Sukses

Ini Alasan Batuk dan Pilek Jangan Diobati dengan Antibiotik, Simak Penjelasannya di Sini!

Batuk dan pilek? Jangan terburu-buru minum antibiotik! Cari tahu risiko dan efek samping yang bisa ditimbulkan.

Liputan6.com, Jakarta - Batuk dan pilek adalah dua penyakit yang sering dialami banyak orang, terutama saat perubahan cuaca. Saat gejala-gejala ini muncul, tidak sedikit orang yang langsung mencari antibiotik sebagai solusi cepat.

Padahal, tahukah kamu bahwa minum antibiotik untuk mengobati batuk dan pilek justru salah besar? Kedua penyakit ini umumnya disebabkan oleh virus, seperti virus flu atau rhinovirus. Sementara itu, antibiotik hanya bekerja efektif melawan bakteri, bukan virus.

Mengonsumsi antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus tidak akan memberikan manfaat apa pun. Malahan, ini bisa memicu masalah kesehatan baru.

Obat Antibiotik Itu untuk Apa Sih?

Menurut sebuah artikel yang telah ditinjau secara medis oleh Alisha D Sellers, BS Pharmacy, PharmD dari Medical News Today, antibiotik adalah obat yang dirancang khusus untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Obat ini bekerja dengan dua cara: menghentikan bakteri berkembang biak atau langsung menghancurkan bakteri tersebut. Jadi, antibiotik sangat berguna ketika tubuh kita tidak mampu melawan infeksi bakteri sendirian.

Kenapa Orang Butuh Antibiotik?

Sebenarnya, sistem imun tubuh kita sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk melawan bakteri. Ketika bakteri masuk ke dalam tubuh, sel darah putih (WBC) bertugas menyerang dan menghancurkan bakteri tersebut sebelum mereka sempat berkembang biak dan menimbulkan gejala.

Namun, dalam beberapa kasus, jumlah bakteri berbahaya bisa terlalu banyak, dan sistem imun kita kewalahan. Di sinilah antibiotik menjadi penyelamat. Antibiotik membantu tubuh mengendalikan infeksi dengan membunuh bakteri yang terlalu kuat atau terlalu banyak untuk dilawan oleh sistem imun sendiri.

 

 

2 dari 4 halaman

Mengapa Antibiotik Tidak Membantu Penyembuhan Pilek?

Dilansir dari Vaccination and Immunisation Matters di health.qld.gov.au pada Senin, 7 Oktober 2024, pilek biasanya disebabkan oleh virus, seperti virus influenza atau rhinovirus. Antibiotik dirancang untuk melawan bakteri, bukan virus.

Jadi, ketika kita mengonsumsi antibiotik saat pilek, obat ini tidak akan bekerja efektif karena virus dan bakteri memiliki cara kerja yang berbeda dalam tubuh.

Bakteri menyerang tubuh dari luar sel, sedangkan virus justru masuk ke dalam sel tubuh kita dan memanfaatkan sel-sel sehat untuk bereproduksi. Karena virus bersembunyi di dalam sel, antibiotik tidak bisa menjangkau dan membunuhnya.

Antibiotik hanya bekerja dengan menyerang dinding sel bakteri, sementara virus tidak memiliki dinding sel yang sama. Inilah sebabnya mengapa antibiotik tidak bisa melawan virus penyebab pilek.

 

3 dari 4 halaman

Apa Efek Samping Minum Obat Antibiotik Ketika Batuk dan Pilek?

Bukan hanya tidak efektif, mengonsumsi antibiotik saat tidak diperlukan, seperti ketika pilek, juga bisa membawa risiko berbahaya. Salah satu risiko terbesar adalah resistensi antibiotik.

Ini adalah kondisi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik karena terpapar terlalu sering. Jika bakteri menjadi kebal, infeksi yang seharusnya bisa diobati dengan mudah justru menjadi lebih sulit atau bahkan tidak bisa diobati lagi.

Selain itu, mengonsumsi antibiotik tanpa alasan yang tepat juga bisa menyebabkan efek samping seperti ruam, sakit perut, atau diare. Efek samping ini tentunya bisa mengganggu dan memperparah kondisi kesehatan yang sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa antibiotik.

 

4 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Agar Cepat Sembuh Dari Pilek?

Alih-alih minum antibiotik, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Mohammad Syahril mengatakan bahwa kamu bisa mencoba cara tradisional untuk meredakan pilek.

Perbanyak istirahat, minum air putih yang cukup, dan konsumsi makanan bergizi adalah langkah-langkah yang bisa membantu tubuh melawan infeksi virus.

Jika gejala pilek semakin parah atau tidak kunjung sembuh, barulah konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.