Sukses

Donald Trump Ditembak Saat Kampanye, Joe Biden Bersyukur Lawan Politiknya Baik-Baik Saja

Biden mengatakan dia “bersyukur” bahwa Trump baik-baik saja, dan berduka untuk Corey Comperatore, yang terbunuh dalam penembakan yang dilakukan oleh Thomas Matthew Crooks.

 

Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump menjadi sasaran penembakan saat berada di panggung kampanye di Pennsylvania, AS, pada Sabtu, 13 Juli 2024. Akibat insiden tersebut, salah satu telinganya terkena tembakan.

Foto wajah mantan Presiden AS yang berdarah kemudian viral di berbagai media. Menanggapi penembakan tersebut, Presiden Joe Biden turut angkat bicara.

"Rekan-rekan Amerika, saya ingin berbicara dengan Anda malam ini tentang perlunya kita menurunkan suhu politik dan mengingat bahwa meskipun kita berbeda pendapat, kita bukanlah musuh," kata Biden seperti dikutip dari New York Post pada Senin, 15 Juli 2024. 

"Kami adalah tetangga, kami adalah teman, rekan kerja, warga negara, dan yang terpenting kami adalah sesama warga Amerika. Kita harus berdiri bersama," tambahnya.

Biden menyatakan bahwa dia 'bersyukur' Trump baik-baik saja dan berduka untuk Corey Comperatore, yang terbunuh dalam penembakan tersebut.

"Syukurlah, mantan Presiden Trump tidak terluka parah. Saya berbicara dengannya tadi malam. Saya bersyukur dia baik-baik saja dan Jill serta saya selalu mendoakan dia dan keluarganya," kata Joe Biden.

"Kami juga menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban meninggal dunia. Corey Comperatore adalah seorang suami, seorang ayah, seorang sukarelawan pemadam kebakaran, seorang pahlawan, yang melindungi keluarganya dari peluru-peluru itu. Kita semua harus mendoakan keluarganya dan semua orang yang terluka," tambah Biden.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Motif Pelaku Penembakan?

Biden juga mengimbau masyarakat untuk tidak cepat menilai apa motivasi Crooks dalam melakukan penembakan.

"Kami belum mengetahui motif pelaku penembakan. Kami tidak tahu pendapat atau afiliasinya. Kami tidak tahu apakah dia mendapat bantuan atau dukungan atau apakah dia berkomunikasi dengan orang lain. Saat saya berbicara, para profesional penegak hukum sedang menyelidiki pertanyaan-pertanyaan itu," kata Biden dikutip dari Hindustan Times.

Dia menambahkan,"Malam ini, saya ingin berbicara tentang apa yang kita ketahui. Seorang mantan presiden ditembak, seorang warga negara Amerika dibunuh ketika ia sedang menjalankan kebebasannya untuk mendukung kandidat pilihannya. Kita tidak bisa, kita tidak boleh menempuh jalan ini di Amerika. Kami telah melakukan perjalanan sebelumnya sepanjang sejarah kami."

3 dari 4 halaman

Kekerasan Bukan Jawaban

Biden mengaitkan upaya pembunuhan tersebut dengan insiden kekerasan lainnya, seperti serangan Capitol pada 6 Januari 2021, dan rencana gagal untuk menculik Gubernur Michigan dari Partai Demokrat, Gretchen Whitmer.

"Kekerasan tidak pernah menjadi jawabannya, apakah itu terjadi ketika anggota kedua partai menjadi sasaran dan ditembak, atau massa yang melakukan kekerasan menyerang Capitol pada 6 Januari, atau serangan brutal terhadap pasangan mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, atau intimidasi terhadap pejabat pemilu, atau rencana penculikan terhadap gubernur yang sedang menjabat atau percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump," kata Biden.

"Tidak ada tempat di Amerika untuk kekerasan semacam ini, untuk kekerasan apa pun, tanpa pengecualian. Kita tidak bisa membiarkan kekerasan ini dinormalisasi," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Selesaikan Masalah dengan Kotak Suara bukan Peluru

Presiden kemudian meminta masyarakat Amerika untuk menyelesaikan perbedaan mereka dengan 'kotak suara, bukan dengan peluru.'

"Kita semua sekarang menghadapi masa ujian menjelang pemilu. Dan, semakin tinggi taruhannya, semakin besar pula gairahnya," katanya.

"Hal ini memberikan beban tambahan pada kita masing-masing untuk memastikan betapapun kuatnya keyakinan kita, hal ini tidak boleh berubah menjadi kekerasan," tambahnya.

Biden meminta masyarakat untuk menjangkau individu-individu yang memiliki sudut pandang berbeda, dan juga memperingatkan terhadap 'informasi yang salah'.

"Di sini, di Amerika, kita perlu keluar dari isolasi kita, di mana kita hanya mendengarkan orang-orang yang sependapat dengan kita, di mana misinformasi merajalela, di mana aktor-aktor asing mengipasi perpecahan kita untuk menghasilkan hasil yang konsisten dengan kepentingan mereka, bukan kepentingan kita," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.