Sukses

Alasan Dokter Tirta Berhenti Merokok, Harga Rokok Sama dengan Harga Dada Ayam

Dokter Tirta, yang berhenti merokok setelah 17 tahun, mengungkapkan alasan sederhana: harga rokok kini setara dengan daging ayam.

Liputan6.com, Jakarta - Dokter Tirta Mandira Hudhi, yang sering disapa Cipeng, menceritakan perjalanan awalnya berhenti merokok. Dia mulai merokok sejak umur 14 tahun dan telah menjadi perokok selama 17 tahun. Namun, dua tahun terakhir, dokter Tirta memutuskan untuk berhenti merokok.

Alasan utamanya berhenti merokok cukup sederhana. Menurutnya, harga rokok semakin mahal dan setara dengan harga daging ayam. "Simpelnya, karena saya tipikal perhitungan alias pelit. Harga rokok meningkat terus. Harga rokok itu sama saja dengan harga dada ayam satu kilo," ujar Tirta dalam Peluncuran Allianz Flexi Medical Plan: Asuransi Kesehatan Flexible untuk GenerAZi Flexible di Jakarta pada Kamis, 19 September 2024. 

"Kalau boneless (tanpa tulang) itu sekitar Rp35 ribu, jadi kalau merokok dua bungkus sama saja kita beli boneless sekilo," tambahnya.

Dari perhitungan tersebut, Tirta memutuskan untuk berhenti mengonsumsi produk tembakau yang dikenal dapat memicu berbagai penyakit. "Ternyata saya bisa berhenti merokok karena uang," ucapnya.

Selain berhenti merokok, Tirta juga memiliki masalah kesehatan, yaitu bronkitis. Ia pun memutuskan untuk lebih rajin berolahraga, mulai dari bersepeda hingga mendaki gunung atau hiking.

Dengan tekun berolahraga dan berhenti merokok, kini usia metabolik Tirta setara dengan usia 17 tahun, padahal usia aslinya adalah 33 tahun.

2 dari 4 halaman

Pengaruh Perubahan Gaya Hidup Selama 2 Tahun

Tirta menambahkan bahwa dirinya merasakan perubahan yang luar biasa setelah menerapkan gaya hidup sehat selama dua tahun. Ini termasuk berhenti merokok dan rajin olahraga.

Selain menyehatkan tubuh dan membuat usia metaboliknya lebih muda, olahraga juga mengurangi derajat skoliosis yang diidapnya. Di sisi lain, kebiasaan hidup sehat juga membuat tubuhnya lebih berisi.

"Dulu disebut Cipeng tuh karena Cina kerempeng, sekarang Citot, Cina cinta otot," ujarnya.

Dia juga bersyukur lantaran kini teman-teman seusianya mulai aktif berolahraga. Tak sedikit yang membagikan momen-momen olahraga di sosial media.

"Teman-teman saya satu circle pun saya lihat story-story mereka tuh sudah pada jadi atlet. Tiap hari update Strava, ada yang lari di Bali, besoknya lari di Jepang," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Tak Ada Kata Terlambat untuk Mulai Olahraga

Melihat orang-orang mulai memerhatikan gaya hidup sehat, Tirta berpendapat bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai berolahraga.

"Kalau dari saya sih, saya baru menyadari bahwa tidak ada yang salah untuk olahraga di usia berapapun. Cuma penyesalannya adalah kenapa kita tidak melakukan olahraga-olahraga ini sejak muda," ujarnya.

"Karena kalau kita menyukai olahraga sejak muda postur tubuh itu akan lebih proper, tapi tidak ada yang salah. Jadi, kalau baru mau memulai tapi usia 40 atau 50 ya enggak apa-apa," tambahnya.

Baginya, gaya hidup sehat adalah salah satu bentuk usaha atau ikhtiar menjaga kesehatan.

4 dari 4 halaman

Olahraga Sebagai Peredam Stres

Tirta menyampaikan, olahraga adalah salah satu cara dia untuk mengurangi stres. "Sebenarnya olahraga itu part of stress release-ku, kecuali kalau udah pada pamer Strava itu malah lebih stres. Jadi, hampir 80 persen olahragaku itu sendiri, enggak pakai komunitas," katanya.

Di tengah kesibukan harian yang padat, olahraga menjadi sebuah peredam stres bagi Tirta. Dia menyadari bahwa kesehatan mental adalah hal penting. Guna menghindari masalah kesehatan mental yang lebih serius, maka hal ini perlu mendapat perhatian, katanya.