Sukses

Gejala Sleep Apnea pada Anak Kecil Berbeda dari Orang Dewasa, Dokter: Cenderung Lebih Hiperaktif

Meski dapat terjadi pada semua rentang usia, tapi gejala sleep apnea pada anak-anak cenderung berbeda dengan orang dewasa.

Liputan6.com, Jakarta - Ngorok atau mendengkur saat tidur bisa jadi pertanda adanya masalah sleep apnea, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan.

Sleep apnea ditandai dengan suara mendengkur yang keras dan di tengah mendengkur, pasien tiba-tiba tak dapat bernapas seperti orang tersedak. Akibat tak bisa napas, pasien pun langsung terbangun dari tidurnya.

Menurut sleep physician RS EMC Tangerang, Lanny Swandajany Tanudjaja, sleep apnea dapat terjadi pada semua orang di berbagai rentang usia.

Sleep apnea bisa dialami semua umur, mulai bayi sampai lansia pun bisa mengalami sleep apnea,” kata Lanny dalam Healthy Monday edisi Apakah Mendengkur Berbahaya? bersama Liputan6.com, Senin (29/7/2024).

Meski dapat terjadi pada semua rentang usia, gejala sleep apnea pada anak-anak cenderung berbeda dengan orang dewasa. Pada saat tidur, gejala klinis yang dapat terjadi adalah mendengkur. Baik pada anak-anak maupun dewasa. Namun, dalam keadaan terjaga atau di siang hari, gejalanya cenderung bertolak belakang.

“Kalau pada orang dewasa saat dalam keadaan sadar ada rasa ngantuk yang berlebih terutama saat melakukan aktivitas. Pada anak-anak yang masih kecil, justru gejalanya tuh adalah hiperaktif, anak super-super aktif, kita harus hati-hati,” jelas Lanny.

Gejala hiperaktif umumnya ditemukan pada anak kecil, sementara pada anak yang sudah cukup besar, gejalanya seperti orang dewasa termasuk sering tidur di kelas.

“Tapi pada anak-anak yang lebih besar keluhannya seperti orang dewasa, ngantuk berlebihan, tidur di kelas, kita harus hati-hati dengan kemungkinan sleep apnea.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Terjadinya Mendengkur Saat Tidur

Lebih lanjut, Lanny menjelaskan bahwa mendengkur berbeda dengan sleep apnea. Mendengkur adalah salah satu gejala klinik dari sleep apnea, sementara sleep apnea adalah kelainannya.

“Jadi sleep apnea itu merupakan kelainannya, dengan gejala utamanya adalah mendengkur. Kenapa mendengkur? Karena ada kekurangan oksigen saat tidur dan ada sesuatu yang menyumbat pipa napas pada sleep apnea obstruktif.”

“Sehingga pasien meski tidur tapi ada usaha lebih untuk mengambil kekurangan oksigen yang terjadi karena sumbatan, itulah yang memicu timbulnya suara yang kita sebut sebagai mendengkur,” papar Lanny. 

3 dari 4 halaman

Masalah Tidur Selain Sleep Apnea

Lanny menjelaskan, sleep apnea bukan satu-satunya masalah tidur yang ada di tengah masyarakat. Setidaknya ada lima kelompok gangguan tidur yang bisa dialami, termasuk:

Insomnia

Insomnia sebetulnya menjadi kelainan tidur terbanyak. Ini adalah kondisi sulit tidur, baik sulit dalam memulai tidur maupun mempertahankan tidur sepanjang malam.

Kelainan Tidur Terkait Pernapasan

Kelompok gangguan tidur yang terkait pernapasan salah satunya adalah sleep apnea.

Sleep apnea juga bisa dibagi menjadi tiga macam. Karena adanya sumbatan (obstructive sleep apnea) atau tidak ada sumbatan tapi otak kita gagal memberikan sinyal untuk kita bernapas (central sleep apnea). Atau gabungan di antara keduanya (complex sleep apnea).

4 dari 4 halaman

Gangguan Tidur Berikutnya

Gangguan tidur berikutnya adalah:

Hipersomnia

Kebalikan dari insomnia, hipersomnia adalah mengantuk yang berlebihan tetapi tidak disebabkan oleh sleep apnea.

“Kita tahu sleep apnea salah satu gejalanya kan ngantuk berlebihan, tapi pada hipersomnia ini bukan sleep apnea penyebabnya,” jelas Lanny.

Parasomnia

Parasomnia mencakup beberapa tanda seperti ngompol saat tidur, sleep walking atau tidur sambil berjalan, tidur sambil makan, tidur sambil berbicara, dan mimpi buruk yang terlalu sering.

Circadian Rhythm Disorders

Circadian Rhythm Disorders merupakan gangguan tidur seperti terjadi pada orang-orang yang jet lag.

“Itu juga sebenarnya gangguan tidur kalau terjadinya dalam waktu yang lebih dari normalnya orang jet lag.”

Gangguan tidur ini juga bisa terjadi pada pekerja-pekerja yang bekerja dengan sistem shift. Pekerja seperti ini kerap harus terjaga bahkan di waktu tidur. Sebaliknya, mereka harus tertidur di waktu siang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.