Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Fakta 150 Mg Sperma di Tubuh Dokter Korban Pemerkosaan dan Pembunuhan, Polisi India Buka Suara

Polisi di India Buka Suara Terkait 150 Mg Sperma yang Kabarnya Ditemukan di Tubuh Dokter Muda Korban Pembunuhan dan Pemerkosaan

Liputan6.com, Jakarta - Kolkata sedang diguncang oleh kasus tragis yang melibatkan seorang dokter muda yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan di sebuah rumah sakit pemerintah. Kejadian ini telah memicu kemarahan di seluruh negeri, menggerakkan protes dan pemogokan dari kalangan perempuan dan profesional medis.

Namun, seiring dengan semakin banyaknya perhatian terhadap kasus ini, berbagai klaim dan rumor yang tidak benar mulai beredar, yang sebagian besar telah dibantah oleh pihak berwenang.

Salah satu klaim yang paling mengejutkan adalah laporan bahwa 150 mg sperma ditemukan di tubuh korban, yang memicu dugaan bahwa korban telah diperkosa oleh sekelompok orang.

Menurut sebuah artikel yang diunggah situs Business Today pada Sabtu, 17 Agustus 2024, informasi ini kabarnya berasal dari petisi yang diajukan oleh keluarga korban ke Pengadilan Tinggi Kolkata.

Kapolres Vineet Goyal membantah klaim ini dengan tegas, menyatakan, tidak ada bukti yang mendukung laporan tersebut dan menegaskan bahwa informasi ini hanya memperkeruh suasana.

Namun, pada Rabu, 14 Agustus 2024, situs berita India Today merilis sebuah artikel berisi laporan post-mortem di balik kematian tragis dokter 31 tahun tersebut.

Menurut seorang dokter yang memeriksa hasil post-mortem, Dr Subarna Goswami, korban tidak hanya dibunuh, tapi juga mengalami pemerkosaan beramai-ramai sebelum meninggal.

Dalam wawancara dengan India Today, Goswami menjelaskan bahwa jumlah cairan yang ditemukan dalam tubuh korban tidak mungkin berasal dari satu orang saja.

Dalam laporan post-mortem, ditemukan 151 mg sperma dari usap vagina korban. Dia menjelaskan bahwa jumlah ini terlalu banyak untuk berasal dari satu orang, yang mengindikasikan adanya keterlibatan banyak pelaku dalam tindakan keji tersebut.

Tes usap vagina sendiri dilakukan untuk membuktikan adanya penetrasi dan mendeteksi komponen sperma atau cairan mani dalam tubuh korban pemerkosaan. Fakta bahwa cairan yang ditemukan begitu banyak semakin memperkuat dugaan bahwa korban diperkosa beramai-ramai.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dokter Korban Pembunuhan dan Pemerkosaan Disebut Cedera Parah

Salah satu klaim yang menyebar di media sosial adalah adanya cedera parah pada korban, seperti patah tulang panggul. Klaim ini menambah kengerian publik terhadap kasus ini.

Namun, Kapolres Vineet Goyal kembali menegaskan bahwa hasil otopsi, yang dilakukan di hadapan seorang hakim dan direkam dalam video, tidak menemukan adanya patah tulang pada korban. Dengan kata lain, informasi yang beredar tentang cedera parah tersebut adalah tidak benar.

Kasus 'Kematian Tidak Wajar' Dipertanyakan

Klaim lain yang menimbulkan kebingungan adalah terkait dengan pengajuan kasus 'kematian tidak wajar' oleh pihak rumah sakit. Pengadilan Tinggi Kolkata sempat mengkritik rumah sakit karena dianggap lamban dalam mengajukan pengaduan, yang kemudian menimbulkan kecurigaan di kalangan publik.

Namun, Vineet Goyal menjelaskan bahwa mendaftarkan kasus 'kematian tidak wajar' adalah prosedur hukum yang rutin dilakukan jika tidak ada pengaduan langsung. Ini adalah langkah awal yang diperlukan untuk memulai penyelidikan lebih lanjut.

 

3 dari 3 halaman

Tuduhan Tak Berdasar Terhadap Rekan Dokter

Misinformasi lainnya yang beredar adalah tuduhan bahwa beberapa rekan dokter korban terlibat dalam kejahatan ini. Meskipun ada laporan bahwa orang tua korban telah menyerahkan daftar nama tersangka kepada Biro Investigasi Pusat (CBI), pihak berwenang belum mengonfirmasi kebenaran nama-nama tersebut. Satu-satunya tersangka yang telah ditangkap adalah seorang relawan sipil, bukan rekan dokter korban.

Privasi Korban Terancam

Kasus ini juga menyoroti masalah pelanggaran privasi, karena nama korban dan salinan resep yang ditulisnya bocor di media sosial. Hal ini melanggar pedoman Mahkamah Agung dalam pelaporan kasus kekerasan seksual dan hanya menambah kebingungan serta misinformasi di masyarakat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini