Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis anak subspesialis neurologi dari RS Pondok Indah, dr Arie Sulistyowati M.Sc., Sp. A, Subsp. Neuro menyatakan bahwa memasukkan tangan, sendok, atau benda lain ke mulut anak saat kejang adalah sebuah mitos.
"Mitos paling sering di tempat praktik itu kesalahan pada saat penanganan kejang anak, seperti memasukkan tangan dan sendok karena khawatir lidahnya tergigit," ungkap Arie dalam media interview virtual pada Jumat, 26 Juli 2024.
Baca Juga
Apa yang Pertama Dilakukan Jika Anak Kejang?
Ketika anak mengalami kejang, Arie menyarankan langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat posisi anak miring ke satu sisi.
Advertisement
"Yang benar, kalau anak kejang, letakkan dia di tempat yang nyaman dan aman. Langkah pertama adalah memiringkan anak ke satu sisi, bisa ke sisi kanan atau kiri,"Â kata Arie.
Jika anak mengeluarkan busa atau air liur, posisi miring akan memastikan keamanan tanpa perlu memasukkan jari, sendok, atau benda lain ke mulut anak. Risiko lidah tergigit jauh lebih kecil dibandingkan bahaya tersedak atau risiko luka pada tangan yang masuk ke mulut.
"Jadi, apapun penyebab kejang pada anak, tindakan pertama adalah amankan lingkungan, miringkan anak, dan berikan obat anti kejang yang dimasukkan lewat pantat," tambah Arie.
Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Ketika Anak Kejang?
Selain memasukkan sendok atau tangan, Arie menyebutkan bahwa memberikan kopi untuk mencegah anak kejang juga merupakan mitos yang membuat penanganan kejang pada anak menjadi tidak tepat.
"Jadi sebenarnya, lebih banyak mitos itu merupakan kesalahan dalam penanganan anak saat kejang. Termasuk ada yang bilang anak diberi kopi bisa mencegah kejang, itu juga tidak betul,"Â kata Arie.
Â
Apakah yang Harus Dihindari Saat Anak Mengalami Kejang
Arie menekankan untuk tidak memasukkan apapun ke dalam mulut anak saat kejang, karena dapat berisiko dan berbahaya.
"Kalau dikasih kopi seperti itu, malah berisiko. Jadi intinya begini, kalau anak kejang itu tidak boleh memasukkan apapun ke mulutnya, bahaya," ujarnya.
Bahayanya adalah anak berisiko mengalami aspirasi, yang dapat mengganggu pernapasan dan menyebabkan komplikasi lanjutan.
"Kalau aspirasi malah risiko pernapasannya terganggu dan anak menjadi biru karena aspirasi dan nanti terjadi komplikasi yang lanjutan,"Â kata Arie.
"Makanya obat yang diberikan pun melalui pantat, walaupun ada obat minum seperti sirup dan tablet, kita tidak memberikan yang lewat mulut. Kita memberikan yang lewat pantat ketika anak kejang," tambahnya.
Advertisement
Alasan Tidak Memasukkan Apapun ke Mulut Anak Saat Kejang
Arie menjelaskan alasan tidak dianjurkan memasukkan sesuatu ke dalam mulut anak saat mengalami kejang.
"Saat anak kejang, kontraksi ototnya tidak beraturan, termasuk otot-otot yang terlibat dalam proses menelan dan gerakan lidah serta faring. Jika kita mencoba memasukkan obat atau apapun ke dalam mulut dengan harapan menghentikan kejang, obat tersebut hanya bisa bekerja jika sudah ditelan,"Â katanya.
Namun, dalam kondisi kejang, anak mungkin tidak bisa menelan dengan baik karena gerakannya tidak terkoordinasi.
"Bahayanya adalah aspirasi, di mana cairan, kopi atau apapun yang dimasukkan ke mulut justru masuk ke saluran pernapasan alih-alih saluran pencernaan, yang bisa menyebabkan aspirasi," ujar Arie..
"Jika benda yang dimasukkan adalah benda keras, bisa berisiko melukai gigi atau gusi anak," tambahnya.
Anak Kejang Disebabkan Apa?
Arie menjelaskan bahwa ada berbagai penyebab kejang pada anak, dan yang paling umum adalah demam.
"Kejang demam yang paling sering terjadi, tapi ada juga kejang yang disebabkan oleh epilepsi atau infeksi susunan saraf pusat atau kelainan saraf pusat lainnya," kata Arie.
Suhu tubuh yang berisiko menyebabkan kejang demam berbeda-beda tergantung pada kerentanan anak. Namun, Arie mengatakan biasanya terjadi pada suhu tinggi di atas 39°C.
Perbedaan ini terjadi karena secara fisiologis, kejang disebabkan oleh aktivitas listrik yang berlebihan di otak, dan setiap anak memiliki ambang batas aktivitas listrik yang berbeda.
"Beberapa anak mungkin mengalami kejang pada suhu 39°C karena aktivitas listriknya melampaui ambang batas, sedangkan anak lain mungkin tidak kejang meskipun suhu mencapai 40°C jika aktivitas listriknya tetap berada di bawah ambang batas. Jadi, reaksi terhadap suhu dan aktivitas listrik ini memang bervariasi antara anak satu dengan yang lainnya," kata Arie.
Arie mengingatkan orangtua bahwa apabila anak mengalami kejang demam, penting untuk mengukur suhu tubuh anak, karena dokter anak butuh informasi akurat tentang suhu tersebut.
Advertisement