Sukses

Mengapa Rasullah SAW Melarang Meniup Makanan dan Minuman Panas? Ini 3 Bahaya Mengerikan dari Sisi Kesehatan!

Mengejutkan! Inilah Alasan Kenapa Meniup Makanan Panas Dilarang dalam Islam. Bahkan, dari Sisi Kesehatan, Kebiasaan Satu Ini Memiliki Bahaya yang Sangat Berisiko.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, meniup makanan atau minuman yang masih panas tidak dianjurkan. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi:

وعن ابن عباس رضي اللّه عنهما أن النبي نهى أن يتنفس في الإناء أو ينفخ فيه

"Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi Muhammad SAW melarang pengembusan napas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana," mengutip laman Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) pada Rabu, 24 Juli 2024.

Imbauan ini kemudian diadopsi oleh ulama Syafi’iyah sebagai bagian dari adab mengonsumsi makanan dan minuman, yaitu tidak mengonsumsi makanan atau minuman dalam keadaan panas. Umat Islam dianjurkan untuk menunggu sampai makanan atau minuman tersebut mulai dingin.

Abu Zakariya Al-Anshari dalam kitab Asnal Mathalib menjelaskan:

وَلَا يَأْكُلَهُ حَارًّا حَتَّى يَبْرُدَ

"Ia tidak memakannya dalam keadaan panas sampai agak dingin."

Menghindari konsumsi makanan atau minuman panas tidak hanya sebagai bentuk kepatuhan terhadap ajaran agama, tapi juga demi kesehatan. Makanan atau minuman yang terlalu panas bisa menyebabkan iritasi pada lidah, sehingga kita tidak dapat merasakan makanan atau minuman secara maksimal.

Untuk itu, solusi terbaik adalah menunggu sampai suhu makanan atau minuman menurun atau agak hangat. Jika diperlukan, kita bisa menggunakan kipas atau merendam wadahnya untuk menurunkan suhu makanan atau minuman lebih cepat.

Anjuran ini disampaikan oleh Tim Layanan Syariah, Ditjen Bimas Islam Kemenag, sebagai bagian dari panduan adab mengonsumsi makanan dan minuman dalam Islam.

2 dari 4 halaman

Pandangan Ulama Mazhab Hanbali tentang Meniup Makanan Panas Menurut Islam

Sebagian ulama Mazhab Hanbali juga menyatakan bahwa meniup makanan atau minuman untuk mendinginkan adalah makruh karena dapat menghilangkan berkah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Manshur Al-Bahuti:

Hal ini sebagaimana diungkap Syekh Manshur Al-Bahuti sebagai berikut:

وَ يُكْرَه (التَّنَفُّسُ فِي إنَاءَيْهِمَا) لِأَنَّهُ رُبَّمَا عَادَ إلَيْهِ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ (وَأَكْلُهُ حَارًّا) لِأَنَّهُ لَا بَرَكَةَ فِيهِ كَمَا فِي الْخَبَرِ (إنْ لَمْ تَكُنْ حَاجَةٌ) إلَى أَكْلِهِ حَارًّا فَيُبَاحُ

"Dimakruhkan meniup wadah keduanya (makanan atau minuman) karena sering kali sesuatu (racun/karbon dioksida) di mulut kembali ke wadah. Demikian juga makruh mengonsumsinya dalam keadaan panas karena tidak mengandung keberkahan di dalamnya sebagaimana di hadits jika tidak ada hajat untuk mengonsumsinya dalam keadaan panas. (Tetapi jika ada hajat), maka itu mubah,"

(Manshur Al-Bahuti, Kasysyaful Qina ‘an Matnil Iqna, [Beirut, Alamul Kutub: 1997 M/1417 H], cetakan I, juz IV, halaman 154).

Dalam pandangan ini, meniup makanan atau minuman panas dianggap kurang baik karena dapat mengurangi berkah yang terkandung di dalamnya. Namun, jika ada kebutuhan mendesak untuk mengonsumsi makanan atau minuman dalam keadaan panas, hal ini diperbolehkan.

Dengan demikian, umat Islam dianjurkan untuk sabar menunggu hingga makanan atau minuman panas tersebut menjadi hangat atau dingin sebelum dikonsumsi. Hal ini tidak hanya demi kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan keberkahan.

3 dari 4 halaman

Menurut Kesehatan, Apa Bahaya Meniup Makanan Panas?

Meniup makanan panas mungkin tampak seperti cara cepat untuk mendinginkannya, tapi tindakan ini sebenarnya memiliki beberapa risiko kesehatan dan alasan religius untuk dihindari.

1. Transfer Mikroorganisme dari Mulut ke Makanan atau Minuman

Larangan meniup makanan atau minuman sebenarnya berkaitan dengan kebersihan makanan. Saat kita meniup makanan atau minuman, kita memindahkan mikroorganisme atau kotoran dari mulut kita ke makanan atau minuman tersebut.

"Mikroorganisme yang terperangkap pada makanan atau minuman dapat berdampak buruk bagi kesehatan, apabila kebiasaan meniup makanan atau minuman tersebut terus dilakukan," kata peneliti dalam studi berjudul 'Prohibition of Blowing Food or Drink' yang dipublikasikan pada 24 Juli 2024.

2. Menyebarkan Virus

Penelitian yang dipublikasikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) juga menunjukkan bahwa mulut dan napas bisa mengandung virus.

"Saat kita meniup makanan atau minuman, virus dapat menyebar ke makanan atau minuman tersebut dengan cepat. Virus tersebut kemudian dapat menular ke tubuh orang lain, jika kita memberikan makanan atau minuman kepada orang lain," kata penulis penelitian tersebut, Zulfania Rahmah. 

3. Meningkatkan Keasaman Makanan

Meniup makanan panas juga tak dianjurkan karena makanan atau minuman panas mengandung kelembapan.

"Saat kita meniup makanan atau minuman maka akan terjadi pembentukan senyawa asam karena uap air bercampur dengan karbon dioksida dari napas kita," katanya.

Senyawa asam ini akan menyebabkan keasaman makanan meningkat. Makanan dengan kadar asam yang meningkat jika dikonsumsi terus menerus akan mengganggu kesehatan.

 

4 dari 4 halaman

Cara Aman Mendinginkan Makanan Panas

Untuk mendinginkan makanan atau minuman panas, ada beberapa cara yang lebih aman dan higienis yang bisa dilakukan:

  1. Menunggu Secara Alami: Biarkan makanan atau minuman mendingin secara alami dengan membiarkannya selama beberapa menit sebelum dikonsumsi.
  2. Menggunakan Kipas Angin: Gunakan kipas angin atau kipas tangan untuk membantu mempercepat proses pendinginan tanpa meniupnya langsung.
  3. Merendam Wadah dalam Air Dingin: Jika memungkinkan, rendam bagian luar wadah makanan atau minuman dalam air dingin untuk mempercepat penurunan suhu.
  4. Memindahkan ke Wadah Lebih Kecil: Pindahkan makanan atau minuman panas ke wadah yang lebih kecil untuk mempercepat pendinginan karena permukaan yang lebih besar akan membantu panas menghilang lebih cepat.

Dengan mengikuti cara-cara ini, kita bisa menikmati makanan atau minuman yang lebih sehat dan tetap sesuai dengan ajaran agama.