Sukses

Studi Ungkap Manfaat Meditasi untuk Atasi Rasa Nyeri

Meditasi mindfulness telah lama dipuji sebagai alat yang efektif untuk mengelola tubuh dan pikiran. Namun bisakah kekuatan pikiran dan hubungan pikiran/tubuh dimanfaatkan untuk mengatasi rasa nyeri?

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa meditasi kesadaran atau mindfulness adalah strategi yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit.

Penelitian yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry ini menganalisis tanda-tanda rasa sakit dalam pemindaian MRI untuk menentukan hubungan antara kesadaran dan pengalaman tubuh terhadap rasa sakit.

Ketika diminta untuk menilai rasa sakit yang mereka alami, peserta yang dilatih meditasi mindfulness melaporkan lebih sedikit ketidaknyamanan dibandingkan mereka yang tidak menerima instruksi.

Menurut American Psychological Association, meditasi mindfulness, yang berasal dari praktik Hindu dan Budha kuno, adalah proses melatih perhatian untuk mencapai keadaan konsentrasi yang tenang.

APA mengatakan praktik ini dapat “membantu orang menghindari kebiasaan dan respons yang merusak atau otomatis” dengan mengamati pikiran, emosi, dan pengalaman lainnya saat ini tanpa menghakimi atau bereaksi.

Meditasi mindfulness telah lama dipuji sebagai alat yang efektif untuk tubuh dan pikiran. Penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan orgasme, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, dan meningkatkan hubungan sosial. Ketika dipraktekkan di tempat kerja, meditasi mindfulness melindungi dari kecemasan, stres, dan kelelahan.

Namun bisakah kekuatan pikiran dan hubungan pikiran/tubuh dimanfaatkan untuk mengatasi rasa nyeri?

“Pikiran sangatlah kuat, dan kami masih berupaya memahami bagaimana otak dapat dimanfaatkan untuk mengatasi rasa sakit,” jelas ahli anestesi Fadel Zeidan dari University of California San Diego (UCSD).

Zeidan, ahli saraf UCSD Gabriel Riegner dan tim peneliti mulai meneliti bagaimana otak memproses rasa sakit dan apakah efek meditasi kesadaran dapat mengurangi pengalaman kita.

 

2 dari 3 halaman

Libatkan 115 Peserta

 

Seperti yang dicatat oleh para peneliti, “Rasa sakit dibentuk oleh interaksi antara pengalaman seseorang, keadaan kognitif-afektif saat ini, dan harapannya.”

Penelitian ini melibatkan 115 peserta yang dibagi dalam dua uji klinis terpisah. Dalam kedua uji coba tersebut, betis kanan peserta disentuh dengan alat pemanas yang menghasilkan gelombang panas yang menyakitkan namun tidak berbahaya.

Menjelang percobaan, sejumlah peserta dilatih meditasi mindfulness.

Dalam empat sesi terpisah berdurasi 20 menit, kelompok ini belajar untuk fokus pada perubahan irama napas mereka dan mengakui serta menerima pasang surut pikiran dan perasaan tanpa reaksi atau penilaian.

Kelompok lain diberikan pelatihan palsu yang hanya terdiri dari pernapasan dalam; yang lain diberi krim plasebo yang menurut mereka dapat mengurangi rasa sakit, dan kelompok selanjutnya mendengarkan buku audio sebagai pengganti instruksi meditasi.

Pemindaian otak MRI digunakan sebelum dan sesudah eksperimen nyeri, dan peserta diminta menilai intensitas nyeri mereka pada skala nol hingga 10.

Pemindaian MRI memberikan informasi tentang beberapa tanda nyeri, termasuk tanda nyeri spesifik nosiseptif (NPS), yang berhubungan dengan intensitas; tanda nyeri afektif negatif (NAPS), yang mengukur pengalaman emosional kita terhadap rasa sakit; dan tanda nyeri yang tidak bergantung pada stimulus (SIIPS-1), yang berkaitan dengan ekspektasi kita terhadap nyeri.

Pemindaian MRI pada kelompok meditasi menunjukkan penurunan NPS dan NAPS yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok krim plasebo dan peserta lainnya.

Satu-satunya pengobatan yang menghasilkan respons yang jauh lebih rendah terhadap SIIPS-1 adalah krim plasebo.

 

3 dari 3 halaman

Efek Meditasi Mindfulness Terhadap Rasa Sakit

Menurut para peneliti, hasil tersebut menunjukkan bahwa efek pereda rasa sakit dari meditasi mindfulness didasarkan pada sifat-sifat di luar plasebo; jika tidak, meditasi akan berdampak signifikan pada SIIPS-1.

Zeidan menjelaskan, “Telah lama diasumsikan bahwa efek plasebo tumpang tindih dengan mekanisme otak yang dipicu oleh pengobatan aktif, namun hasil ini menunjukkan bahwa jika menyangkut rasa sakit, hal ini mungkin tidak terjadi. Sebaliknya, kedua respons otak ini sangat berbeda, sehingga mendukung penggunaan meditasi kesadaran sebagai intervensi langsung untuk nyeri kronis, bukan sebagai cara untuk menggunakan efek plasebo.”

Zeidan dan timnya berharap temuan mereka akan membantu mengubah bentuk pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup orang yang mengalami nyeri kronis.

“Dengan memisahkan rasa sakit dari diri sendiri dan melepaskan penilaian evaluatif, meditasi kesadaran dapat secara langsung mengubah cara kita mengalami rasa sakit dengan cara yang tidak menggunakan obat-obatan, tanpa biaya, dan dapat dipraktikkan di mana saja,” kata Zeidan.

Zeidan melanjutkan, “Kami bersemangat untuk terus mengeksplorasi neurobiologi mindfulness dan bagaimana kami dapat memanfaatkan praktik kuno ini.”

Video Terkini