Sukses

Herpes Zoster atau Cacar Api: Gejala, Komplikasi serta Upaya Pencegahan

Herpes zoster merupakan reaktivasi dari virus Varicella zoster yang juga menyebabkan cacar air. Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi.

Liputan6.com, Jakarta Herpes zoster atau cacar api adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya bintil berisi air yang disertai nyeri pada salah satu sisi tubuh.

Penyebab penyakit ini sama dengan cacar air. Lho, kok bisa?

Cacar air adalah infeksi akibat virus Varicella zoster. Usai cacar air, virus tersebut tetap berada di dalam tubuh dan menjadi inaktif. Namun, saat daya tahan tubuh lemah maka virus tersebut bisa 'bangun' atau istilah lainnya reaktivasi menjadi herpes zoster.

Bila orang yang pernah terkena cacar air maka punya kemungkinan saat imunitas tubuh rendah terkena herpes zoster. Faktanya sekitar 95 persen orang di dunia pernah terpapar virus Varicella zoster.

"95 persen orang dewasa kalau diperiksa darahnya sudah pernah terpapar atau terpajan virus Varicella zoster. Ada yang pas kena sakit, mungkin pas kecil kena, tapi ada juga yang terpapar tapi tidak sakit," kata Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP.

Gejala Herpes Zoster

Ketika virus Varicella Zoster aktif kembali maka bisa menyebabkan salah satu sisi tubuh orang tersebut melepuh atau melenting.

"Gejala khas pada individu yang sehat dalam artian tidak memiliki penyakit lain yakni muncul lepuhan atau lenting atau bintil berisi air yang dijumpai pada salah satu sisi tubuh," kata dokter Nurwestu Rusetiyanti, M.Kes, SpDVE, SubspVen dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski).

Lepuhan atau bintil berisi air itu bisa muncul di seluruh bagian tubuh. Bisa di wajah, badan, lengan atau kaki.

Gejala khas lain dari herpes zoster atau cacar api ini adalah lentingan yang mengikuti saraf. "Misalnya mengenai saraf di leher, maka bentuk lenting sesuai dengan saraf di situ."

Setelah melepuh, beberapa hari kemudian akan muncul bercak lalu berkerak atau keropeng dalam waktu 10-15 hari. Lalu hilang dalam waktu 2-4 minggu.

"Setelah kering, bisa sembuh sempurna atau bisa menimbulkan gejala (lanjutan)," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Gejala Lain dari Herpes Zoster

Sebelum lenting atau lepuh itu muncul bakal lebih dulu muncul gejala lain. Seperti demam, merasa di area yang akan melepuh itu terasa tidak enak atau tidak nyaman.

Lalu, bisa juga terasa pegal di tempat yang akan muncul lepuh.

"Rasa tidak nyaman ini tergantung saraf mana yang kena," kata Nurwestu.

Bila daerah mata maka bakal terasa tidak nyaman dan pegal di area mata. Kemudian pada beberapa orang muncul rasa nyeri di sisi kiri dada bakal mengkhawatirkan pasien.

"Kadang hal ini menimbulkan rasa tanya apakah ini sakit jantung. Lalu setelah lenting itu keluar, baru sadar bahwa rasa nyeri itu karena herpes zoster," tutur Nurwestu.

 

3 dari 6 halaman

Komplikasi Herpes Zoster

Komplikasi umum dari herpes zoster adalah post-herpetic neuralgia (PHN) yakni sebuah nyeri saraf jangka panjang yang terjadi pada 5-30 persen kasus herpes zoster. Rasa nyeri bagaikan ditusuk dengan ribuan jarum.

"Pada beberapa pasien muncul nyeri teramat sangat, bisa dibayangkan seperti ditusuk ribuan jarum tapi tidak hilang sepanjang hari dan malam," kata dokter Paulus Sugianto dari Pokja Neuroinfeksi dan Neuroimonologi Perhimpunan Dokter Neurologi Indonesia di kesempatan yang sama.

Rasa nyeri muncul karena virus tersebut menyerang saraf dan sulit untuk dihilangkan atau dimatikan. "Virus itu akan memicu serabut saraf nyeri sehingga pasien akan mengalami serangan nyeri berkepanjangan," kata pria yang sehari-hari praktik di Surabaya, Jawa Timur ini.

Ia pernah mendapati pasien yang merasakan nyeri akibat herpes zoster hingga 6 bulan, 1 tahun bahkan lebih dari dua tahun.

"Saya pernah juga punya pasien sampai depresi karena sakitnya itu karena nyeri itu," cerita Paulus.

Lalu, Paulus juga membahas komplikasi yang bisa muncul gara-gara herpes zoster. Bila virus menyerang saraf di otak maka bisa menyebabkan radang otak atau ensafalitis.

Kemudian bila reaktivitasi herpes zoster terjadi di sumsum tulang belakang, hal itu bisa membuat pasien mengalami kelumpuhan.

4 dari 6 halaman

Siapa yang Rentan Kena Herpes Zoster?

Samsuridjal mengatakan ada dua kelompok yang berisiko lebih tinggi mengalami herpes zoster.

  • Orang yang berusia 50 tahun ke atas.
  • Berusia di atas 18 dengan keadaan kekebalan tubuh yang menurun seperti anak muda dengan HIV.

 

5 dari 6 halaman

Pengobatan Herpes Zoster

Bila mengalami gejala yang mengarah ke herpes zoster segera konsultasikan ke dokter untuk mengatasi ruam lepuh dan komplikasi yang muncul.

Beberapa obat antivirus bisa dipakai untuk mengobatai herpes zoster dan mempersingkat durasi dan tingkat keparahan penyakit. 

Pasien juga disarankan untuk memakai pakaian longgar serta pastikan ruam tetap bersih dan kering untuk mengurangi risiko infeksi.

6 dari 6 halaman

Pencegahan: Vaksinasi Herpes Zoster

Mengingat rasa nyeri dan komplikasi yang muncul, per Juli 2024 PAPDI memasukkan vaksin herpes zoster menjadi salah satu vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa.

"Cara pikir kita harus diubah, jangan semua soal kuratif,. Kenapa tidak berpikir ke hulu bahwa ini bisa dicegah ya kita cegah dengan vaksin herpes zoster," kata Ketua Umum PB PAPDI Sally Aman Nasution di kesempatan yang sama.

Hal senada juga disampaikan Paulus di mana vaksin herpes zoster bisa mengurangi risiko keparahan maupun reaktivasi virus Varicella zoster. 

"Dengan vaksinasi, kita bisa mengurangi risiko komplikasi yang tidak diharapkan dan sangat berbahaya dan tidak enak itu," kata Paulus.

Vaksin herpes zoster bisa memberikan perlindungan hingga 10 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini