Sukses

Perkuat Deteksi Mpox, Anggota Komisi IX DPR RI Sarankan Active Case Finding

Penemuan 88 kasus di Indonesia baru melalui metode pasif case finding (penemuan kasus secara pasif), artinya perlu dilakukan active case finding atau penemuan kasus secara aktif.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Mpox yang menyerang dunia mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Terlebih, clade 1b yang dikenal lebih ganas telah terdeteksi di Thailand.

Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto turut angkat bicara soal penyakit yang juga disebut cacar monyet. Menurutnya, temuan 88 kasus di Indonesia tidak boleh dianggap remeh.

“Belajar dari COVID-19, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit ini agar tetap waspada,” kata Edy dalam keterangan pers dikutip Rabu (28/8/2024).

Edy menambahkan, penemuan 88 kasus di Indonesia baru melalui metode pasif case finding (penemuan kasus secara pasif). Artinya, pasien datang ke fasilitas kesehatan karena ada keluhan dan akhirnya terdiagnosis Mpox. Untuk itu dia menyarankan agar ada active case finding atau penemuan kasus secara aktif.

“Tracing kelompok berisiko dan kontak erat ini perlu dilakukan. Sehingga kemungkinan adanya kasus yang tidak terdeteksi menjadi lebih sedikit,” ungkap Legislator dari Dapil Jawa Tengah III itu.

Selain itu, Edy meminta agar pemerintah memperketat pintu masuk negara. Misalnya bandara dan pelabuhan internasional.

“Tolong betul-betul dilihat apakah ada WNA (warga negara asing) atau WNI (warga negara Indonesia) dari luar negeri yang sakit. Suhunya berapa, itu dipantau,” ujarnya.

Edy pun menyarankan, ketika petugas pintu negara mencurigai bahwa ada WNA atau WNI yang sedang sakit, maka harus segera diisolasi dan dilakukan pemeriksaan guna memastikan infeksi cacar monyet.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Minta Vaksin Diperbanyak

Tak lupa, Edy menyinggung soal ketersediaan vaksin. Sejauh ini Kementerian Kesehatan menurut rilisnya menyediakan 4.450 dosis. Lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyebutkan akan menambah 1000 dosis.

“Perlu diketahui, vaksin Mpox harus diberikan dua kali. Artinya sasaran vaksinasi Mpox sejumlah 2.725 orang. Sebaiknya vaksinnya diperbanyak lagi. Menkes harus segera membuat rencana untuk menyetok vaksin,” tutur Politisi PDI Perjuangan itu.

Vaksinasi Mpox rencananya diberikan kepada kelompok berisiko. Edy menyarankan agar kontak dekat termasuk tenaga kesehatan juga diberikan vaksin ini. Tujuannya, memberikan kekebalan bagi tubuh mereka.

”Mpox ini penyebabnya adalah virus. Maka perlu mempertebal imunitas kelompok berisiko termasuk tenaga kesehatan agar mereka tidak tertular Mpox,” ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Mengenal Mpox Lebih Dalam

Dalam keterangan lain, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik infeksi RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Hadianti Adlani menjelaskan terkait definisi Mpox.

Mpox adalah penyakit infeksi yang bisa menular melalui berbagai cara. Penyakit ini disebabkan virus golongan orthopox virus, yaitu virus Human Monkeypox yang dibawa oleh tikus Afrika.

Hewan pengerat itu disebut sebagai penyebab terbesar penyebaran Mpox ditambah dengan hewan liar lainnya termasuk primata (kera/monyet).

Mpox atau yang sebelumnya dikenal sebagai monkeypox dan cacar monyet bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya.

Infeksi ini pertama kali ditemukan pada monyet dan berasal dari daerah Afrika terutama Afrika Tengah dan Afrika Barat yang merupakan daerah hujan tropis.

4 dari 4 halaman

Siapa yang Bisa Terinfeksi Mpox?

Semua orang dari segala usia dan jenis kelamin dapat terkena penyakit ini. Namun, infeksi akan lebih berat dan lebih sering terjadi pada usia anak-anak.

Umumnya, jika sudah pernah terkena, pasien akan mempunyai daya tahan atau kekebalan terhadap penyakit ini hingga 85 persen. Kekebalan ini sama dengan seseorang yang sudah pernah mendapatkan vaksinasi cacar smallpox.

“Namun, jika daya tahan tubuh menurun, seperti pada kondisi seseorang yang disebut immunocompromised, maka bisa saja terserang kembali atau terkena lebih dari satu kali,” kata Hadianti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.