Sukses

Wacana Susu Ikan Jadi Alternatif Susu Sapi di Program Makan Bergizi Gratis, Plus Minusnya?

HPI yang menjadi bahan susu ikan adalah ekstrak protein ikan adalah hasil penelitian tim bioteknologi Litbang KKP tahun 2017. Produk ini dibuat sebagai upaya peningkatan asupan protein harian masyarakat yang baru berada di angka 62,3 gram/kapita/hari.

Liputan6.com, Jakarta - 'Susu ikan' menjadi buah bibir akhir-akhir ini. Namanya yang tak biasa membuat banyak orang bertanya-tanya. Publik pun semakin penasaran ketika 'susu ikan' disebut-sebut akan masuk dalam program makan bergizi gratis pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Diketahui, saat ini PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), badan usaha milik negara yang bergerak di bidang pangan, tengah mengkaji susu ikan sebagai alternatif susu sapi dalam program makan bergizi gratis dan susu gratis pada pemerintahan selanjutnya. Menurut PT RNI melalui ID Food, pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi relatif memerlukan waktu cukup lama, dua hingga tiga tahun. Oleh karena itu perlu adanya alternatif susu lain guna memenuhi program makan bergizi gratis yang mencakup susu.

Susu ikan berbeda dari susu sapi yang umum dikonsumsi masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut bahwa susu ikan merupakan minuman protein yang merupakan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang diolah dan bisa disajikan menyerupai susu.

Sebutan 'susu ikan' menurut Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo merupakan branding dari inovasi produk turunan HPI agar mudah dikenal dan dikonsumsi masyarakat mengenai produk tersebut.

"Jadi bukan dalam arti susu yang sebenarnya, melainkan susu analog hasil dari HPI," jelas Budi di Jakarta, Kamis (12/9), dikutip ANTARA.

HPI adalah ekstrak protein ikan hasil penelitian tim bioteknologi Litbang KKP tahun 2017 sebagai upaya peningkatan asupan protein harian masyarakat yang saat ini baru berada di angka 62,3 gram/kapita/hari. Ekstrak protein ini memanfaatkan ikan rendah ekonomi seperti petek, selar, tamban, dan belok.

 

2 dari 6 halaman

Susu Ikan Tuai Beragam Respons

Kehadiran 'susu ikan' yang dikaitkan dengan program makan bergizi gratis ini pun memicu reaksi dari berbagai pihak. Tak sedikit yang penasaran dengan apa itu susu ikan, kandungan gizi, hingga rasanya. Banyak pihak yang bertanya-tanya, apakah kandungan protein dan gizi dari minuman ini akan dapat menjadi alternatif dari susu sapi yang telah lebih dulu populer. 

Salah satu respons berasal dari akademisi, Doktor Bidang Biokimia Susu yang merupakan pengajar Fakultas Peternakan IPB, Epi Taufik. Menurutnya, belum ada istilah susu ikan di dunia. Jika merujuk pada CODEX Alimentarius (CODEX STAN 206-1999), susu adalah sekresi atau cairan yang keluar normal dari hewan perah atau mamalia seperti sapi, domba, kambing, kerbau, kuda, unta serta lainnya yang diperoleh dari satu atau lebih pemerahan tanpa penambahan atau ekstraksi darinya. Hasil perahan untuk dikonsumsi sebagai susu cair atau untuk diproses lebih lanjut.

Dia juga mempertanyakan soal palatabilitas bila mengonsumsi susu ikan. "Palatabilitas itu adalah orang yang mengonsumsi suka/bisa memakan/meminumnya enggak? Kalau jus atau susu kedelai, oat, almond banyak di dunia," ujar Epi kepada Health Liputan6.com pada Senin, 9 September 2024.

Meski demikian, Epi tidak mempermasalahkan susu ikan sebagai inovasi. Hanya saja, dia menyarankan agar tidak mengaitkan dengan program susu gratis. "School milk program di mana-mana di dunia, ya, susu sapi atau susu hewan," kata Epi.

Ini karena jika melihat pada kandungan protein, lemak, kalsium, dan vitaminnya, susu sapi atau susu hewan tetap lebih unggul dibandingkan dengan 'susu ikan', meski 'susu ikan' pun memiliki keunggulan dalam hal 'omega 3' yang baik bagi kesehatan jantung dan otak.

3 dari 6 halaman

Keunggulan Susu Ikan

Sementara itu, Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting, Kesehatan Ibu dan Anak dan SDG's Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Agussalim Bukhari melihat susu sapi dan susu ikan merupakan sumber protein yang baik. Hanya saja dari segi harga, Agussalim menyebut bahwa susu sapi yang diimpor memiliki harga mahal karena terkait biaya perawatannya.

