Sukses

4 Cara Cegah Kardiomiopati yang Bisa Picu Kematian Mendadak pada Usia Muda

Kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, yaitu puncaknya di sekitar usia 30-40 tahun.

Liputan6.com, Jakarta Kardiomiopati adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kelainan pada otot jantung karena sebab yang spesifik.

Jantung merupakan organ otot, sehingga apabila otot jantung mengalami perubahan struktural atau fungsional, maka kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh dapat terganggu. Kondisi demikian dikenal sebagai gagal jantung.

Kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, yaitu puncaknya di sekitar usia 30-40 tahun. Pada beberapa kasus, khususnya usia muda, kelainan ini tidak menimbulkan keluhan apapun, sehingga sering kali terdeteksi secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin semisal rekaman jantung (EKG) dan ekokardiografi.

Salah satu jenis kardiomiopati yakni kardiomiopati hipertrofik merupakan penyebab tersering dari kematian jantung mendadak saat sedang berolahraga pada usia muda.

Kabar baiknya, menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialisasi gagal jantung lanjut dan kardiometabolik di RS Siloam Kebon Jeruk, Leonardo Paskah Suciadi, setidaknya empat cara untuk mencegah kardiomiopati, yakni:

Pola Makan Sehat

Diet atau pola makan sehat seperti mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak untuk mengelola tekanan darah dan berat badan dapat mencegah kardiomiopati. Asupan cairan juga perlu dijaga terutama jika sudah terdapat gagal jantung.

“Menurunkan berat badan dilakukan agar beban kerja jantung berkurang, antara lain dengan pengaturan diet, olahraga rutin, maupun bantuan obat atau intervensi medis tertentu,” kata Leonardo dalam keterangan pers, Selasa (24/9/2024).

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

Cara berikutnya untuk mencegah kardiomiopati adalah:

Olahraga Teratur

Latihan fisik yang terukur tetap direkomendasikan untuk meningkatkan stamina dan kebugaran secara umum.

Umumnya pasien kardiomiopati tidak disarankan untuk menjalani olahraga berat atau ekstrem dikarenakan risiko aritmia dan henti jantung mendadak.

Hindari Alkohol dan Rokok

Kebiasaan minum alkohol dan merokok dapat memperburuk kondisi jantung sehingga perlu dihindari.

3 dari 4 halaman

Siapa Saja yang Bisa Mengidap Kardiomiopati?

Leonardo mengingatkan, siapa saja dapat terkena kardiomiopati, terlepas dari usia atau jenis kelamin. Namun, beberapa kelompok lebih mungkin mengalami kardiomiopati jika memiliki faktor risiko berikut:

Riwayat Keluarga

Risiko tertinggi apabila terdapat anggota keluarga yang mengidap kardiomiopati serupa, penyakit jantung lain, atau kematian jantung mendadak pada usia muda.

Genetik

Risiko meningkat pada mereka yang mewarisi gen yang termutasi. Tes genetik dapat mengungkap hal ini.

Riwayat Infeksi atau Peradangan Jantung

Faktor risiko turut meningkat jika ada riwayat infeksi atau peradangan jantung (miokarditis). Kondisi ini paling sering disebabkan oleh beberapa virus tertentu. Sering kali saat terkena infeksi, gejalanya ringan layaknya flu biasa

Penyintas Kanker

Penyintas kanker terutama yang pernah atau sedang mendapatkan radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi tertentu yang berpotensi toksik bagi otot jantung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kardiomiopati.

Penyakit Sistemik

Penyakit sistemik seperti penyakit jaringan ikat atau autoimun tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya kardiomiopati, khususnya jenis dilatasi dan restriktif.

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati yang paling umum. Dalam kondisi ini, otot jantung akan melemah sehingga dinding bilik jantung (ventrikel) akan mengalami penipisan dan ruang jantung membesar.

Sebagai konsekuensinya, jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif. Gejala yang sering muncul termasuk sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan pada kaki atau perut.

Sementara, kardiomiopati restriktif ditandai perubahan struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan pengerasan otot jantung tanpa adanya penebalan dinding.

Jenis kardiomiopati ini terbilang lebih jarang dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. Serupa dengan kardiomiopati hipertrofik, kondisi restriktif akan menyebabkan gangguan berat pada fase relaksasi otot jantung. Akibatnya, pasien dapat mengalami gagal jantung dengan gejala berat dan umumnya sulit untuk diobati. 

“Penyebabnya bisa beragam, salah satunya yang cukup sering ditemukan belakangan adalah amiloidosis (penumpukan protein amiloid) jantung,” ujar Leonardo.

4 dari 4 halaman

Perawatan untuk Pasien Kardiomiopati

Leonardo menerangkan, untuk menangani kardiomiopati, maka perlu layanan komprehensif seperti layanan Advanced Cardiac Care Clinic (ACCC).

Ini adalah pendukung pelayanan konsultasi di klinik spesialis jantung yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan perawatan komprehensif pasien dengan penyakit jantung yang kompleks seperti gagal jantung.

Tim yang berdedikasi khusus di ACCC terdiri atas dokter umum, perawat, farmasi klinis dan ahli gizi yang dilatih khusus dan bersertifikasi nasional untuk pelayanan khususnya di bidang gagal jantung. Pelayanannya meliputi:

  • Edukasi pasien: Memberikan informasi mendetail terkait aspek penyakit yang diidap dan tentang cara perawatan diri selama di rumah.
  • Monitoring rutin: Membangun komunikasi secara telemonitoring antara tim medis di RS dengan pasien dan perawatnya di rumah perihal kondisi terkini pasien beserta permasalahan yang dihadapi selama di luar rumah sakit. Hal ini juga meliputi pemantauan kondisi secara teratur untuk menilai efektivitas pengobatan dan perkembangan penyakit.
  • Konsultasi nutrisi: Penilaian status gizi dan membantu merancang program diet yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan jantung.
  • Farmasi klinis: Penjelasan detail tentang berbagai obat yang diresepkan oleh dokter, meliputi kegunaan, cara minum, cara penyimpanan, dan potensi efek samping yang dapat terjadi. Selain itu, pengecekan potensi interaksi obat juga dilakukan untuk pasien yang mengkonsumsi banyak obat dari beberapa dokter yang berbeda (polifarmasi).

"Layanan ACCC bertujuan memberikan pendekatan holistik dan terkoordinasi dalam perawatan pasien dengan penyakit jantung yang kompleks, khususnya gagal jantung. Dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup dan pengelolaan jangka panjang secara berkesinambungan," pungkasnya.