Sukses

Sate Bulayak: Kuliner Pedas Unik dari Lombok yang Berbeda dari Sate Biasa

Serba-Serbi Sate Bulayak, Kuliner Tradisional Lombok yang Menghadirkan Sensasi Pedas Berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dikenal dengan keanekaragaman kulinernya, dan setiap daerah memiliki hidangan khas yang menggugah selera. Salah satu kuliner yang patut dicoba adalah sate bulayak, kuliner pedas khas Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jika Anda penggemar makanan pedas, sate bulayak menawarkan pengalaman kuliner yang tidak boleh Anda lewatkan.

Seperti sate pada umumnya, sajian ini berbahan dasar utama daging sapi, meski tak sedikit juga yang menyajikan dengan bahan dasar daging ayam atau jeroan sapi. Sekilas, kuliner khas Lombok ini serupa dengan sate lain. Namun, keunikan kuliner ini justru terdapat pada bulayak yang menyertai penyajian sate tersebut. Nama bulayak diambil dari bahasa Suku Sasak yang berarti lontong.

Tak seperti lontong sate lainnya yang dibungkus daun pisang, bulayak dibungkus lilitan daun kelapa, aren, atau sagu dan kemudian diikat dengan tali dari irisan bambu. Daun dililit secara spiral dengan tujuan agar saat dibuka, bulayak terbuka secara memutar sehingga mudah menyantapnya.

"Ukuran bulayak lebih kecil dari lontong pada umumnya hanya saja lebih panjang, sekitar 10 sentimeter. Tak hanya tekstur bulayak yang terasa lembut, tapi aroma khas daun aren atau kelapa memberi keunikan tersendiri," mengutip laman Indonesia.go.id, Selasa (6/8/2024).

Menurut salah satu warga Lombok yang juga gemar menyantap sate bulayak, Nikki Rizky, cita rasa hidangan ini cukup sulit dideskripsikan.

"Sate bulayak itu susah mau dideskripsikan rasanya. Dominan gurih, bisa dibilang pedas tapi ndak terlalu pedas. Bulayak itu sebenarnya lontong yang dibungkus pakai daun lontar, nah itu namanya bulayak," kata pria 28 tahun itu kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks.

2 dari 4 halaman

Bumbu Kacang Sate Bulayak

Perbedaan sate bulayak dan sate lain dapat dilihat dari bumbu kacangnya. Bumbu kacang sate bulayak terbuat dari kacang tanah yang telah disangrai kemudian ditumbuk.

Kacang dihaluskan dan digoreng bersama bumbu-bumbu lain, seperti ketumbar, jintan, bawang merah dan bawang putih, lengkuas, terasi, serta cabai. Bumbu-bumbu tersebut lalu direbus bersama santan hingga mengental.

Paduan bumbu-bumbu tadi menghasilkan warna kuning pucat kemerah-merahan dan menghasilkan rasa yang pedas untuk disantap.

Selintas, cita rasa bumbu sate bulayak mirip dengan kari. Rasanya nikmat, apalagi bila ditambah dengan perasan jeruk dan irisan cabai rawit yang memang disediakan dalam satu piring.

“Kalau bumbunya itu khas banget, ndak ada di tempat lain. Jadi kalau mau dideskripsikan perlu langsung coba sendiri,” kata Nikki.

3 dari 4 halaman

Potongan Daging Lebih Kecil

Hal lain yang membedakan sate bulayak dengan sate lainnya adalah ukuran potongan daging yang lebih kecil.

Sebelum dibakar, daging direbus terlebih dulu agar cepat matang dan menjaga daging tetap empuk. Daging yang siap dibakar terlebih dulu dilumuri bumbu penyedap alami ramuan Sasak.

Bumbu tadi berupa santan dan potongan-potongan cabe serta buah asam Sumbawa. Lantas satai yang sudah dilumuri tadi langsung dibakar. Kepulan asap satai yang dikipas akan langsung menyebarkan aroma sedap.

“Sekilas mirip sate padang penampakannya, cuman rasa beda jauh,” ujar Nikki.

4 dari 4 halaman

Dijual dengan Harganya Terjangkau

Tak hanya pedas dan lezat, sate bulayak juga umumnya dijual dengan harga terjangkau. Satu porsi sate bulayak berisi 10 hingga 15 tusuk ditambah irisan cabai rawit dan jeruk peras.

Bulayak yang disediakan untuk menemani makan sate sebanyak enam buah. Untuk menikmati sate ini, cukup dengan membuka daun aren yang melilit bulayak, lalu bulayak dicelupkan ke bumbu kacang.

Pertemuan gurihnya bulayak dan bumbu kacang yang pedas menghasilkan kombinasi rasa yang sempurna. Harga seporsinya cukup terjangkau, antara Rp10.000-Rp15.000 dan biasanya tak cukup dinikmati satu porsi saja, bisa sampai dua porsi karena ukuran satenya yang kecil-kecil.

Awalnya, sate ini hanya ditemukan di Kecamatan Narmada, Lombok Barat, dan disajikan ketika perayaan hari-hari besar Islam. Namun, saat ini sate bulayak sudah dijual umum dan merambah ke berbagai tempat, khususnya objek wisata dan sejumlah keramaian lainnya.

“Bahkan, saat Anda baru keluar dari Bandara Internasional Lombok, maka di sepanjang jalan banyak menemui gerobak hingga kios yang menjajakan hidangan ini. Bila Anda berlibur ke Lombok, jangan lupa mencicipi hidangan unik ini karena kuliner ini tidak akan ditemukan di tempat lain. Satai bulayak termasuk mudah didapatkan di Mataram, ibu kota NTB.”

Wisatawan juga bisa menemukan penjual sate bulayak ini di lokasi wisata seperti Loan Baloq, Pantai Senggigi, Taman Aiknyet, Taman Udayana, Malomba, Sangkareang, dan Suranadi.