Sukses

Awas, Beri Makan Kucing Secara Berlebihan Bisa Berdampak Buruk bagi Anabul

Berdasarkan hasil penelitian yang menarik, ternyata memberi makan kucing secara berlebihan dapat menimbulkan perubahan yang misterius pada si kucing yang tidak diketahui sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika anabul tampak gembul dan punya nafsu makan yang baik, paw-parents tentu merasa senang. Kucing yang lahap ketika diberi makan terkadang membuat paw-parents ingin memberi mereka makan lagi dan lagi. Namun, perlu diketahui bahhwa hal itu bisa berdampak negatif bagi kesehatan kucing. 

Pemilik kucing yang memberi makan kucingnya terlalu banyak tanpa disadari dapat menyebabkan masalah pada kucing kesayangannya. Selain menyebabkan kenaikan berat badan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa memberi makan berlebihan juga dapat mengganggu penyerapan nutrisi kucing dan mempengaruhi keseimbangan mikroba di saluran pencernaan mereka.

Oleh karena itu, disarankan untuk membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada hewan peliharaan dan mendorong kucing peliharaan untuk beraktivitas.

Menurut laporan dari Science Alert, lebih dari setengah kucing di Amerika mengalami kelebihan berat badan, yang merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Sebuah tim dari University of Illinois Urbana-Champaign melakukan penelitian untuk memahami akibat peningkatan berat badan pada hewan tersebut.

Ilmuwan nutrisi, Kelly Swanson, yang menjadi penulis utama studi tersebut, mengungkapkan bahwa kurang perhatian diberikan pada proses sebaliknya yang juga memiliki pentingannya.

Para peneliti kemudian melakukan penelitian dengan melibatkan 11 kucing betina dewasa yang sudah disterilkan dan memiliki berat badan yang sehat. Mereka ingin mempelajari lebih lanjut tentang perubahan metabolisme dan pencernaan yang terjadi akibat makan berlebihan dan penambahan berat badan pada kucing.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Dampak Memberi Makan Kucing Secara Berlebihan

Selama dua minggu pertama, kucing-kucing tersebut diberi makan makanan yang seimbang dan berkualitas yang tersedia di pasaran. Selama 18 minggu berikutnya, mereka diberi makan makanan yang sama, tetapi diizinkan untuk makan sebanyak dan sesering yang mereka inginkan.

Selama periode tersebut, yaitu pada awal penelitian, serta pada minggu ke-6, ke-12, dan ke-18 setelah kucing-kucing tersebut diberi makan sepuasnya, para peneliti mengambil sampel tinja dan darah dari kucing-kucing ini. Mereka juga memantau aktivitas fisik kucing-kucing ini melalui monitor yang dipasang di kalung mereka.

"Kami memperkirakan bahwa kenaikan berat badan mungkin akan menyebabkan penurunan aktivitas fisik, namun kami tidak menemukan perubahan yang konsisten dalam tingkat aktivitas," ujar Kelly Swanson.

Kelly Swanson menjelaskan bahwa hal ini dapat berbeda-beda tergantung pada karakteristik unik dari setiap kucing dan juga pengaruh lingkungan di sekitarnya, termasuk sejauh mana pemiliknya berinteraksi dengan mereka.

3 dari 5 halaman

Perilaku Makan Kucing dan Dampaknya Kesehatan Pencernaannya

Kucing-kucing itu dengan cepat menambah porsi makan mereka, yang mengakibatkan peningkatan berat badan.

Tidak heran jika berat badan mereka naik. Ketika kucing makan lebih banyak dan menjadi lebih besar, kadar lemak dalam tubuh mereka meningkat dan kemampuan mereka dalam mencerna nutrisi menjadi kurang efisien.

Menurut penjelasan Kelly Swanson, ketika tubuh menerima makanan dalam jumlah yang lebih sedikit, tubuh akan lebih efisien dalam menyerap nutrisi. Namun, ketika jumlah makanan meningkat, makanan akan melewati sistem pencernaan lebih cepat dan akibatnya, nutrisi yang dapat diserap dalam proses tersebut menjadi lebih sedikit.

Selain itu, ketika kucing makan lebih banyak, mereka juga menghasilkan lebih banyak kotoran dan tinja yang lebih asam. Ini menunjukkan bahwa makanan tidak dicerna dengan baik oleh tubuh mereka.

"Pada manusia, pH tinja yang rendah menunjukkan penyerapan karbohidrat dan lemak yang buruk. Temuan kami sejalan dengan ini, karena penurunan pH tinja terkait dengan asupan makanan yang lebih tinggi dan penurunan daya cerna," jelas Kelly Swanson.

4 dari 5 halaman

Perubahan Mikrobioma Usus Kucing

Para peneliti menemukan perbedaan menarik dalam jenis mikroba yang ada di usus kucing sebelum dan setelah mereka diberi makanan sepuasnya selama 18 minggu. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa waktu yang diperlukan makanan untuk melewati saluran pencernaan kucing berkurang sekitar 25 persen seiring dengan bertambahnya berat badannya.

Menurut Kelly Swanson, penemuan ini sangat menarik karena perubahan dalam waktu pencernaan makanan ini mungkin menjadi alasan di balik perubahan mikroba di tinja kucing.

Ternyata, ada perubahan khusus dalam mikrobioma kucing yang tidak sama dengan perubahan yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi situasi ini selain dari berat badan.

Memahami perubahan dalam metabolisme dan pencernaan yang terjadi akibat obesitas pada kucing dapat membantu kita dalam mencegah dan mengatasi masalah ini.

Tim peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam tentang hubungan antara perubahan dalam mikrobioma usus dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan begitu, kita dapat lebih memahami bagaimana kesehatan usus kucing dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

5 dari 5 halaman

Strategi Efektif Kelola Berat Badan Kucing

Dalam penelitian terbarunya, Swanson bersama dengan tim peneliti lainnya telah menemukan cara yang aman untuk membantu kucing menurunkan berat badan dan lemaknya. Mereka menemukan bahwa membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada kucing dapat memiliki efek positif dalam mencapai tujuan tersebut.

Setelah menyelesaikan penelitian peningkatan berat badan, 11 kucing yang terlibat dalam studi tersebut mengikuti diet yang terbatas. Hasilnya, mereka berhasil kembali ke berat badan awal mereka dengan aman.

Namun, memberikan makanan sesuai kebutuhan saja tidaklah cukup. Para peneliti juga menyarankan pemilik hewan peliharaan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental bersama dengan waktu makan. Salah satu cara yang disarankan adalah membagi makanan ke dalam porsi kecil dan meletakkannya di lokasi yang berbeda. Hal ini akan mendorong kucing untuk bergerak dan mencari makanan.

Selain itu, pemilik juga dapat melemparkan makanan agar kucing harus bergerak untuk mendapatkannya, atau menggunakan teka-teki makanan yang akan membuat kucing berpikir dan aktif.

Meskipun kucing sering terlihat cerdas dan lebih suka mandiri, penelitian ini membuktikan bahwa mereka juga bisa hidup lebih sehat dan bahagia dengan bantuan dan perhatian yang tepat dari kita.

Jadi, jangan ragu untuk memberikan perhatian ekstra kepada kucing kesayangan Anda. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Animal Science, sehingga dapat dipercaya dan dijadikan panduan bagi pemilik kucing yang ingin menjaga kesehatan dan kebahagiaan hewan peliharaan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.