Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia membawa kegembiraan tersendiri bagi warga Katolik di seluruh negeri. Di balik kharismanya, ada kisah inspiratif tentang kesederhanaan dan ketangguhan Paus Fransiskus. Pemimpin berusia 87 tahun ini hidup hanya dengan satu paru-paru.
Paus Fransiskus, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Jorge Bergoglio, harus menjalani operasi pengangkatan salah satu paru-parunya ketika masih remaja akibat infeksi parah.
Baca Juga
Menurut laporan Associated Press, seperti dikutip dari ABC pada Kamis, 5 September 2024, kondisi tersebut terjadi karena infeksi serius yang dialaminya di masa muda.
Advertisement
Pada 2013, Dr William Schaffner, ahli dari Vanderbilt University Medical Center, pernah membahas soal ini. "Dia berhasil melalui masa-masa sulit tersebut," kata Schaffner.
Mantan Presiden Yayasan Nasional Penyakit Menular AS itu menyebutkan ada dua kemungkinan penyebab Paus Fransiskus kehilangan satu paru-paru, dan harus hidup dengan 1 paru, yakni tuberkulosis atau komplikasi dari batuk rejan (pertusis).
"Ketika dia masih muda, belum ada terapi obat antibiotik yang luas, dan mungkin saja dia mengalami kerusakan besar pada paru-parunya atau bagian dari paru-parunya dan harus diangkat. Itu adalah pengobatan yang cukup standar di era sebelum adanya obat antibiotik," tambah Schaffner.
Selain TBC, Ini Alasan Mengejutkan Kenapa Paru-Paru Harus Diangkat!
Tidak hanya karena TBC, paru-paru seseorang juga bisa diangkat akibat komplikasi dari batuk rejan atau pertusis.
"Batuk rejan dapat merusak saluran bronkial dan memicu infeksi kronis yang membahayakan,"Â katanya.
Bahkan, ada kemungkinan Paus Fransiskus pernah mengidap pneumonia yang berujung komplikasi serius.
"Sekali lagi, hal ini terjadi sebelum antibiotik konvensional tersedia secara luas, sehingga mereka mungkin harus mengatasi komplikasi ini dengan pembedahan dengan mengambil seluruh atau sebagian paru-parunya," tambah Schaffner.
Advertisement
Lahir dengan Kelainan Paru-Paru?
Alasan berikutnya yang membuat seseorang perlu menjalani prosedur pengangkatan paru-paru adalah penyakit bawaan. "Terakhir, bisa saja dia terlahir dengan kelainan paru-paru bawaan sehingga tertular," kata Schaffner.
Tanpa pengobatan yang memadai, infeksi ini dapat mengancam nyawa karena tidak ada dukungan antibiotik yang efektif seperti yang tersedia saat ini.
Meskipun infeksi paru-paru ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan remaja, Schaffner menekankan bahwa risiko ini sangat tinggi, mengingat keterbatasan informasi tentang pengangkatan paru-paru.
Orang dengan Satu Paru Tetap Bisa Hidup Normal
Schaffner juga memastikan bahwa orang yang salah satu parunya diangkat tetap bisa hidup dengan normal. Bahkan, bermain tenis, hiking, dan jogging meski dengan satu paru.
"Rasanya seperti hidup hanya dengan satu ginjal," ujarnya.
Namun, jika Paus Fransiskus terkena suatu penyakit, dia hanya mempunyai satu paru-paru yang tersisa.
Seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti pneumonia dan bronkitis, menurut National Institutes of Health. Orang yang berusia di atas 65 tahun sangat mungkin terkena infeksi tersebut.
Risiko mereka meningkat jika mereka memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit jantung.
Faktanya, pneumonia adalah salah satu kondisi pernapasan yang paling umum seiring bertambahnya usia, kata ahli paru Dr. Greg Martin, yang mengajar di Universitas Emory dan berspesialisasi dalam perawatan kritis.
Advertisement