Sukses

Henti Jantung Mendadak adalah Ancaman Tak Terlihat yang Perlu Diwaspadai, Kenali Risikonya Sebelum Terlambat

Henti jantung mendadak adalah kondisi berbahaya yang bisa terjadi tiba-tiba. Kenali risikonya dan mulailah menjaga kesehatan jantungmu dari sekarang

Liputan6.com, Jakarta - Henti jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan bisa terjadi tanpa peringatan. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

Meskipun sering kali tidak terduga, ada sejumlah faktor yang bisa memicu terjadinya henti jantung mendadak. Salah satunya adalah penyakit jantung koroner (PJK), yang semakin meningkat akibat perubahan gaya hidup tidak sehat.

Apa Saja Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner?

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr. Siti Nadia Tarmizi, gaya hidup tidak sehat yang banyak dijalani masyarakat Indonesia menjadi kontributor utama meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskular.

Kebiasaan merokok, pola makan tinggi lemak dan garam, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, serta kurangnya aktivitas fisik adalah faktor-faktor risiko yang paling sering dijumpai, seperti dikutip dari Sehat Negeriku pada Kamis, 26 September 2024.

Mengapa ini penting? Nadia menekankan bahwa 50 persen dari penderita penyakit jantung koroner berpotensi mengalami henti jantung mendadak. Ketika arteri yang seharusnya mengalirkan darah ke jantung tersumbat, hal ini dapat memicu gangguan ritme jantung yang berakibat fatal.

Mengapa Penyakit Jantung Koroner Menjadi Penyebab Utama Kematian?

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen. Sementara itu, prevalensi penyakit jantung koroner mencapai 0,5 persen pada 2013.

Secara global, data dari Global Status Report on NCD 2019 (IHME) mengungkapkan bahwa sebanyak 17,8 juta kematian, atau 1 dari 3 kematian di dunia, setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit jantung.

Fakta ini menggambarkan betapa seriusnya masalah ini dan urgensi untuk mengenali serta mengendalikan faktor-faktor risiko sejak dini.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Apa Penyebab Kematian Utama di Dunia?

Penyakit jantung iskemik, yang merupakan salah satu jenis penyakit jantung koroner, tetap menjadi penyebab utama kematian di dunia, bahkan setelah pandemi COVID-19.

Walaupun jumlah kematian akibat penyakit ini sedikit menurun pada 2021, Nadia menekankan bahwa penyakit jantung iskemik masih memegang peringkat pertama sebagai pembunuh nomor satu secara global.

Di Indonesia, stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian terbesar. Berdasarkan data, terjadi penurunan kematian akibat stroke dari 21,8 persen pada 2019 menjadi 18,49 persen pada 2021.

Namun, penyakit jantung iskemik tetap berada di urutan teratas sebagai ancaman yang harus diwaspadai.

Mengapa stroke dan penyakit jantung begitu mematikan di Indonesia? Menurut Nadia, salah satu alasannya adalah deteksi dini yang belum merata di seluruh wilayah.

Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi layanan kesehatan untuk mendeteksi dan menangani kondisi kardiovaskular dengan cepat.

 

 

3 dari 6 halaman

Apa Saja yang Dapat Memicu Penyakit Jantung?

Penyakit jantung bukan lagi ancaman yang hanya mengintai orang tua. Faktanya, kasus penyakit jantung kini semakin banyak terjadi pada usia muda. Menurut Nadia, hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat.

"Bisa dilihat penyakit jantung saat ini mulai banyak pada usia-usia muda. Kenapa terjadi pergeseran usia pada penyakit jantung? Karena adanya perubahan gaya hidup yang tidak sehat," katanya.

Penyakit jantung sendiri telah menjadi penyebab utama kematian global selama lebih dari dua dekade, dengan angka kematian mencapai 18,6 juta jiwa setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat, mencapai 24,2 juta pada tahun 2030.

Untuk itu, penting bagi kita untuk segera beralih pada gaya hidup yang lebih sehat guna menjaga jantung tetap kuat dan terhindar dari risiko mematikan ini.

