Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan temuan virus polio pada sampel limbah. Temuan ini menandai adanya ancaman penyakit baru di tengah pengungsi.
Temuan virus polio muncul setelah sebuah kelompok aktivis Eropa merilis laporan yang mengatakan Jalur Gaza “tenggelam” dalam ratusan ribu ton sampah, kotoran, dan puing-puing akibat perang Israel-Hamas, seperti mengutip AFP.
Baca Juga
Kementerian Gaza mengatakan ribuan orang di kota-kota yang padat pengungsi akibat perang kini berisiko tertular penyakit yang sangat menular, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Pasalnya, cairan limbah mengalir ke tenda-tenda pengungsi sementara nyamuk dan lalat berterbangan di mana-mana.
Advertisement
Lantas, apakah nyamuk dan lalat bisa berkontribusi pada penularan virus polio?
Terkait hal ini, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prima Yosephine memberi penjelasan. Menurutnya, lalat bisa saja membawa kotoran manusia dan hinggap di makanan kemudian termakan.
“Selain sanitasi, vektor seperti nyamuk atau lalat apakah berkontribusi? Logikanya lalat tuh bisa membawa kotoran, mungkin dia hinggap di tinja yang tercemar polio sampai hinggap di makanan ya bisa-bisa aja. Tapi secara teori kita enggak terlalu banyak mengetahui tentang hal ini,” kata Prima kepada Health Liputan6.com dalam temu media daring, Jumat (19/7/2024).
“Kalau nyamuk sih saya rasa enggak ada (kontribusinya pada polio) karena ini tidak ditularkan lewat darah tapi lewat saluran cerna,” lanjut Prima.
Nyamuk Tak Tularkan Polio
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak dari Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas PP KIPI) Ellen Roostaty Sianipar turut memberi penjelasan.
“Memang untuk penularan melalui lalat, kalau ada pasien polio buang air besar sembarangan apalagi kalau lingkungannya jelek itu bisa menularkan polio,” kata Ellen.
“Tapi kalau melalui gigitan nyamuk tidak ya,” imbuhnya.
Advertisement
Polio Jadi Ancaman Baru Warga Gaza
Temuan polio di Gaza membawa para pengungsi pada krisis kesehatan baru. Pada Kamis, 18 Juli 2024 Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan temuan tersebut dalam limbah.
Menurut pernyataan Kementerian Gaza, pengujian sampel limbah, yang dilakukan berkoordinasi dengan UNICEF, mengonfirmasi adanya virus polio.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa keberadaan virus polio dalam limbah terjadi akibat kerusakan infrastruktur. Limbah ini mengalir melalui daerah-daerah yang menjadi tempat pengungsian dan zona pemukiman.
Situasi ini diperparah dengan kepadatan penduduk yang parah, pasokan air yang langka dan terkontaminasi, tumpukan sampah, dan blokade Israel terhadap pasokan kebersihan, seperti mengutip Palestine Chronicle, Jumat (19/7/2024).
Risiko Penularan Polio Lebih Tinggi di Pengungsian Wilayah Konflik
Prima menyampaikan, lingkungan memang memiliki peran besar dalam penularan polio. Dan pengungsian di daerah konflik memiliki risiko tinggi penularan polio.
“Untuk daerah atau lingkungan pengungsian bisa kita bilang lebih berisiko, tapi tergantung sih, tergantung bagaimana daerah pengungsiannya. Tapi umumnya lingkungan pengungsian itu, apalagi di negara konflik itu pasti kan enggak terlalu bagus untuk higienitasnya,” jelas Prima.
“Nah kalau enggak bagus (sanitasinya) sudah pasti berisiko. Jadi memang sangat tergantung, ada juga daerah pengungsian yang memang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak berisiko. Apalagi kalau orang-orang di situ sudah lengkap imunisasinya,” imbuh Prima.
Khusus pengungsian di daerah konflik, lanjut Prima, yang terbayang adalah kondisi lingkungan yang tidak terlalu bagus.
“Untuk daerah yang konflik, kalau dalam bayangan saya daerah konflik itu pasti tidak terlalu bagus untuk sanitasinya sehingga mereka lebih berisiko.”
Dalam hal ini, Prima menyampaikan risiko polio di pengungsian daerah konflik secara umum. Namun, pernyataan tersebut senada dengan Kementerian Kesehatan Gaza yang juga memperingatkan bahwa deteksi virus dalam limbah membuat ribuan penduduk berisiko tertular polio.
Advertisement