Liputan6.com, Jakarta - Kematian tragis mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), dr Aulia Risma Lestari, menyisakan duka mendalam dan berbagai pertanyaan.
Dokter muda yang tengah menjalani pendidikan spesialis di RS Kariadi, Semarang, mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat memprihatinkan. Dugaan sementara menyebutkan bahwa perundungan atau bullying menjadi salah satu pemicu tindakan tersebut.
Baca Juga
Kasus ini mengundang reaksi dari berbagai pihak, termasuk dari anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo. Menurut Handoyo, kasus bunuh diri ini sangat memprihatinkan, terutama di tengah kebutuhan mendesak akan dokter spesialis di Indonesia.
Advertisement
Dia menilai bahwa perundungan di lingkungan pendidikan dokter spesialis dapat menghambat proses pembelajaran dan berpotensi menambah stres yang dapat memicu masalah psikologis serius seperti depresi.
Handoyo menekankan pentingnya tindakan tegas terhadap pelaku bullying di lingkungan pendidikan kedokteran. Dia menyarankan agar pihak-pihak yang terlibat dalam perundungan dipecat, untuk memberikan efek jera dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Menurutnya, tanpa adanya tindakan tegas, perundungan akan terus terjadi dan berdampak negatif pada calon dokter spesialis yang sangat dibutuhkan negara.
Â
Desak Kepolisian Usut Tuntas Kasus Bunuh Diri Mahasiswi PPDS Anestesi Undip
Dalam pernyataannya, Handoyo juga mengajak pihak kepolisian untuk melakukan investigasi mendalam mengenai kasus ini. Penyelidikan yang cermat diharapkan dapat mengungkap fakta-fakta penting yang mungkin selama ini tersembunyi, termasuk catatan pribadi dan bukti-bukti lainnya.
Ini penting agar kasus ini tidak hanya diusut secara internal oleh kampus tetapi juga melalui proses hukum yang transparan. "Agar kasus ini terang benderang dan kelak tidak terulang kembali," ujarnya.
Selain itu, Handoyo mendorong Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan untuk mengevaluasi sistem pendidikan PPDS secara menyeluruh.
Dia menegaskan perlunya evaluasi untuk memastikan bahwa pendidikan dokter spesialis tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental mahasiswa.
Langkah ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, tanpa adanya bullying atau tekanan berlebihan.
"Mendesak kepada lembaga pendidikan kampus dan RS yang ditunjuk untuk melakukan tindakan tegas dengan memecat yang terbukti melakukan perundungan serta tindakan di luar substansi pendidikan," tambahnya.
Â
Â
Advertisement
UNDIP Bantah dr Aulia Risma Lestari Bunuh Diri karena Bullying
Universitas Diponegoro, melalui Rektor Suharnomo, telah membantah dugaan bahwa perundungan menjadi penyebab kematian dr Aulia.
Pihak kampus mengklaim telah melakukan investigasi internal dan menemukan bahwa dugaan tersebut tidak benar. Namun, mereka menyatakan kesiapan untuk terbuka terhadap fakta-fakta lain yang mungkin ada di luar hasil investigasi internal mereka.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya Almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut TIDAK BENAR," seperti dikutip keterangan yang ditandatanganinya pada Kamis, 15 Agustus 2024.
Pihak Undip juga menegaskan komitmen mereka untuk menerapkan kebijakan 'zero bullying' di Fakultas Kedokteran mereka. Mereka siap berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan bahwa lingkungan pendidikan di kampus mereka bebas dari segala bentuk perundungan.
Â
Sosok Aulia Risma Lestari, Mahasiswi Berdedikasi
Dalam keterangan resmi, Rektor Suharnomo menjelaskan bahwa dr. Aulia Risma Lestari adalah mahasiswi yang sangat berdedikasi dalam studinya. Namun, ia juga menghadapi masalah kesehatan yang mempengaruhi proses pendidikannya.
"Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," ujar Suharnomo.
Pihak pengelola Program Studi Anestesi telah memantau secara aktif kondisi kesehatan Aulia selama masa pendidikannya. Dia sempat berpikir untuk mengundurkan diri karena kondisi kesehatannya, tapi sebagai penerima beasiswa, dia terikat dengan ketentuan administratif yang membuatnya membatalkan niat tersebut.
Advertisement
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence