Liputan6.com, Jakarta Media sosial dihebohkan dengan kabar pasien-pasien anak di RSCMÂ atau Rumah Sakit Ciptomangunkusumo yang harus melakukan cuci darah. Hal tersebut ternyata bukan melulu diakibatkan oleh junk food ataupun minuman manis kemasan, melainkan banyak faktor penyertanya.Â
Dokter spesialis anak Marissa Tania Stephanie Pudjiadi dari Eka Hospital BSD menjelaskan sebenarnya soal anak yang menjalani cuci darah di RSCM bukanlah sesuatu yang baru. Terlebih RSCM merupakan rumah sakit rujukan akhir untuk pasien-pasien anak dengan penyakit kronis.
Baca Juga
"Sebenarnya enggak tiba-tiba banyak (pasien anak) gagal ginjal, kenapa banyak, karena RSCM adalah rumah sakit rujukan. Jadi, semua fasilitas pendukung ujungnya akan ada di RSCM,"ujar Marissa.
Advertisement
Bila melihat rumah sakit rujukan lain, mungkin juga keadaannya akan banyak pasien anak yang memerlukan keadaan serupa. Berbeda keadaannya pada saat tahun 2022-2023, dimana saat itu pasien anak dengan gagal ginjal mendadak banyak lantaran ada obat sirup mengandung EG/DEG. Kalau pada saat itu, lanjut Marissa, memang terjadi lonjakan gagal ginjal akut anak yang sangat tinggi.
"Itu memang tiba-tiba tinggi. Tapi kalau yang kali ini, kebetulan RSCM adalah rujukan nasional tertinggi, dan kasus di sana juga banyak. Jadi, itu tidak tiba-tiba," ungkap Marissa.
Meski begitu, dokter anak pun tetap harus memberi pesan kepada orangtua agar tetap menjaga asupan makan dan minum anak dan aktivitas anak tetap harus dijaga. Jangan sampai, terlalu banyak makan junk food, minum manis, dan tidak diimbangi dengan aktivitas pendukung.Â
"Aktivitas anak harus tetap dilakukan. Jangan biasakan anak bermalas-malasan, rebahan, begitu ya, jangan. Juga atur asupan makannya, tidak baik juga memberikan lebih banyak instan, yang manis, asin, dan juga kemasan," katanya.
Gagal Ginjal Akut dan Kronis, Apa Bedanya?
Sementara, dr Marissa juga menjelaskan, yang perlu diketahui masyarakat, gagal ginjal itu dibagi menjadi dua. Yakni, gagal ginjal akut dan juga gagal ginjal kronis.
"Kalau gagal ginjal akut, itu sifatnya tiba-tiba. Seorang anak, tiba-tiba mengalami sakit berat. Misalnya diare akut, infeksi berat, syok demam berdarah, itu saat itu bisa tiba-tiba mengalami gagal ginjal, kondisi seperti ini bisa disebut gagal ginjal akut," kata Marissa.Â
Pada gagal ginjal akut ini bisa sembuh 100 persen, pasien akan kembali normal sebagaimana fungsinya. Sehingga, pada kejadian ini, pasien dengan gagal ginjal akut tidak bisa dikaitkan dengan kesalahan pola makan, ataupun gaya hidup.
Berbeda dengan kasus gagal ginjal kronis. Dimana pasien anak dengan kasus ini akan memiliki fungsi ginjal yang perlahan menurun, yang tadinya normal, fungsi ginjal pada pasien ini akan pelan-pelan turun.
 "Pada gagal ginjal kronis ini dibagi dari stadium 1 sampai terburuk di stadium 5. Pada stadium 1 hingga 2, pasien tidak akan ada gejala sama sekali, jadi bisa saja anak ataupun orang tua tidak menyadari sama sekali kalau dia mengalami gagal ginjal,"ungkap Marissa.
Lalu, barulah pada stadium 3 hingga 5, akan menimbulkan gejala. Bahkan pada stadium akhir, ginjal tidak akan berfungsi sama sekali, atau ada yang tinggal 10 persen. Saat itulah, pasien membutuhkan tindakan cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjalnya di dalam tubuh.
Â
Advertisement
Adakah Kaitan dengan Pola Hidup?
Marissa juga menjelaskan, pada kasus gagal ginjal kronis yang paling sering dikaitkan dengan penyakit-penyakit lain atau penyerta. Contohnya hipertensi, penyakit bawaan ginjal kronis, obesitas pada anak yang menyebabkan diabetes, dan sebagainya.
"Apakah pola hidup ada hubungannya? Bisa ada, tetapi dia hubungannya untuk jangka panjang. Jadi bukan sekedar salah makan langsung sakit ginjal. Kecuali, kondisi seperti beberapa waktu lalu, dia minum obat yang mengandung pengawet buatan yang tinggi, sehingga toxic, itu yang menyebabkan gagal ginjal,"jelas Marissa.
Lalu, apakah minuman kemasan juga berpengaruh pada penyumbang gagal ginjal?
Marissa menjelaskan, masyarakat harus melihat lebih detail lagi terkait apa yang tertera di kemasan. Seperti adakah sertifikasi atau izin dari BPOM, bila itu sudah ada, berarti level racun dalam minuman kemasan tersebut tidak ada atau aman. Â
"Kalau dia diminum dengan jumlah yang sedikit, dia tidak akan menimbulkan kegagalan ginjal. Tetapi kalau diminumnya jangka panjang, pasti ada efek,"katanya.
Efek yang ditimbulkan lagi-lagi dilihat dari komposisi yang ada di kemasan. Kalau kadar gulanya tinggi, ada pengawetntya, pada anak akan menyebabkan keluhan jangka panjang. Seperti obesitas, hipertensi, yang akan berpengaruh pada kesehatan ginjalnya.
Â
Â
Â