Sukses

Berkaca dari Kasus PPDS Anestesi Undip, IDI Dorong Pembentukan Pusat Trauma dan Evaluasi Kesehatan Mental Berkala

Ketua Umum PD IDI sebut pentingnya dukungan kesehatan mental selama PPDS.

Liputan6.com, Jakarta Mahasiswi program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Aulia Risma Lestari meninggal dunia pada 12 Agustus 2024.

Perempuan 30 tahun itu ditemukan tak bernyawa di kamar kos setelah menyuntikkan obat ke dalam tubuhnya. Ia mengakhiri hidup diduga karena tak kuat dengan perundungan yang dialami selama PPDS. Meski, hal ini dibantah oleh pihak Undip.

Kasus ini mendapat tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

Ketua Umum PD IDI Moh. Adib Khumaidi menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya dr Aulia Risma Lestari. Dia menyampaikan, pihaknya menghormati proses penyelidikan yang masih berlangsung.

“PB IDI menghormati proses penyelidikan yang masih berlangsung oleh aparat yang berwenang. Sementara itu, kami ingin menekankan pentingnya dukungan kesehatan mental selama pendidikan,” kata Adib dalam keterangan resmi, Kamis (15/8/2024).

“Kami mendorong pembentukan Pusat Trauma dan evaluasi kesehatan mental secara berkala untuk memastikan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran dan spesialis menerima perawatan dan dukungan yang diperlukan,” tambahnya.

PB IDI meminta agar masyarakat tidak membuat spekulasi apa pun tentang penyebab insiden tersebut hingga penyelidikan selesai.

“Kami percaya bahwa dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan lebih mendukung bagi mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran dan spesialis. Mari kita bergandengan tangan untuk mencegah insiden seperti itu di masa mendatang,” ajak Adib.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Undip Bantah Adanya Bullying dalam PPDS

Ramainya pemberitaan soal mahasiswi PPDS bunuh diri diduga akibat perundungan, pihak Undip pun angkat bicara melalui keterangan tertulis.

“Mengenai pemberitaan meninggalnya Almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut TIDAK BENAR,” mengutip keterangan yang ditandatangani Rektor Undip Suharnomo, Kamis, 15 Agustus 2024.

Dijelaskan, Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, Almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh.

“Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi Almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan.”

3 dari 5 halaman

Miliki Masalah Kesehatan hingga Sempat Ingin Mengundurkan Diri

Pengelola Pendidikan Program Studi Anestesi menyikapi problem kesehatan yang dialami Almarhumah dengan memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan.

Berdasarkan kondisi kesehatannya, Almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Namun, karena Aulia adalah penerima beasiswa, sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, ia mengurungkan niat tersebut.

“Kami sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasi yang telah kami lakukan. Kami siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan "zero bullying" di Fakultas Kedokteran UNDIP.”

4 dari 5 halaman

FK Undip Terapkan Zero Bullying

Suharnomo menyampaikan, Fakultas Kedokteran (FK) Undip telah menerapkan gerakan zero bullying. Gerakan ini dipantau secara aktif oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Perundungan dan Kekerasan Seksual pada Fakultas Kedokteran Undip sejak 1 Agustus 2023.

Berkenaan dengan surat Dirjen Yankes Nomor TK.02.02/D/44137/2024, tim Fakultas Kedokteran UNDIP bersama dengan tim RSUP dr. Kariadi telah melakukan pertemuan dengan Dirjen Yankes dan menyampaikan klarifikasi mengenai hal-hal yang dimaksud.

"Undip siap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusikan dan melakukan penanganan lebih lanjut," tutup Suharnomo.

5 dari 5 halaman

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.