Liputan6.com, Jakarta Ambliopia atau mata malas hanya terjadi pada anak-anak. Ambliopia adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata.
Ambliopia sering disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.
Baca Juga
Pengobatan yang dilakukan dengan segera pada anak dengan ambliopia bisa mencegah anak dari kebutaan permanen.
Advertisement
Menurut dokter spesialis mata konsultan Feti Karfiati Memed amblopia mulai sulit disembuhkan setelah anak berusia lima tahun. Sehingga bila pemeriksaan penglihatan dilakukan pada usia sekolah bisa jadi terlambat.
"Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen," ujar Feti dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia bersama Kemenkes RI.
Anak-Anak seperti Apa yang Berisiko Alami Mata Malas atau Ambliopia?
Feti mengatakan anak-anak yang berisiko mengalami ambliopia antara lain pada anak yang memiliki riwayat keluarga: strabismus atau mata juling, mata malas, atau penggunaan kacamata sejak kecil.
Lalu, riwayat medis seperti kelahiran prematur, perkembangan terlambat, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia.
Selain itu, riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur juga perlu diperhatikan.
Â
Skrining Mata Mulai dari Bayi Baru Lahir
Feti mengatakan skrining mata pada anak dilakukan pada beberapa tahapan usia yakni;
Bayi baru lahir
Skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan atau usia 0 hingga 2 tahun. Sehingga bisa riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.
Pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan atau
"Kemudian, cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistagmus, jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus, kemudian bagaimana posisi bola mata apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover tes untuk melihat ada juling atau tidak," tutur Feti yang sehari-hari praktik di RS Cicendo.
Umur 3-4 Tahun
Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatannya dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.
Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki atau 3 meter, dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar.
Advertisement
Skrining Selanjutnya Umur 5 Tahun ke Atas
Skrining selanjutnya dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun. Anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata, dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.
Bila Ada Masalah pada Mata Anak, Pengobatan Bisa Ditanggung BPJS Kesehatan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi sebagian pembiayaan kesehatan untuk ambliopia atau kasus-kasus anak lainnya akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Tentu saja jika terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Mengingat ambliopia bisa menyebabkan kebutaan bila tidak diterapi maka deteksi dini perlu dilakukan.Â
"Dalam rangka Hari Kesehatan Mata, kami benar-benar ingin mengingatkan kepada masyarakat, terutama untuk melakukan deteksi lebih dini, dan kalau memang kita perlu perkuat guru-guru di sekolah agar dapat memperhatikan anak didiknya. Kalau anak didik duduk pada jarak tertentu tapi tidak bisa baca, ini harus segera dikonsultasikan," ucap Nadia.
Advertisement