Trauma yang serius usai mengalami kecelakaan bisa menyebabkan nyawa korban tak terselamatkan. Ada berbagai penyebab yang membuat korban tak bisa tertolong.
Spesialis Penyakit Dalam dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH., MMB, menjelaskan, pada kecelakaan lalu lintas, trauma di kepala yang bisa menyebabkan kematian dalam waktu seketika.
"Kalau dari segi trauma, luka di kepala dengan pecah pembuluh darah atau bahasa awamnya gegar otak itu bisa menyebabkan meninggal," kata dr Ari saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (26/4/2013).
Menurutnya, pendarahan di kepala yang cukup parah bisa mematikan dalam hitungan menit.
Tak hanya trauma di kepala, dr Ari menjelaskan ada beberapa luka lainnya yang berbahaya dan bisa mematikan. Trauma di dada tamponade jantung juga berbahaya. Ketika terjadi pendarahan luas, bisa membanjiri paru dan mendorong jantung tak bisa berfungsi normal. Korban bisa mengalami Pneumothoraks atau Hemathoraks.
"Trauma tumpul di dada bisa membuat penumpukan udara di paru dan ini merusak paru dan jantung," jelasnya.
Dan ketika kecelakaan mengenai abdomen (perut), luka itu mungkin tak mematikan. Kecuali jika benda tajam mengenai aorta (pembuluh darah besar).
Ia mengatakan, seseorang yang mengalami kecelakaan motor biasanya mengalami cedera di kepala akibat benturan yang keras. Karena itulah orang bermotor disarankan menggunakan helm yang bisa melindunginya dari benturan keras di kepala.
"Kalau mobil bisa terkena benda tajam sehingga tertusuk pembuluh darahnya yang besar. Benturan setir di dada juga bisa menyebabkan udara ngumpul di paru-paru".
Sementara itu jika korban kecelakaan mengalami benturan yang keras di tulang leher bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan seluruh tubuh.
"Kalau itu hebat dan kondisi yang tidak siap bergerak bisa menyebabkan trauma bivertikal di leher. Ini yang bisa menyebabkan kelumpuhan di seluruh saraf yang terkena".
(Mel/Abd)
Spesialis Penyakit Dalam dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH., MMB, menjelaskan, pada kecelakaan lalu lintas, trauma di kepala yang bisa menyebabkan kematian dalam waktu seketika.
"Kalau dari segi trauma, luka di kepala dengan pecah pembuluh darah atau bahasa awamnya gegar otak itu bisa menyebabkan meninggal," kata dr Ari saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (26/4/2013).
Menurutnya, pendarahan di kepala yang cukup parah bisa mematikan dalam hitungan menit.
Tak hanya trauma di kepala, dr Ari menjelaskan ada beberapa luka lainnya yang berbahaya dan bisa mematikan. Trauma di dada tamponade jantung juga berbahaya. Ketika terjadi pendarahan luas, bisa membanjiri paru dan mendorong jantung tak bisa berfungsi normal. Korban bisa mengalami Pneumothoraks atau Hemathoraks.
"Trauma tumpul di dada bisa membuat penumpukan udara di paru dan ini merusak paru dan jantung," jelasnya.
Dan ketika kecelakaan mengenai abdomen (perut), luka itu mungkin tak mematikan. Kecuali jika benda tajam mengenai aorta (pembuluh darah besar).
Ia mengatakan, seseorang yang mengalami kecelakaan motor biasanya mengalami cedera di kepala akibat benturan yang keras. Karena itulah orang bermotor disarankan menggunakan helm yang bisa melindunginya dari benturan keras di kepala.
"Kalau mobil bisa terkena benda tajam sehingga tertusuk pembuluh darahnya yang besar. Benturan setir di dada juga bisa menyebabkan udara ngumpul di paru-paru".
Sementara itu jika korban kecelakaan mengalami benturan yang keras di tulang leher bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan seluruh tubuh.
"Kalau itu hebat dan kondisi yang tidak siap bergerak bisa menyebabkan trauma bivertikal di leher. Ini yang bisa menyebabkan kelumpuhan di seluruh saraf yang terkena".
(Mel/Abd)