Nadia, mengatakan, ada empat kebiasaan yang sering dilakukan banyak orang dan berpotensi besar memicu risiko penyakit jantung, yaitu merokok, kurangnya aktivitas fisik, minim konsumsi buah dan sayur, serta berlebihan dalam mengonsumsi gula, garam, dan lemak (GGL).

 

 

4 dari 6 halaman

Apa yang Dirasakan Gejala Awal Penyakit Jantung?

Penyakit jantung sering kali muncul secara diam-diam tanpa disadari. Padahal, mengenali gejala awal penyakit ini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Menurut Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, dr. Radityo Prakoso, ada beberapa tanda yang bisa mengarah pada penyakit jantung yang patut diwaspadai.

  • Nyeri dan Sesak di Dada
  • Mual dan Muntah
  • Keringat Dingin
  • Pusing atau Pingsan
  • Nyeri Menjalar ke Lengan, Rahang, atau Punggung
  • Kaki Bengkak
  • Mudah Lelah dan Berdebar-debar
  • Detak Jantung Tidak Teratur
  • Batuk Berkepanjangan dengan Dahak Berbusa

 

 

5 dari 6 halaman

Apakah Penyakit Jantung Dapat Dicegah?

Menurut dr. Radityo, 80 persen kasus penyakit jantung sebenarnya bisa dicegah. Ada dua jenis pencegahan yang bisa dilakukan: pencegahan primer dan sekunder.

Pencegahan Primer

Ini mencakup promosi kesehatan dan perlindungan spesifik untuk menghindari risiko penyakit jantung. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan meliputi:

  • Berhenti merokok.
  • Mengonsumsi makanan sehat.
  • Rutin berolahraga.
  • Menghindari alkohol berlebihan.
  • Tidur yang cukup.
  • Menjaga berat badan ideal.

Pencegahan Sekunder

Ini melibatkan deteksi dini dan penanganan awal. Melakukan pemeriksaan rutin seperti evaluasi tekanan darah, kolesterol, indeks massa tubuh (IMT), serta kadar gula darah dapat membantu mendeteksi penyakit jantung sejak dini dan mencegahnya semakin parah.

 

 

6 dari 6 halaman

Upaya Apa Saja yang Dapat Kamu Lakukan untuk Mencegah Penyakit Jantung Koroner?

Penyakit jantung koroner menjadi salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan dengan serius. Dalam upaya mencegah penyakit ini, Dr. Rita Ramayulis, perwakilan dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, menekankan pentingnya pengaturan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) dalam pola makan sehari-hari.

Konsumsi gula sebaiknya dibatasi hingga 50 gram per hari. Ini penting untuk mencegah peningkatan kadar gula darah yang bisa memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung.

Garam juga perlu dibatasi hingga 2.000 mg per hari dan lemak tidak lebih dari 67 gram per hari. Mengatur asupan ini dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mencegah risiko terkena penyakit koroner.

Pola makan yang seimbang sangat penting. Dr. Rita menyarankan agar pria berusia 19-29 tahun mengonsumsi makanan dengan total kalori sekitar 2.725 kkal per hari.

Pastikan piringmu dipenuhi dengan berbagai jenis makanan bergizi, seperti sayur, buah, protein tanpa lemak, dan biji-bijian.

Kementerian Kesehatan RI telah merumuskan pendekatan PATUH untuk pencegahan penyakit jantung. Salah satunya adalah periksa kesehatan secara rutin.

Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, kamu dapat mendeteksi masalah kesehatan sejak dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Jika kamu memiliki riwayat penyakit, penting untuk mengatasi penyakit tersebut dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

Melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan jantung.

Kemenkes RI mengimbau untuk menghindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.

Kementerian Kesehatan juga menyarankan pendekatan CERDIK, yaitu:

  • Cek kesehatan secara rutin
  • Enyahkan asap rokok
  • Rajin beraktivitas fisik
  • Diet sehat dengan kalori seimbang
  • Istirahat cukup
  • Kelola stres

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.