Sukses

Awas! Alat Tato dan Tindik Tak Steril Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Hati

Tato dan Tindik Bisa Sebabkan Kanker Hati? Simak Penjelasan Lengkap Dokter di Sini

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, Rino Alvani Gani menyebut bahwa penggunaan alat tato dan tindik yang tidak steril merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker hati. Rino menyebutkan beberapa faktor risiko terjadinya kanker hati, antara lain:

  1. Memiliki keluarga dengan riwayat kanker hati
  2. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit hati
  3. Memiliki riwayat transfusi darah
  4. Pernah menggunakan alat-alat yang tidak steril seperti alat tato atau tindik.

"Penting untuk memerhatikan riwayat keluarga dan pribadi. Seseorang dengan riwayat transfusi darah, memiliki anggota keluarga dengan penyakit hati, atau pernah menggunakan alat-alat yang tidak steril seperti alat tato atau tindik, dapat meningkatkan risiko kanker hati," kata Rino dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Rino juga menjelaskan bahwa kanker hati adalah salah satu penyakit ganas yang membahayakan organ hati dan perlu ditangani secara serius, mengingat hati merupakan organ yang memiliki peran vital bagi tubuh.

Fungsi hati meliputi membersihkan darah dari racun atau zat berbahaya, menghasilkan cairan empedu yang membantu pencernaan nutrisi, hingga mengontrol pembekuan darah.

Gangguan pada fungsi hati akibat penyakit dapat memengaruhi metabolisme dan membahayakan kondisi kesehatan seseorang secara keseluruhan.

Kanker hati terjadi ketika sel-sel hati mengalami perubahan (mutasi) pada DNA, yang merupakan bahan yang memberikan instruksi untuk setiap proses kimia dalam tubuh.

Mutasi DNA ini menyebabkan perubahan pada instruksi tersebut, sehingga sel-sel mulai tumbuh di luar kendali dan akhirnya membentuk tumor (massa sel kanker).

2 dari 5 halaman

Bagaimana Cara Mengetahui Kanker Hati?

Menurut Rino, mendiagnosis kanker hati memerlukan berbagai langkah medis. Beberapa metode yang umum dilakukan, di antaranya:

1. Biopsi

Biopsi adalah langkah penting dalam diagnosis. Dokter akan mengambil sampel jaringan hati untuk dianalisis di bawah mikroskop.

2. Pemeriksaan Pencitraan

Pemeriksaan ultrasonografi, CT-scan, atau MRI digunakan untuk melihat gambaran hati dan tumor. Penting untuk menjalani pemeriksaan secara rutin, terutama jika memiliki faktor risiko.

Jika sudah terjangkit kanker hati direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan rutin seperti USG. Ini dapat dilakukan setiap 1-2 bulan atau setahun sekali dengan melakukan USG abdomen dan pemeriksaan darah alfafetoprotein.

Dapat pula dengan pemeriksaan hati lebih spesifik yang disebut PIVKA-II, sehingga dapat membantu dalam mendeteksi kanker hati pada tahap awal.

3. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dapat mengidentifikasi adanya peningkatan kadar enzim hati atau tumor marker.

3 dari 5 halaman

Apa Saja Cara yang Digunakan untuk Mengobati Kanker Hati?

Pengobatan kanker hati tergantung pada stadium, kondisi fungsi hati, dan kondisi pasien. Kanker hati dapat disembuhkan jika dideteksi pada tahap awal. Namun, semakin besar ukuran kanker, maka semakin sulit untuk diobati.

Apabila kanker masih berukuran kecil dan fungsi hati baik, operasi reseksi atau pengambilan bagian kanker dapat menjadi pilihan. Transplantasi hati adalah opsi pengobatan jika kanker hati sudah berada di tahap yang parah.

Hati yang diambil dari donor umumnya hanya sebagian, dan bagian yang diambil dapat tumbuh kembali mencapai 100 persen dalam waktu tertentu, biasanya dalam 1—2 bulan.

Selain metode operatif, kanker hati dapat ditangani dengan metode non operatif seperti Radiofrequency Ablation (RFA) dan Transarterial Chemoembolization (TACE).

Kedua metode ini menawarkan penanganan efektif bagi pasien yang tidak dapat menjalani operasi.

4 dari 5 halaman

Mengenal Metode Radiofrequency Ablation

Radiofrequency Ablation (RFA) adalah metode penanganan kanker hati minimal invasive yang bekerja dengan memanfaatkan energi panas dari gelombang radio untuk menghancurkan sel-sel kanker di hati.

Dengan menggunakan panduan pencitraan seperti ultrasound, CT Scan, atau MRI, dokter akan memasukkan jarum elektroda yang dapat menghantarkan energi gelombang radio ke jaringan tumor.

Setelah berada di posisi yang tepat, jarum akan dialiri energi radio frekuensi yang menghasilkan panas pada area yang bersentuhan langsung dengan jaringan tumor.

Dengan suhu mencapai 60–100 derajat celsius, jaringan tumor yang terpapar akan mengalami nekrosis atau kematian.

Pasca tindakan, pasien akan dipantau selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada komplikasi, dan selanjutnya dapat kembali ke aktivitas normal.

Kemoterapi dikenal sebagai salah satu metode penanganan kanker non-operatif. Namun, metode ini tidak dapat diterapkan pada kanker hati seperti kanker lainnya karena hati merupakan organ yang menyaring racun dari tubuh. Obat-obatan kemoterapi dianggap sebagai zat racun oleh tubuh sehingga setelah masuk akan disaring oleh hati.

Meski demikian, obat-obatan kemoterapi tetap dapat digunakan pada pasien kanker hati melalui metode Transarterial Chemoembolization (TACE).

5 dari 5 halaman

Mengenal Metode Transarterial Chemoembolization

TACE adalah prosedur minimal invasif yang menargetkan dan menghancurkan tumor secara langsung dengan mengombinasikan metode kemoterapi dan embolisasi.

Tindakan ini dilakukan di ruang angiografi dan pasien akan diberikan anestesi lokal di area pangkal paha atau lengan tempat kateter dimasukkan dan dinavigasikan ke arteri hepatika.

Prosedur TACE memanfaatkan campuran obat kemoterapi dan agen embolisasi yang disuntikkan langsung ke arteri yang memasok darah ke tumor.

Obat kemoterapi bekerja dengan membunuh sel-sel kanker sedangkan agen embolisasi (biasanya partikel kecil atau mikrosfer) bekerja dengan menyumbat arteri sehingga menghentikan aliran darah di area sekitar tumor.

Keduanya menyebabkan tumor kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga diharapkan sel tumor dapat mati.

Pasca tindakan TACE, pasien akan dipantau selama beberapa jam sebelum dapat beraktivitas normal dan kembali ke rumah. Pasien mungkin mengalami efek samping sindrom pasca-operasi seperti demam, mual, serta nyeri di area hati, tapi gejala-gejala tersebut dapat dikelola dengan obat-obatan.