Sukses

Paparan Fentanil Saat Kehamilan Berisiko Bayi Lahir dengan Cacat Fisik

Sindrom fentanil janin tersebut merupakan suatu kondisi langka yang disebabkan oleh ibu yang menggunakan narkoba ketika hamil.

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan, penyalahgunaan fentanil diduga menjadi biang kerok penyebab kondisi cacat lahir menjadi semakin umum terjadi.

Baru-baru ini, seperti dilaporkan NBC News, setidaknya 30 bayi di seluruh AS lahir dengan "sindrom fentanil janin". Sindrom tersebut merupakan suatu kondisi langka yang disebabkan oleh ibu yang menggunakan narkoba ketika hamil.

Ahli genetika medis dan spesialis kecanduan pada bayi di Rady Children's Hospital di Sandiego Dr Miguel Del Campo mengatakan dia telah mengidentifikasi 20 pasien.

"Saya telah mengidentifikasi 20 pasien," ujar Del Campo.

"Saya khawatir hal ini tidak jarang terjadi, dan saya khawatir anak-anak tidak akan dikenali.”

Sindrom fentanil janin pada mulanya didefinisikan oleh ahli genetika di Nemours Children's Health di Wilmington Delaware. Dia mempelajari 10 bayi dengan cacat lahir fisik yang sama, termasuk langit-langit mulut sumbing, kepala yang sangat kecil, kelopak mata terkulai, jari kaki berselaput, dan persendian yang kurang berkembang. Beberapa juga mengalami kesulitan makan.

Del Campo, yang membaca laporan mereka tentang sindrom fentanil janin, telah melihat gejala serupa dalam banyak persalinan yang ditanganinya di antara ibu yang menolak minum selama kehamilan. Sindrom alkohol janin diketahui menyebabkan gejala serupa pada bayi.

Anak-anak tersebut juga gagal memenuhi kriteria kondisi genetik langka yang disebut Smith-Lemli-Opitz, yang menghambat perkembangan otak janin dengan mengganggu produksi kolesterol pada janin.

“Setelah membaca makalah dan memikirkan berbagai hal, saya menyadari potensi paparan fentanil,” katanya. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pakar Dorong Penelitian Lebih Lanjut Segera

Del Campo mendesak agar secepatnya dilakukan lebih banyak penelitian. “Kita perlu tahu bagaimana keadaan anak-anak ini. Saya punya beberapa anak berusia 2 tahun yang sangat memprihatinkan,” katanya.

“Mereka tidak tumbuh atau berkembang.”

Ahli genetika di Nemours Karen Gripp dan timnya di Pusat Medis Universitas Nebraska mampu mengungkap hubungan antara penggunaan fentanil dan produksi kolesterol pada bayi baru lahir dan mempublikasikan temuan mereka di jurnal Molecular Psychiatry bulan lalu.

“Ini bukan sesuatu yang diketahui orang sebelumnya, bahwa fentanil mengganggu metabolisme kolesterol secara signifikan,” kata Gripp kepada NBC News.

“Ini sangat penting karena kolesterol perlu disintesis seiring perkembangan embrio.”

 

 

3 dari 3 halaman

Keterkaitannya dengan Penyakit Bawaan Smith-Lemli-Opitz

Penyalahgunaan Fentanil sudah diketahui sebagai faktor risiko terjadinya bayi lahir prematur dan lahir mati, dan juga dapat menyebabkan kejang, muntah, diare, dan mudah rewel pada bayi baru lahir saat mereka menjalani detoksifikasi obat pada masa bayi. Sementara itu, tanda-tanda sindrom fentanil janin biasanya tidak berhubungan dengan ibu yang kecanduan.

Namun, studi baru mengungkapkan hubungan antara obat kuat narkotika dan cacat lahir yang terkait dengan Smith-Lemli-Opitz.

Penyakit bawaan ini bisa berkembang jika ada dua salinan gen Smith-Lemli-Opitz, namun paparan fentanil dalam sel yang hanya memiliki satu salinan gen tersebut sudah cukup untuk memicu cacat lahir terkait penyakit tersebut.

“Tidak semua orang memiliki kerentanan yang sama,” kata penulis studi Dr. Karoly Mirnics, direktur Institut Munroe-Meyer di Pusat Medis Universitas Nebraska, dalam siaran persnya. “Potensi efek buruk dari obat atau senyawa kimia apa pun mungkin bergantung pada gen, gaya hidup, dan faktor lingkungan. Satu obat mungkin tidak menimbulkan masalah bagi saya dan mungkin menjadi bencana besar bagi Anda.”

Temuan ini diharapkan dapat membantu mengungkap lebih banyak kasus sindrom fentanil janin.

“Kelompok ini berkembang,” kata Gripp. “Kami mengantisipasi akan ada lebih banyak pasien.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini