Sukses

Makan Kolang-Kaling Bisa Sehatkan Sendi, Mitos atau Fakta?

Di masyarakat kerap ada omongan tentang konsumsi kolang-kaling bisa menyehatkan sendi, memang iya?

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis orthopedi dan traumatologi Rumah Sakit Medistra Jakarta, Kiki Novito, mengatakan bahwa kesehatan sendi berkaitan erat dengan aktivitas fisik dan gaya hidup yang rajin bergerak. Sebaliknya, masalah sendi tidak memiliki kaitan langsung dengan makanan.

“Sayangnya dari segi makanan enggak ada (kaitan), jadi yang penting adalah jaga berat badan. Walaupun tidak semua yang gemuk itu bisa pengapuran dan tidak semua yang pengapuran itu orang gemuk, orang kurus banyak karena lebih ke genetik. Tapi kalau makanan sih enggak ada (kaitan langsung),” kata Kiki usai konferensi pers VELYS Robotic-Assisted Solution for Knee Replacement di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Selasa (9/7/2024).

Kiki juga menanggapi, di masyarakat kerap ada omongan tentang konsumsi kolang-kaling bisa menyehatkan sendi lantaran warnanya yang putih dan mirip sendi.

“Ada yang bilang makan kolang-kaling (bagus untuk sendi), karena kolang-kaling warnanya putih, kan mirip tulang rawan kan kolang-kaling. Saya pernah cari kepustakaannya dan untuk mendapatkan kolagen kamu harus makan tiga kilo kolang-kaling sehari, siapa yang sanggup.”

“Sekarang ada kolagen dan segala macem itu masih riset, apakah ada efek atau tidak kita belum tahu secara pasti. Dari segi makanan sih kayaknya belum, tapi kita jaga aja berat badan,” jelas Kiki.

2 dari 4 halaman

Aktif Bergerak untuk Jaga Kesehatan Sendi

Alih-alih fokus pada kolang-kaling, kiki lebih menyarankan masyarakat untuk aktif bergerak untuk menjaga kesehatan sendi.

“Mesti aktif, lakukan gerakan-gerakan atau aktivitas yang menguatkan otot-otot sendi, harus banyak menggerakkan sendinya karena sendi itu makannya enggak bisa dari darah tapi dari cairan sendi.”

“Jadi di dalam sendi tuh ada cairan, supaya cairan itu bisa merata, perlu ada gerakan. Maka justru perlu diperkuat sendinya dengan olahraga, bisa jalan, jogging, sepedahan, ke gym main beban dan segala macam,” ujar Kiki.

3 dari 4 halaman

Bukan Hanya Lansia yang Bisa Alami Masalah Sendi

Sebelumnya, Kiki mengatakan bahwa masalah sendi tak selalu identik dengan usia lanjut. Sebaliknya, masalah sendi dan lutut juga bisa dialami anak muda.

“Kejadian kerusakan permukaan sendi yang paling sering salah satunya memang usia. Namun, pada orang-orang muda juga sering terjadi kecelakaan, sendinya rusak, pecah, sehingga apapun yang dilakukan tetap sendinya jadi pengapuran, kalau jalan sakit, tulang rawannya abis,” jelas Kiki.

Masalah sendi pada orang muda juga bisa terjadi akibat adanya infeksi lutut. Infeksi tidak tertangani dengan baik sehingga permukaan lututnya jadi kasar. Tak henti di situ, orang-orang dengan penyakit autoimun kerap juga mengalami rheumatoid arthritis sehingga antibodi atau daya tahan tubuhnya menyerang sendinya sendiri hingga rusak.

“Itu yang paling muda yang pernah saya operasi adalah usia 14 tahun karena memang permukaan sendinya rusak jadi indikasi operasi penggantian sendi ini adalah tidak tidak tergantung usia tapi tergantung derajat kerusakan sendinya,” ujar Kiki.

4 dari 4 halaman

Manfaat VELYS Robot untuk Operasi Penggantian Sendi

Dalam kesempatan itu, dikenalkan teknologi robot bantu untuk operasi sendi yang disebut VELYS. Ini teknologi pertama di Indonesia yang dapat membantu operasi penggantian sendi.

“Nah, alat robotik ini adalah asisten robot yang bisa membantu operasi ini (penggantian sendi),” kata Kiki.

Menurut Presiden Direktur Rumah Sakit Medistra, Monica S. Lembong, dengan asisten robot ini, proses penggantian sendi dapat berjalan dengan lebih cepat dengan hasil yang lebih presisi.

“Inovasi ini akan meningkatkan efisiensi prosedur bedah, akan lebih cepat, tanpa CT Scan, presisi yang lebih baik. Hal ini juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi, pemulihannya lebih cepat, dan gerakan sendi yang lebih baik,” ujar Monica.