Liputan6.com, Jakarta - Biasanya disleksia didiagnosis pada masa kanak-kanak tapi gejala disleksia juga bisa ditemukan pada orang dewasa karena pada saat anak-anak gejalanya terkadang tidak dikenali.Â
Gejala disleksia pada orang dewasa sering kali mirip dengan tanda-tanda disleksia pada anak-anak.
Baca Juga
Gejala disleksia pada orang dewasa sering kali merupakan akibat dari tantangan dalam tata bahasa dan ejaan, pemahaman bacaan, kelancaran membaca, struktur kalimat, dan penulisan yang mendalam. Biasanya orang dengan disleksia memiliki riwayat keterlambatan bicara, membaca, atau menulis di masa awal kehidupan.Â
Advertisement
Orang dewasa dengan disleksia mungkin menunjukkan ciri-ciri atau gejala berikut, seperti dilansir dari Forbes pada Rabu, 3 Juli 2024.
- Riwayat keterlambatan bicara, membaca, atau menulis di masa awal
- Kecepatan membaca lambat dan/atau kesulitan memasukkan kata-kata kecil dan bagian kata yang lebih panjang saat membaca dengan suara keras
- Kesulitan mengingat singkatan
- Kesulitan memahami atau mengingat informasi yang dibaca
- Kecenderungan untuk menghindari membaca, baik dengan suara keras maupun dalam hati
- Frustrasi saat membaca sendiri atau membaca dengan suara keras
- Rendahnya harga diri terhadap membaca dan menulis
- Lebih memilih menjawab pertanyaan jika konten dibacakan kepada mereka, daripada jika mereka harus membaca teksnya sendiri
- Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk interaksi sosial, memori, dan manajemen stres akibat frustrasi dan kecemasan yang disebabkan oleh disleksia
- Kesulitan dengan tulisan tangan atau penggunaan keyboard (disgrafia) atau kesulitan dengan matematika (diskalkulia)
- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD)
- Perasaan bersalah yang berhubungan dengan menghindari membaca di depan atau kepada anak-anak mereka.
Apa yang Dimaksud dengan Disleksia?
Dalam definisi yang paling sederhana, disleksia adalah gangguan belajar perkembangan yang menyebabkan kesulitan membaca dan menulis.
"Pada usia berapa pun, disleksia adalah gangguan belajar yang disebabkan oleh faktor genetika yang membuat penggunaan kata dalam format tertentu menjadi sulit," kata Rebecca Mannis, Ph.D, spesialis pembelajaran praktik swasta dan pendiri Ivy Prep Learning Center.
Disleksia membuat seseorang sulit mencocokkan huruf-huruf dalam sebuah kata dengan bunyi yang dihasilkan huruf-huruf tersebut (keterampilan yang disebut decoding).
Namun, meskipun penderita disleksia biasanya membaca dengan lambat, mereka sering kali menunjukkan kemampuan penalaran dan kreativitas yang kuat.
"Individu dengan disleksia dapat memiliki keterampilan konseptual dan pemecahan masalah yang baik atau bahkan sangat baik, tetapi mengalami kesulitan dalam memecahkan kode fonik dan membaca kata-kata dengan benar," kata Mannis.
Selain membuat membaca dan mengeja menjadi sulit, Mannis menambahkan disleksia dapat mempersulit seseorang untuk menyerap ide dari apa yang mereka baca secara efisien dan efektif.
Â
Advertisement
Apakah Disleksia Bisa Terjadi pada Orang Dewasa?
Para ahli percaya bahwa mayoritas orang mengalami disleksia perkembangan, yang berarti disleksia terjadi karena faktor keturunan dan/atau sudah ada sejak lahir.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidak mengalami gejala disleksia saat masih anak-anak dapat mengalami disleksia di kemudian hari.
Hal itu mungkin disebabkan oleh cedera otak, seperti stroke, kejang, atau kecelakaan yang menyebabkan cedera otak traumatis atau gegar otak parah yang memerlukan evaluasi dan perawatan medis.
Penyebab pasti disleksia belum diketahui, tapi para peneliti percaya bahwa disleksia dapat bersifat genetik.
"Biasanya, disleksia dianggap sebagai kondisi yang dialami seseorang sejak lahir dan berlangsung seumur hidup," kata Andrew Kahn, Psy.D, ahli psikologi di Understood.
Â
Bagaimana Cara Tes Disleksia Saat Dewasa?
Untuk mengetahui apakah orang dewasa menderita disleksia, perlu evaluasi formal dari psikolog klinis, neuropsikolog, psikolog pendidikan, atau spesialis gangguan belajar lainnya.
Evaluasi biasanya terdiri dari tes untuk menguji kelancaran membaca, akurasi membaca, pemahaman membaca, dan pemahaman mendengarkan.
Menurut Kahn, tes-tes tersebut bisa meliputi:
- Membaca bagian-bagian untuk pemahaman
- Menemukan kata-kata yang berirama
- Membaca bagian-bagian dengan suara keras
"Penilaian juga mencakup penyelidikan tentang riwayat keluarga disleksia," kata Kim Young Suk, profesor dan dekan asosiasi senior di University of California, Irvine School of Education.
Advertisement