Sukses

Akhir Hayat Bermartabat, Ketika Lansia Wafat Tanpa Sakit Terlebih Dahulu

Akhir hayat bermartabat juga mencakup kondisi di mana seorang lansia memiliki penyakit tapi terawat dengan baik termasuk mendapat perawatan paliatif hingga akhir hayat.

Liputan6.com, Jakarta Akhir hayat bermartabat menjadi target utama pemerintah dalam memastikan masyarakat lanjut usia (lansia) tetap sehat hingga tutup umur.

Hal ini disampaikan Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Nida Rohmawati.

“Target utama kita adalah akhir hayat bermartabat. Enggak pakai sakit-sakit, masing senang jalan-jalan, menjalankan hobi, tiba-tiba besok pagi dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Enggak pakai sakit-sakit, itu adalah akhir hayat bermartabat,” kata Nida dalam Media Gathering & Show Update Senior Expo di Jakarta Selatan, Kamis, 11 Juli 2024.

Akhir hayat bermartabat juga mencakup kondisi di mana seorang lansia memiliki penyakit tapi terawat dengan baik termasuk mendapat perawatan paliatif hingga akhir hayat.

Dikatakan pula bahwa menjadi tua adalah anugerah. Pasalnya, tidak semua orang bisa sampai ke fase tersebut. Saat menua, banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun mental.

Seseorang dianggap memasuki masa lansia apabila telah berusia 60 tahun.  Secara global, penduduk dunia tengah mengalami tren aging population, di mana jumlah populasi lansia terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:

  • Menurunnya angka kelahiran yang mengurangi penduduk usia muda.
  • Meningkatnya layanan kesehatan termasuk akses pada fasilitas kesehatan (faskes), obat-obatan, teknologi medis, hingga edukasi sebagai upaya preventif dalam menjaga kesehatan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Persentase Populasi Lansia di Indonesia

Di Indonesia, total persentase populasi warga lansia mencapai 11.75 persen pada 2023, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 10.48 persen. Artinya, 1 dari 10 orang di Indonesia adalah seorang lansia.

Mereka mengalami berbagai perubahan jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-harinya. Perubahan yang umum terjadi adalah penurunan kondisi fisik, berkurangnya aktivitas dan kegiatan yang akhirnya juga memicu perubahan secara psikologis dan mental. 

Jumlah populasi yang cukup signifikan ini tentunya menjadi perhatian pemerintah, serta pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, peraturan dan undang-undang yang mendukung peningkatan kualitas hidup lansia.

3 dari 5 halaman

Standar Pelayanan Kesehatan Lansia

Nida memaparkan, pemerintah dengan Permenkes No 6 Tahun 2024 mengatur standar pelayanan minimal bidang kesehatan bagi warga lansia yang mencakup:

  • Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat
  • Skrining faktor risiko seperti pengukuran tekanan darah, gula darah, dan lainnya dimana hasil skrining akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan atau melakukan rujukan atau memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai. 

“Dalam menjaga kesehatannya, penting bagi seorang lansia untuk juga memiliki gaya hidup yang aktif, dalam hal ini, berolahraga secara rutin dan teratur,” saran Nida.

4 dari 5 halaman

Osteoporosis Jadi Masalah Kesehatan yang Banyak Dialami Lansia

Salah satu kondisi kesehatan dengan prevalensi tinggi pada lansia adalah osteoporosis, terutama paling sering terjadi pada wanita.

Data Kemenkes RI mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia adalah 23 persen pada wanita usia 50 hingga 80 tahun dan lebih dari dua kali lipat, yaitu 53 persen pada wanita berusia 80 tahun ke atas.

“Tulang yang sehat adalah harta yang berharga, terutama bagi kaum lansia. Kami di Perwatusi memiliki visi untuk Indonesia melawan osteoporosis. Bagi warga lansia, kami merancang program senam yang dapat dilakukan dengan mudah oleh para warga lansia dari rumah,” kata Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi), Anita Hutagalung, dalam acara yang sama.

5 dari 5 halaman

Penyelenggaraan Senior Expo

Jumlah populasi lansia yang cukup signifikan menimbulkan segmen tersendiri baik dari segi akses pada pelayanan kesehatan, nutrisi, olahraga, serta berbagai produk dan layanan yang menunjang peningkatan kualitas hidup kaum lansia. Hal ini melatarbelakangi diselenggarakannya Senior Expo.

“Sebagai sebuah kegiatan pameran yang menghadirkan produk dan layanan khusus bagi kesehatan dan kebugaran lansia, Senior Expo diselenggarakan sebagai wadah bagi industri untuk memperkenalkan produk dan layanannya, untuk berinteraksi dengan buyers dan users, warga lansia, keluarganya dan caregivernya,” kata Direktur PT Media Artha Sentosa, Teddy Halim, sebagai penyelenggara Senior Expo.

“Peluang untuk bertemu langsung dengan users juga menjadi hal yang penting bagi industri untuk mendapatkan feedback langsung mengenai produk dan layanannya dari users,” tambahnya.

Berbagai aktivitas juga diadakan saat Senior Expo di mana para pengunjung akan dapat berpartisipasi, seperti skrining kesehatan, yoga bersama, senam osteoporosis, try out berbagai produk rehabilitasi medis dan lainnya.

Senior Expo dirancang untuk memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.

“Pada kesempatan ini, kami juga meluncurkan dua hal baru di Senior Expo : Disability & Rehabilitation Expo yang membawa produk dan layanan bagi penyandang disabilitas. Dan gerakan #kerenpakaitongkat yang bertujuan untuk menyemangati warga lansia untuk tidak enggan atau malu untuk menggunakan tongkat.”

“Semua kegiatan dan program ini kami dedikasikan bagi kualitas hidup yang lebih baik, untuk lansia, penyandang disabilitas, dan pasien dengan mobilitas terbatas.” lanjut Teddy Halim.

Acara ini segera diselenggarakan pada tanggal 21 – 23 November 2024 di Jakarta International Expo, Kemayoran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.