Sukses

Nasi Telur Kecap dan Minyak Jelantah, Menu Murah Meriah yang Bisa Picu Kanker Jika Keseringan

Hati-Hati! Nasi Telur Kecap dengan Minyak Jelantah Ternyata Bisa Sebabkan Kanker. Penting untuk Lebih Memperhatikan Pola Makan Sehari-Hari.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang bisa menolak nikmatnya sepiring nasi telur kecap dengan siraman minyak jelantah? Menu sederhana ini sering kali menjadi andalan saat perut lapar, tapi dompet sedang sekarat. Nasi putih hangat, telur goreng dengan kuning setengah matang, disiram kecap manis, lalu diberi sedikit minyak jelantah bekas goreng yang gurih. Apalagi jika ditambah dengan kerupuk renyah, sungguh menggugah selera.

Namun, di balik kenikmatannya yang sederhana, hidangan ini ternyata menyimpan bahaya bagi kesehatan. Minyak jelantah yang sering digunakan berulang kali untuk menggoreng ternyata bisa menjadi ancaman serius bagi tubuh kita. 

Apa Bahaya dari Minyak Jelantah?

Minyak jelantah atau minyak bekas sering kali dianggap menambah rasa gurih pada makanan. Namun, tahukah kamu bahwa minyak yang dipakai berulang kali, terutama pada suhu tinggi (lebih dari 170-200 derajat Celsius), bisa memicu terbentuknya zat karsinogenik. Zat ini adalah senyawa berbahaya yang bisa menyebabkan kanker.

Menurut Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni dari IPB University, pemakaian minyak jelantah yang berulang kali akan mengubah lemak tak jenuh menjadi lemak trans. Lemak trans inilah yang sering disebut sebagai biang keladi dari berbagai penyakit kronis seperti jantung, diabetes, dan bahkan obesitas.

Selain itu, minyak jelantah juga bisa menjadi 'rumah' bagi radikal bebas. Saat makanan digoreng dengan minyak bekas, radikal bebas tersebut masuk ke tubuh dan dapat merusak sel-sel tubuh. Akibatnya, risiko terkena kanker dan penyakit degeneratif lainnya, seperti Alzheimer dan Parkinson, meningkat.

 

2 dari 5 halaman

Apakah Minyak Jelantah Baik untuk Kesehatan?

Tidak hanya itu, minyak jelantah juga berisiko menimbulkan penumpukan lemak di pembuluh darah. Ini bisa memicu berbagai penyakit berbahaya seperti hipertensi, serangan jantung, hingga stroke. Oleh sebab itu, jangan sering-sering dalam menyantapnya.

Apakah Nasi Telur Kecap Aman?

Telur sebenarnya adalah salah satu makanan sehat yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Menurut Mayo Clinic Health System, mengonsumsi telur dalam jumlah yang wajar bisa membantu menjaga kesehatan tubuh. Namun, ketika telur digoreng dengan minyak jelantah, manfaat sehat tersebut bisa berkurang, dan malah membawa risiko penyakit.

Memang, kolesterol dalam telur tidak sepenuhnya buruk bagi tubuh, asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Namun, saat telur dimasak dengan minyak jelantah, kandungan lemak trans dari minyak bekas tersebut bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh. Kolesterol ini dikenal sebagai penyebab utama berbagai masalah jantung.

 

3 dari 5 halaman

Apakah Telur Bikin Kolesterol Naik?

Penelitian mengungkap bahwa kolesterol dalam telur sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh manusia, terutama jika dibandingkan dengan sumber kolesterol lainnya. Namun, perhatikan cara penyajiannya.

Telur sering disantap dengan makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol seperti minyak, mentega, atau keju, yang justru bisa memicu risiko penyakit jantung jika dikonsumsi berlebihan.

Menurut artikel yang ditinjau oleh ahli diet Suzanne Fisher RD di Health, orang dewasa sehat bisa menikmati telur setiap hari dengan aman. Rekomendasi umum adalah 1 s.d 2 butir telur per hari atau hingga 7 butir per minggu.

Kenapa telur pantas disebut 'superfood'? Berdasarkan informasi dari Mayo Clinic Health System, telur sangat kaya nutrisi. Tinggi protein, vitamin, dan mineral, telur juga rendah kalori dan lemak jenuh, sehingga cocok untuk gaya hidup sehat. Telur adalah sumber utama vitamin A, D, B12, dan kolin, nutrisi penting yang berperan dalam berbagai proses metabolisme tubuh.

4 dari 5 halaman

Bagaimana Cara Memasak Telur untuk Menjaga Nutrisinya?

Ternyata, cara memasak telur bisa mempengaruhi kandungan nutrisinya. Menurut penelitian yang ditinjau secara medis oleh Natalie Olsen RD LD yang dilansir dari Healthline, memasak telur terlalu lama bisa mengurangi kandungan vitamin A hingga 17 s.d 20 persen. Nggak cuma itu, antioksidan di dalam telur juga bisa berkurang enam hingga 18 persen tergantung metode masaknya, apakah digoreng, direbus, atau dimasak dengan microwave.

Semakin lama proses memasaknya, semakin banyak nutrisi yang hilang. Misalnya, telur yang dipanggang selama 40 menit bisa kehilangan hingga 61 persen vitamin D. Namun, jangan khawatir. Kalau kamu hanya menggoreng atau merebusnya sebentar, nutrisinya yang hilang cuma sekitar 18 persen.

Meski begitu, tenang saja. Telur tetap menjadi sumber vitamin dan antioksidan yang kaya. Jadi, tetap nikmati telur dengan cara yang sehat dan jangan terlalu lama memasaknya agar nutrisinya tetap terjaga.

5 dari 5 halaman

Apakah Telur Baik untuk Jantung?

Telur bukan hanya lezat dan mudah diolah, tapi juga penuh dengan kalium, folat, dan vitamin B yang penting untuk kesehatan jantung. Beberapa studi bahkan menyebutkan bahwa mengonsumsi hingga dua butir telur sehari bisa memberikan manfaat besar bagi jantung kamu.

Namu, ingat, kuncinya ada di moderasi. Makan telur setiap hari aman, asalkan diimbangi dengan pola makan sehat yang seimbang. Selain itu, telur mengandung banyak vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya, termasuk kolesterol, yang sering jadi topik perdebatan.

Satu butir telur mengandung sekitar 207 miligram kolesterol, atau 69 persen dari batas harian yang direkomendasikan menurut Dietary Guidelines for Americans, seperti dikutip dari Eating Well. Namun, kolesterol dalam telur sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan, terutama jika dibandingkan dengan sumber kolesterol lainnya.

Bagaimana dengan lemak jenuh? Memang benar, tubuh kita memerlukan lemak jenuh, tetapi masalah muncul saat kita terlalu banyak mengonsumsi lemak tidak sehat yang sering terdapat pada makanan olahan dengan kandungan gula tinggi.

Solusinya? Nikmati telur secukupnya, dan padukan dengan sumber protein nabati atau rendah lemak untuk menjaga keseimbangan nutrisi. Hindari konsumsi berlebihan lemak jenuh agar tetap sehat.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence