Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa makan telur bisa jadi cara yang baik untuk menjaga fungsi kognitif tetap baik, terlebih pada usia lanjut. Studi tersebut baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Nutrients.
Meski telur memiliki reputasi yang kurang baik karena kandungan kolesterol yang tinggi--satu butir telur berukuran besar mengandung sekitar 200 miligram kolesterol--para ahli kini mengatakan bahwa kebanyakan orang bisa mengonsumsi satu hingga dua butir telur setiap hari tanpa membahayakan kesehatan jantung, dilansir Health.
Baca Juga
Meski demikian, ada ragam makanan selain makan telur yang juga menawarkan dukungan kognitif.
Advertisement
Seperti disampaikan ahli diet terdaftar di Amy Davis Nutrition, Amy Davis RDN, jenis makanan kaya antioksidan dapat membatu mencegah penyakit neurodegeneratif.
"Makanan kaya antioksidan, seperti buah beri, bayam, dan kacang-kacangan, membantu melawan peradangan dan stres oksidatif, yang dapat mempercepat penuaan dan penyakit neurodegeneratif,” kata Amy Davis kepada Health.
Kunyit juga menjadi rimpang yang sangat bermanfaat bagi daya ingat dan pertumbuhan sel otak.
Selain itu, Intervensi Diet Mediterania-DASH untuk Keterlambatan Neurodegeneratif (MIND) dan Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (DASH) telah terbukti membantu memperlambat penurunan kognitif, Lindsay Malone, MS, RDN, LD, ahli diet terdaftar dan instruktur nutrisi di Case Western Reserve University, mengatakan kepada Health.
Pada akhirnya, dalam hal makan untuk mendukung kesehatan otak, David dan Malone mendorong keseimbangan dan moderasi pada kelompok makanan utama. Tidak ada makanan atau perilaku yang bisa mencegah penurunan kognitif, kata mereka.
A
Studi Makan Telur dan Penurunan Fungsi Kognitif
Penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Nutrients menemukan hubungan antara mengonsumsi telur dengan memori semantik dan fungsi eksekutif yang lebih baik pada wanita.
“Literatur sebelumnya mengenai hubungan kadar kolesterol makanan dengan fungsi kognitif tidak konsisten dengan beberapa penelitian yang menunjukkan efek negatif, penelitian lain menunjukkan efek positif, dan penelitian lainnya tidak menunjukkan efek apa pun,” jelas Donna Kritz-Silverstein, PhD, peneliti utama studi tersebut dan profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Departemen Kedokteran Keluarga di Universitas California San Diego pada Health.
Untuk menguji pengaruh telur terhadap fungsi kognitif, para peneliti mengambil data dari 890 orang dewasa (357 laki-laki dan 533 perempuan) yang berpartisipasi dalam Studi Rancho Bernardo, sebuah studi kohort observasional berbasis komunitas jangka panjang. Semua peserta berusia di atas 55 tahun, dan usia rata-rata adalah antara 70 dan 72 tahun.
Asupan telur peserta dinilai antara tahun 1988 dan 1991 melalui kuesioner frekuensi makanan. Para peneliti juga memberikan tes kinerja peserta antara tahun-tahun tersebut untuk memeriksa fungsi kognitif global, seperti bahasa, orientasi, perhatian, ingatan, fungsi eksekutif, fleksibilitas mental, dan pelacakan visuomotor. Keterampilan tersebut dinilai kembali antara tahun 1992 dan 1996, dengan rata-rata waktu antar kunjungan adalah sekitar empat tahun.
Advertisement
Wanita yang Makan Telur Alami Sedikit Penurunan Kognitif
Para peneliti menemukan bahwa 14% pria dan 16,5% wanita dilaporkan tidak pernah makan telur. Sebaliknya, 7% pria dan hampir 4% wanita melaporkan mengonsumsi telur lebih dari lima kali seminggu.
Secara umum, laki-laki memiliki tingkat konsumsi telur yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan lebih cenderung mengonsumsinya dua hingga empat kali atau lebih dari lima kali dalam seminggu. Wanita lebih cenderung tidak makan telur atau makan satu hingga tiga butir per bulan.
Setelah disesuaikan dengan pilihan gaya hidup, diagnosis medis, dan asupan protein, kalori, dan kolesterol, bukti menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi lebih banyak telur mengalami lebih sedikit penurunan skor kelancaran, yang menilai memori semantik dan fungsi eksekutif.