Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Cedera Saraf Tulang Belakang: Penyebab, Faktor Risiko, Gejala hingga Penanganannya

Cedera saraf tulang belakang umumnya disebabkan oleh kecelakaan saat berkendara, cedera saat berolahraga, atau kekerasan fisik.

Liputan6.com, Jakarta Cedera tak hanya dapat terjadi pada kaki atau tangan tapi juga pada saraf tulang belakang. Cedera pada bagian tubuh disebut cedera saraf tulang belakang.

Cedera saraf tulang belakang umumnya disebabkan oleh kecelakaan saat berkendara, cedera saat berolahraga, atau kekerasan fisik.

Saraf tulang belakang adalah terusan dari otak yang membentang dari leher hingga ke tulang ekor. Jika saraf ini rusak, akan terjadi gangguan pada beberapa fungsi tubuh, seperti hilangnya kemampuan untuk bergerak atau merasakan sesuatu.

“Cedera pada saraf tulang belakang harus segera ditangani. Jika penanganan tidak segera dilakukan, penderita mungkin perlu masa pemulihan yang lebih lama. Selain itu, kemungkinan perburukan kondisi atau kemunculan komplikasi juga akan makin besar,” tulis dokter spesialis bedah saraf RS EMC Cikarang Lukas Galileo Malau dalam laman resmi EMC dikutip Selasa (8/10/2024).

Penyebab Traumatis

Lukas menambahkan, kerusakan saraf tulang belakang dapat dipicu oleh penyebab traumatis (primer) atau non traumatis (sekunder) yang dialami oleh tulang belakang. Beberapa contoh penyebab traumatis dari cedera saraf tulang belakang adalah:

  • Kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan merupakan penyebab yang paling umum dari kondisi ini.
  • Pertambahan usia, khususnya yang berusia diatas 65 tahun, memiliki risiko mengalami cedera saraf tulang belakang akibat terjatuh.
  • Olahraga atau cedera saat rekreasi, beberapa kegiatan atletis seperti menyelam di perairan dangkal, berkuda, ski, papan luncur, dan lain-lain berisiko menyebabkan cedera saraf tulang belakang ketika terjatuh.
  • Tindak kekerasan, cedera dapat bermula dari luka tembak dan luka tusuk yang ikut memotong atau melukai saraf tulang belakang.

Penyebab Non Traumatis

Sementara, penyebab non traumatis dari cedera saraf tulang belakang adalah:

  • Penyakit seperti kanker, arthritis, peradangan, osteoporosis, kelainan tulang atau sendi, dan infeksi atau penurunan jumlah diskus tulang belakang.
  • Penggunaan alkohol secara berlebihan merupakan salah satu penyebab cedera saraf tulang belakang yang umum.
2 dari 4 halaman

Apa Saja Faktor Risiko Cedera Saraf Tulang Belakang?

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang alami penyakit ini, antara lain:

  • Jenis kelamin, karena cedera saraf tulang belakang rentan terjadi pada pria.
  • Usia, karena orang-orang yang berusia 16-30 tahun atau di atas 65 tahun lebih rentan terkena cedera saraf tulang belakang.
  • Berpartisipasi dalam aktivitas yang berisiko tinggi seperti melompat ke dalam air dangkal atau berolahraga tanpa perlengkapan pelindung yang sesuai dapat menyebabkan trauma tulang belakang.
  • Penyakit tulang atau sendi yang lain.
3 dari 4 halaman

Apa Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang?

Cedera tulang belakang dapat menyebabkan satu atau lebih tanda dan gejala, seperti:

  • Kehilangan gerakan/kelumpuhan.
  • Kehilangan kemampuan untuk merasakan panas, dingin, dan sentuhan.
  • Kehilangan kontrol usus atau kandung kemih.
  • Aktivitas refleks yang berlebihan tau kejang.
  • Perubahan fungi seksual, sensitivitas seksual dan kesuburan.
  • Rasa sakit atau sensasi menyengat yang disebabkan oleh kerusakan pada serabut saraf di sumsum tulang belakang.
  • Kesulitan bernapas, batuk, atau mengeluarkan lendir dari paru-paru.
  • Nyeri punggung yang ekstrem atau tekanan di leher, kepala, atau punggung.
  • Mati rasa, kesemutan, atau hilangnya sensasi di tangan, jari tangan, kaki atau jari kaki.
  • Posisi leher atau punggung aneh atau bengkok.
4 dari 4 halaman

Bagaimana Pengobatan Cedera Saraf Tulang Belakang?

Pada cedera yang terjadi akibat kecelakaan, pasien perlu dipasangkan penyangga leher segera setelah kecelakaan berlangsung. Hal ini untuk menghindari gerakan pada tulang belakang yang dapat membuat cedera semakin memburuk.

Setelah itu, pasien akan diletakkan pada tandu khusus untuk dibawa ke IGD. Pada kondisi kritis setelah kecelakaan, dokter IGD akan melakukan tindakan untuk menjaga kemampuan bernapas pasien, mencegah terjadinya syok, dan menjaga kestabilan tulang belakang.

Setelah pasien dalam keadaan stabil, dokter akan mulai memberikan terapi untuk menangani cedera saraf tulang belakang itu sendiri. Beberapa upaya yang dilakukan dokter meliputi:

Pemasangan Traksi

Pasien dapat diberikan penyangga leher dan punggung atau tempat tidur khusus, agar kepala, leher, atau punggungnya tidak bergerak sama sekali. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kondisi pasien bertambah parah dan untuk mengembalikan susunan tulang belakang ke posisi normal.

Pembedahan

Jika diperlukan, dokter akan melakukan bedah untuk menstabilkan posisi tulang belakang yang patah, membuang potongan-potongan tulang, benda asing, atau retakan tulang belakang yang menekan saraf tulang belakang.

Pasien juga akan mendapatkan terapi pendukung, seperti infus cairan dan nutrisi, selang makan, dan kateter urine. Pada beberapa kasus, pasien membutuhkan ventilator untuk bisa bernapas dengan baik.

Perawatan Lanjutan

Baik untuk pasien traumatis maupun nontraumatis, dokter akan menjalankan prosedur fisioterapi setelah kondisi pasien membaik. Namun, waktu yang dibutuhkan hingga pasien dapat menjalani fisioterapi bisa berbeda-beda. Makin besar kerusakan yang terjadi, makin lama pula waktu yang dibutuhkan.

Pada masa rehabilitasi, pasien akan diarahkan oleh dokter untuk melatih kekuatan otot dan mengembalikan kemampuan bergerak. Jika diperlukan, dokter akan memberikan obat untuk meredakan nyeri.

Pasien yang belum pulih dan mengalami kelumpuhan dianjurkan untuk menggunakan alat penunjang khusus.

Masa pemulihan cedera saraf tulang belakang biasanya berlangsung sekitar 1 minggu hingga 6 bulan. Namun, pada beberapa kasus, waktu yang dibutuhkan pasien untuk kembali pulih dan dapat bergerak bebas bisa mencapai 1–2 tahun.