Sukses

Kemenkes RI Lakukan Survei Status Gizi Indonesia 2024, Berapa Anak Indonesia yang Stunting?

Kemenkes RI Berharap Data Survei Status Gizi Indonesia 2024 Bisa Membantu Menciptakan Generasi Sehat di Tahun 2045

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) resmi memulai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, menyampaikan, ada pembaruan dalam SSGI kali ini.

Dante, mengatakan, pengambilan data tahun ini tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. "Tapi berkolaborasi dengan berbagai macam stakeholder, dengan BPS (Badan Pusat Statistik), BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihak swasta, dan sebagainya," kata Dante dalam Kick Off SSGI 2024 di Jakarta pada Selasa (20/8/2024).

Dante menambahkan bahwa untuk memastikan validitas data dalam SSGI 2024, keikutsertaan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di daerah sangat diharapkan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengambilan data berjalan dengan akurat.

"Kenapa ini penting? Karena data yang akurat yang teliti dan kita lakukan dengan bekerja dengan hati dan semangat akan menghasilkan kerangka yang konkret dan data yang valid untuk pengambilan keputusan kebijakan kita di masa yang akan datang," ujarnya.

Survei ini juga fokus pada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu:

  • Stunting
  • Wasting
  • Underweight
  • Obestias.

"Dari data tersebut akan kita tetapkan berapa yang stunting, berapa yang wasting, berapa yang underweight, dan berapa yang obesitas," kata Dante.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jembatan untuk Siapkan Indonesia Emas 2045

Data SSGI 2024 juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan data gizi masyarakat terutama anak-anak di Indonesia. Dengan data ini, perencanaan penanganan masalah gizi yang dialami anak-anak indonesia akan lebih konkret.

"Sehingga ini akan menjadi jembatan kita mempersiapkan Indonesia emas di tahun 2045. Apa yang terjadi pada anak-anak sekarang adalah cerminan apa yang akan terjadi di 2045," ujar Dante.

"Kalau kita bisa melakukan survei dengan tepat, mengambil langkah konkret dengan baik, kita akan ciptakan generasi sehat di tahun 2045, di mana momentum bonus demografi terletak pada kesehatan anak-anak di masa sekarang ini," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Gambaran Status Gizi Anak Indonesia

Saat ini, Kemenkes mulai melakukan survei untuk melihat gambaran pola gizi anak-anak di tengah masyarakat. Sementara, koordinasi akan dilakukan ketika pelaksanaan program. Terkait gambaran kondisi gizi anak di Indonesia, saat ini stunting berada di angka 21,6 persen padahal seharusnya 17 persen.

"Mungkin dengan melakukan evaluasi yang lebih bagus kita nanti bisa mencapai target. Target kita 14 persen di tahun 2025," kata Dante.

Lantas, jika sudah didapat data survei, apakah aksi konkretnya berbentuk pemberian gizi bagi para anak?

"Aksi konkretnya nanti akan kita evaluasi," Dante menekankan.

4 dari 4 halaman

Data Stunting dalam e-PPGBM

Lebih lanjut, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira, menjelaskan soal sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).

"Jadi, kalau pengukuran serentak yang di e-PPGBM itu nanti akan dilakukan tindak lanjut bagi anak-anak yang kita identifikasi berisiko stunting. Hasilnya ada 16 juta anak yang sudah diukur. Dari situ kita udah identifikasi ada sekitar 5,6 juta anak yang berisiko stunting plus 1,1 juta yang diidentifikasi stunting," katanya.

"Tentu kita lihat pencegahan jadi sangat penting dan ditambah lagi dengan data SSGI yang kita dapatkan melalui survei yang akan berjalan tahun ini, nanti kita akan menghasilkan apa aja kebijakan-kebijakan yang baik," tambahnya.

Dante menambahkan bahwa angka 5,6 juta anak berisiko stunting itu jadi peringatan penting karena jika sudah stunting maka akan lebih sulit untuk menanganinya.

"Jadi, melakukan identifikasi pada anak-anak yang akan masuk stunting ini jadi langkah strategis supaya mereka tidak masuk stunting," pungkas Dante.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.