Bedah Saraf dari RS PON, dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS, mengatakan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu penyebab terjadinya aneurisma otak.
Kusdiansah menjelaskan, aneurisma otak adalah suatu kondisi di mana terjadi pelebaran yang tidak normal pada dinding pembuluh darah di otak. Bentuknya menyerupai balon yang menggembung keluar dari arteri.
Baca Juga
"Ketika terjadi aneurisma, dinding pembuluh darah di otak itu menjadi tipis dan ringkih. Ini serupa dengan balon yang semakin tipis saat ditiup," ujar Kusdiansah dalam acara Workshop Operasi Clipping untuk Menangani Aneurisma Otak yang diselenggarakan RS Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Jakarta, pada Sabtu, 29 Juni 2024.
Advertisement
Kondisi dinding pembuluh darah yang tipis ini, jelas Kusdiansah, membuat pembuluh darah rentan terhadap perubahan tekanan mendadak, seperti lonjakan tekanan darah yang naik, atau saat seseorang batuk keras.
"Jadi ketika ada perubahan tekanan tiba-tiba. Tensinya naik tiba-tiba, atau kalau batuk yang sampai batuk rejan itu tensinya bisa naik dan aneurisma bisa pecah," jelas Kusdiansah.
Selain itu, Kusdiansah juga menyebutkan aneurisma bisa pecah ketika kondisi tertentu seperti saat seseorang sedang buang air besar yang mengejan, atau ketika sedang berhubungan suami istri.
"Sedang buang air besar yang mengejan, itu juga sering terjadi, atau ketika saat hubungan suami istri itu juga sering terjadi pecah aneurisma," katanya.
Apa Itu Penyakit Aneurisma?
Aneurisma adalah kondisi terjadinya benjolan seperti balon di pembuluh darah otak.Â
"Balon ini dindingnya tipis sehingga mudah sekali pecah. Di beberapa pasien, ketika batuk-batuk itu bisa pecah, atau tensinya tiba-tiba tinggi itu bisa pecah," kata Kusdiansah.
Kusdiansah menyebutkan bahwa aneurisma adalah silent killer. Pasalnya, penderita aneurisma umumnya tidak merasakan gejala.
"Kebanyakan pasien aneurisma itu seumur hidupnya tidak merasakan apa-apa. Begitu pecah langsung fatal, setengahnya langsung meninggal," ujarnya.
Namun, Kusdiansah menambahkan bagi beberapa orang, ada yang memang menimbulkan gejala.
"Misalnya yang paling umum adalah nyeri kepala yang baru muncul. Misalnya baru muncul beberapa bulan kebelakang, ini patut dicurigai jangan-jangan ada sesuatu, dan aneurisma mungkin salah satu penyebabnya."
Advertisement
Apakah Aneurisma Berbahaya?
Kusdiansah menjelaskan aneurisma otak yang semakin membesar bisa pecah dan menimbulkan perdarahan di otak.
"Aneurisma yang pecah ini berbahaya sekali, angka kematiannya 50 persen ketika pecah," ujarnya.
Menurut data dari Brain Aneurysm Foundation, satu dari 50 orang memiliki aneurisma yang belum pecah. Setiap 18 menit, 1 aneurisma pecah dan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun akibat aneurisma otak.
Di Indonesia sendiri, RS PON bersama dengan Kementerian Kesehatan RI beberapa tahun ini mencoba mendata jumlah kasus aneurisma otak untuk mengetahui prevalensinya.
"Sebagai gambaran, sekitar 100 pasien per tahun datang ke RS PON untuk ditangani. Sejak rumah sakit ini berdiri, kami telah menangani lebih dari 1.000 kasus aneurisma otak," kata Kusdiansah.
Apakah Sakit Aneurisma Otak Bisa Sembuh?
Operasi clipping adalah prosedur atau metode utama untuk mengatasi aneurisma otak.Â
"Clipping ini adalah teknologi pembedahan yang dilakukan untuk menghentikan aliran darah ke pembuluh darah yang tidak normal," jelas Kusdiansah.
Clipping juga dilakukan pada aneurisma yang sudah pecah, karena begitu pecah tubuh akan memperbaiki balon tersebut, tapi dengan dinding yang semakin tipis, sehingga berpotensi pecah kembali.
"Operasi clipping ini dilakukan juga untuk mencegah aneurisma kembali pecah."
Kusdiansah mengingatkan hal terpenting adalah mencegah terjadinya aneurisma, karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
"Hal yang paling penting adalah mencegah supaya jangan terjadi aneurisma dengan tidak merokok, gaya hidup sehat, jangan hipertensi," katanya.
Advertisement