"Sedangkan untuk ikan kan lebih mudah, tinggal kita tangkap saja di perairan kita. Jadi dari segi bahan baku, itu lebih murah," ungkap Agussalim, Jumat (13/9).

Agussalim pun menyoroti keunggulan ikan berupa kandungan omega 3 yang baik untuk jantung dan tumbuh kembang otak anak.

Dia pun menilai, pemanfaatan ikan yang merupakan produk lokal Indonesia, bisa jadi salah satu alternatif untuk meningkatkan gizi anak sekaligus memberdayakan publik. Selain berkelanjutan, katanya, produk untuk meningkatkan gizi itu juga harus terjangkau, sehat, bergizi dan aman.

"Apalagi kalau gratis kan sangat bagus, bergizi dan aman tentunya. Jadi memudahkan upaya-upaya ini bisa mempercepat penurunan, kalau bisa 100 persen kan penurunan angka malnutrisi. Karena kan kualitas SDM sangat ditentukan oleh gizi, mulai dari seribu hari pertama tentunya," tutur Agusssalim.

Kelebihan susu ikan dibandingkan dengan susu sapi biasa menurut Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari yaitu tidak mengandung alergen sehingga aman bagi penderita intoleransi laktosa.

"Aman bagi penderita lactose intolerant, karena ikan tidak mengandung laktosa," ungkap Puji, Rabu (11/9).

Selian mengandung omega 3, susu ikan pun disebutnya punya kandungan senyawa protein yang telah terurai seperti asam amino esensial dan nonesensial, peptida.

4 dari 6 halaman

Masih Dalam Tahap Uji Coba

Inovasi susu ikan tentunya juga memantik respons masyarakat. Ada yang penasaran dengan rasanya, ada pula yang menghujat terutama di media sosial.

Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengaku pihaknya belum mengetahui terkait persoalan susu ikan.

"Saya jujur aja belum monitor soal susu ikan ini, apakah susu disubtitusi dengan ikan barangkali, tapi jujur saya enggak, enggak aku enggak monitor soal itu, mungkin susu mengandung ikan," kata dia, saat diwawancarai di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/9/2024).

"Kayak susu kedelai gitu. Ikan kan enggak menyusui, maksud saya kalau missleading di sosmed saya enggak ikutin sih," sambung dia.

Kendati demikian, dia menjelaskan terkait program makan bergizi gratis tujuannya adalah memberikan protein yang cukup bagi anak-anak.

"Nah intinya begini, kita ini kan belum cukup susu dan dagingnya. Maka kita kalau bisa dan arahannya jelas, jangan impor susu. Kita ingin impornya buka ruang lebar ke pihak swasta atau siapapun itu kita buka ruang untuk datangkan sapi hidup di Indonesia. Kenapa kita kurang susu dan daging? Karena sapi induknya kurang," jelasnya.

Sudaryono mengungkapkan, subtitusi kandungan protrein dengan sumber lain seperti nabati dan hewani dimungkinkan, ketimbang menunggu sapi perahnya datang.

"Kan kita kan sudah surplus, sudah swasembada di telur dan ikan, ayam, ya kan terus barangkali itu jadi sumber. Jadi subtitusi, bukan dipaksakan impor susu bubuk dan lain-lain. Kita tidak arahkan ke sana, kita lebih ke momen makan bergizi gratis ini pemerintah bisa trigger kemandirian pangan, bukan hanya beras, tapi telur ayam daging dan susu yang kita harus raih," imbuh dia.

Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi menegaskan tidak ada skenario dari Badan Gizi Nasional terkait penggunaan susu ikan dalam program makan bergizi gratis pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Menurut dia, Badan Gizi Nasional terbuka dengan ide dari pihak lain untuk program andalan Prabowo itu.

"Keterangan yang saya dapat dari Kepala Badan Gizi Nasional sejauh ini tidak ada skenario bernama susu ikan," kata Hasan kepada wartawan, Selasa (10/9/2024).

"Tapi Badan Gizi terbuka dengan berbagai ide dari pihak lain, asalkan sudah proven dan bisa diimplementasikan," sambungnya.

Dia menyampaikan ide penggunaan susu ikan dalam program makan bergizi gratis bukan berasal dari Badan Gizi Nasional, namun pihak lain. Hasan mempersilakan pihak lain melakukan uji coba terkait susu ikan.

"Silakan saja dulu diujicoba. Kalau nanti sudah melalui proses uji coba dan ternyata hasilnya baik, bisa jadi alternatif pengayaan nutrisi, tapi bukan untuk pengganti susu," jelas Hasan.

