Sukses

Soal Wacana Dokter Asing, Pakar: Pastikan Dulu Apa Spesialisasinya dan di Mana Tempat Praktiknya

Sebelum datang ke Indonesia dokter asing perlu dipastikan dulu spesialisasi, keterampilan, dan di mana akan ditempatkan.

Liputan6.com, Jakarta - Isu naturalisasi dokter asing yang disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin tengah menjadi perbincangan hangat. 

Pakar sekaligus pengamat kebijakan kesehatan Indonesia, Hermawan Saputra berpendapat, dokter asing yang didatangkan dari luar negeri tak serta merta akan cocok dengan kondisi epidemiologi kesehatan dan tantangan penyakit di Tanah Air.

“Kondisi Indonesia sebagai wilayah tropis dengan penyakit mayoritas infeksi tropik itu sangat berbeda dengan negara-negara yang kita mungkin mendatangkan dokter asing darinya,” kata Hermawan kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Rabu (10/7/2024).

Dia mengambil contoh Eropa yang secara iklim dan situasi epidemiologi penyakitnya sangat berbeda dengan Indonesia. Begitu pula China dan Amerika. Sementara, negara-negara yang mirip dengan Indonesia adalah negara yang berada di garis khatulistiwa, seperti Brazil dan yang paling mirip adalah India.

“Tapi apakah kemampuan mereka yang hadir memiliki kompetensi yang sesuai dengan epidemiologi penyakit (di Indonesia)? Belum lagi penyesuaian budaya, penyesuaian bahasa, terlalu banyak PR (pekerjaan rumah) untuk kita tiba-tiba hadirkan dokter asing guna mengejar kuantitas dan pemerataan.”

Hermawan menilai, para dokter asing juga perlu memiliki kualitas dan keahlian khusus untuk menangani penyakit tertentu.

“Artinya, kalau kita ingin hadirkan dokter asing maka pastikan dia praktik di mana dan memiliki keterampilan atau spesialis apa, baru akan jelas, baru tidak akan terjadi kontra opini terkait dengan orientasi pengadaan tenaga dokter asing ini,” ucapnya.   

2 dari 4 halaman

Alasan Kemenkes Ingin Datangkan Dokter Asing ke Indonesia

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Azhar Jaya, menyampaikan, tujuan utama pemerintah mendatangkan dokter asing adalah untuk mentransfer ilmu.

Transfer ilmu (transfer of knowledge) tersebut seperti dilakukan di sejumlah RS, misalnya untuk transplantasi jantung atau paru-paru, karena Indonesia belum bisa melakukannya.

Alasan lainnya, pemerintah ingin mendatangkan dokter asing untuk mengisi kekosongan di beberapa daerah terpencil.

Terkait hal ini, Azhar Jaya menyebut bahwa pihaknya menunggu respons dari daerah yang membutuhkan dokter.

Jika suatu daerah kekurangan, katanya, maka dinas atau rumah sakitnya melaporkan ke Kemenkes, kemudian mereka mencocokkan datanya sebelum mengirimkan dokter asing yang dibutuhkan.

"Kalau ternyata memang diperlukan dokter asing, ya apa boleh buat. Karena orang kita enggak ada yang mau. Jadi intinya dokter asing enggak seperti yang digembar-gemborkan di sana," ucap Azhar Jaya pada Selasa, 9 Juli 2024 mengutip Antara.

3 dari 4 halaman

Selamatkan Bayi Pengidap Kelainan Jantung

Alasan berikutnya disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Dia mengatakan, dokter asing didatangkan ke Indonesia untuk menyelamatkan nyawa 6.000 bayi yang memiliki kelainan jantung.

Menurutnya, saat ini ada lebih dari 12.000 bayi yang memiliki kelainan jantung bawaan. Budi menuturkan mereka harus segera dioperasi agar tidak meninggal dunia.

"Kita punya lebih 12.000 bayi yang punya kelainan jantung bawaan. Itu harus dioperasi cepat. Kalau enggak, meninggalnya tinggi," ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa, 2 Juli 2024 mengutip News Liputan6.com.

Namun, kata dia, hanya 6.000 bayi per tahun yang bisa dioperasi karena terbatasnya kapasitas dokter Indonesia.

Oleh sebab itu, Budi berencana mendatangkan dokter asing ke Indonesia agar ribuan bayi lainnya dapat tertangani dan mendapat pelayanan kesehatan.

"Jadi 6.000 bayi tidak tertangani. Ini bayi-bayi ini memiliki risiko tinggi untuk meninggal. Kalau kita tunggu risikonya makin tinggi. Nah, kedatangan dokter asing itu sebenarnya untuk menyelamatkan 6.000 nyawa ini," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Bantu Selamatkan Nyawa Warga

Dalam keterangan lain, Budi menyampaikan bahwa kedatangan dokter asing juga bisa membantu menyelamatkan nyawa warga.

Dia bahkan memberi contoh positif atau praktik baik yang dilakukan oleh tim medis berjumlah 22 orang dari Arab Saudi.

Tim ini telah membantu menyelamatkan nyawa masyarakat tidak mampu di Sumatera Utara. Mereka juga memberikan ilmu dan keterampilan bedah jantung terbuka tingkat lanjut kepada dokter-dokter Indonesia.

Hal itu sebagai bentuk kerja sama sektor kesehatan antara Indonesia dan Arab Saudi. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik di Medan, Sumatera Utara, telah melakukan kerja sama dengan King Salman (KS) Relief dan Muslim World League dari Arab Saudi. Kerja sama berupa penyelenggaraan kegiatan sosial berupa operasi jantung gratis bagi pasien tidak mampu.