Sukses

Glaukoma si Pencuri Penglihatan, Apa Dapat Disembuhkan?

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena glaukoma di antaranya adalah diabetes dan hipertensi.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit hipertensi dan diabetes melitus menjadi penyebab utama seseorang bisa terkena risiko glaukoma.

Menurut dokter spesialis mata dari KMN EyeCare, Maria Magdalena Purba, glaukoma adalah penyakit mata penyebab hilangnya penglihatan terbanyak kedua setelah katarak. Glaukoma merupakan kelompok penyakit mata yang merusak saraf optik dan dikenal sebagai penyebab utama kebutaan pada orang berusia di atas 60 tahun.

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena glaukoma. Meskipun glaukoma dapat memengaruhi siapa saja, ada kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi, termasuk:

  • Pasien diabetes
  • Pasien Hipertensi
  • Berusia di atas 40 tahun
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita glaukoma
  • Ras keturunan Asia dan Afrika
  • Memiliki tekanan mata yang tinggi
  • Mengidap rabun jauh (miopia)
  • Mengalami cedera mata
  • Menggunakan obat steroid jangka panjang
  • Memiliki kornea yang tipis di bagian tengahnya
  • Mengalami penipisan saraf optik.

“Penting untuk diingat bahwa meskipun faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma, penyakit ini dapat memengaruhi siapa saja, termasuk yang tidak memiliki faktor risiko tersebut,” kata Maria dalam keterangan pers dikutip Selasa (23/7/2024).

Dia menambahkan, pemeriksaan mata rutin dan konsultasi dengan profesional kesehatan mata sangat penting untuk deteksi dini dan pengelolaan glaukoma. Semakin dini glaukoma terdeteksi, semakin baik peluang untuk mencegah kerusakan penglihatan yang permanen.

2 dari 4 halaman

Apa Glaukoma Dapat Disembuhkan?

Sayangnya, kerusakan akibat glaukoma bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki.

“Anda dapat memilih tindakan pengobatan glaukoma dan pembedahan yang dapat membantu menghentikan kerusakan lebih lanjut.”

Layanan glaukoma perlu didukung oleh dokter spesialis mata berpengalaman serta penanganan dan pengendalian glaukoma sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.

Pemeriksaan mata menjadi penting lantaran, glaukoma kerap menyerang penglihatan tanpa gejala di tahap awal.

“Sehingga dapat terabaikan dan menyebabkan kerusakan permanen pada mata.”

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, setidaknya ada 3,2 juta orang yang mengalami disabilitas netra akibat glaukoma.

3 dari 4 halaman

Bagaimana Proses Terjadinya Glaukoma?

Maria menjelaskan, glaukoma terjadi karena adanya cairan ekstra di dalam bola mata. Ini menyebabkan tekanan pada bola mata semakin meningkat sehingga merusak saraf optik mata.

Saraf optik bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal dari mata ke otak, dan jika rusak, dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

Mata menghasilkan cairan mata (humor aqueous) dan dikeluarkan melalui suatu area yang disebut sudut drainase sehingga menjaga tekanan di dalam bola mata tetap stabil. Peningkatan tekanan cairan dalam bola mata terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah produksi cairan mata dengan jumlah yang dibuang.

Apabila sudut drainase tidak berfungsi dengan baik akan membuat cairan mata menumpuk dan tekanan di dalam mata terus meningkat. Lama kelamaan, situasi seperti ini akan merusak saraf optik.

4 dari 4 halaman

Gejala Awal Sering Tak Disadari

Maria menambahkan, saraf optik terbuat dari satu juta lebih serabut saraf kecil. Ibarat kabel listrik yang terdiri dari banyak kabel kecil, ketika serabut saraf ini mati maka akan muncul titik buta pada penglihatan dan menyebabkan penurunan lapang pandang.

Seseorang mungkin tidak menyadari titik buta ini sampai sebagian besar serabut saraf optik mati sehingga lebih lanjut dapat terjadi disabilitas netra.

Tekanan bola mata normal seharusnya tidak lebih dari 20 mmHg, tapi pada pengidap glaukoma, tekanan dapat berada di atas angka tersebut. Penyakit hipertensi dan diabetes melitus menjadi penyebab utama seseorang bisa terkena risiko glaukoma.