 

5 dari 6 halaman

Cara Lain Mengonsumsi Ikan

Sementara itu, menanggapi reaksi warganet mengenai susu ikan, CEO PT Berikan Teknologi Indonesia, Yogi Aribawa Krisna angkat bicara. Menurutnya, susu ikan memang tidak tepat jika dibandingkan dengan susu sapi termasuk soal kandungan gizinya, karena tidak apple to apple.

"Memang tidak bisa dibandingkan apple to apple karena masing-masing ini, satu, sumbernya berbeda. Kedua, memang proses pengolahannya pun berbeda. Jadi, pasti ada kekurangan dan kelebihan masing-masing," ujar Yogi saat ditemui di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta pada Selasa, 17 September 2024.

Salah satu perbedaan yang jelas antara susu ikan vs susu sapi adalah kandungan laktosanya. Susu sapi jelas mengandung laktosa sementara susu ikan tidak alias free lactose.

Yogi tak memungkiri, isu susu ikan ini memang menjadi diskursus netizen. Namun, poin yang dapat diambil, ini adalah salah satu cara alternatif dalam mengonsumsi ikan yang praktis dan bisa multiaplikasi.

"Jadi, saat ini memang kita lihat trennya orang ingin mengonsumsi itu serba praktis, serba instan. Saya yakin ibu-ibu pekerja, yang pergi pagi pulang malam mungkin nggak sempat untuk mengolah ikan yang masih ada kepala dan ekor. Jadi, sebenarnya kita jadi alternatif untuk cara mengonsumsi tapi dengan gaya yang berbeda," katanya.

Yogi, menambahkan, adanya inovasi susu ikan menjadi sebuah pilihan. Artinya, untuk mendapatkan kebaikan ikan, tak harus melulu mengonsumsi ikan utuh.

"Mengonsumsi ikan, dalam mendapatkan fungsi dan manfaatnya itu nggak harus dalam bentuk ikan utuh. Tapi, bisa dimasukan dalam fortifikasi, ke dalam cookies, mie, pangan-pangan lokal, bahkan yang sekarang kita masukkan ke minuman protein yang disebut susu ikan," ujarnya.

Terkait keamanan dan isu alergen dalam ikan, ini bisa dikurangi ketika ikan diolah menjadi susu ikan.

"Kita melihat dari sisi keamanan pangannya, ini penting. Isu di perikanan itu ada isu mikroplastik, isu logam berat, isu alergen. Ini yang secara teknologi kita bisa lakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan," kata Yogi.

Meski kadar alergen orang berbeda-beda, tapi Yogi mengklaim bahwa pihaknya bisa menekan tingkat alergen serendah mungkin.

6 dari 6 halaman

Bagaimana Rasa Susu Ikan?

Sebagai produk turunan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI), susu ikan juga bisa diolah sebagai bahan tambahan dalam jenis makanan lain. Termasuk kue sus, biskuit, cilok, bolu kukus, roti tawar, dan waffle. 

Salah seorang pekerja media yang berkesempatan untuk mencicipi olahan dari susu ikan, kue sus dengan bahan susu ikan rasanya enak dan tidak amis.

“Nah, kalau dijadikan kue itu enak, enggak tercium dan enggak terasa ada amis ikannya, kayak pakai susu sapi biasanya,” ucap Iqbal kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Selasa (17/9/2024).

Pria 28 tahun itu menggambarkan bahwa kulit kue sus yang terbuat dari susu ikan memiliki tekstur lebih basah dan lembut. Sementara, isian atau flanya manis dan meleleh ketika digigit.

“Kalau sus biasa kulitnya itu agak kering, kalau yang ini agak basah dan padat warnanya juga bagus, kuning keemasan,” ucap Iqbal.

Dia pun mencicipi susu ikan dalam bentuk minuman. Susu ikan ini tersedia dalam dua rasa yakni coklat dan stroberi.

Iqbal mengatakan, dilihat dari tampilannya, susu ini seperti susu kemasan pada umumnya. Namun, masih memiliki rasa amis.

“Kalau dilihat dari tampilannya seperti susu yang biasa dijual di kemasan kotak kecil, yang biasa diminum anak-anak. Tapi bedanya susu ikan ini masih terasa amis ikan, aromanya pun ada amis-amisnya,” ujarnya.

Dengan begitu, ia lebih suka kue sus susu ikan ketimbang susu ikannya langsung sebagai minuman. Baginya, susu ikan rasa coklat memiliki rasa amis yang lebih terasa ketimbang rasa stroberi.