Sukses

Viral Larangan Beri Teh pada Balita yang Ternyata Bisa Picu Anemia, Simak Faktanya agar Si Kecil Tetap Sehat

Viral! Ternyata, memberikan teh kepada balita bisa berisiko menimbulkan anemia. Kenapa?Yuk, simak fakta menariknya!

Liputan6.com, Jakarta Sebuah peringatan yang viral di media sosial mengingatkan orang tua untuk tidak memberikan teh kepada anak balita. Peringatan ini berasal dari sebuah kertas bertuliskan 'Resep Rawat Jalan' yang diunggah oleh akun TikTok @dr.jatikusuma.spa.

Dalam unggahan tersebut, dijelaskan mengapa teh sebaiknya dihindari untuk anak kecil. Salah satu alasannya adalah teh dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh, yang dapat berujung pada anemia.

Mengapa Zat Besi Baik untuk Balita?

Zat besi adalah nutrisi krusial yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Menurut artikel yang ditinjau oleh ahli gizi Kathy W. Warick, RDN, CDCES, dari Healthline, kekurangan zat besi dapat mengakibatkan tubuh tidak mampu memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup, sehingga meningkatkan risiko anemia defisiensi zat besi.

Bayi yang mendapatkan ASI umumnya memperoleh zat besi yang memadai dari susu ibunya. Namun, saat anak mulai mengonsumsi makanan padat, risiko kekurangan zat besi bisa meningkat, terutama jika pola makannya tidak seimbang. Sayangnya, kondisi anemia defisiensi zat besi sering kali sulit dideteksi karena tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal.

Dalam kertas tersebut, Jati menjelaskan bahwa zat besi memiliki peran penting dalam perkembangan otak anak, meningkatkan kecerdasan, kemampuan kognitif, konsentrasi, serta IQ.

Selain itu, zat besi juga berfungsi mendukung sistem kekebalan tubuh, memberikan energi bagi otot, membantu keterampilan motorik, dan berperan dalam pencegahan stunting.

2 dari 4 halaman

Kisah Nyata dari Balik Konten Viral yang Dibagikan dr Jati Kusuma SpA

Di sebuah unggahan di Instagram, dr. Jatikusuma menceritakan kisah dari balik kertas viral ini yang ternyata tentang salah satu pasiennya, seorang bocah berusia 2 tahun yang mengalami kadar hemoglobin (Hb) sangat rendah, hanya 8,7 (seharusnya di atas 11).

Yang mengejutkan, orang tua anak tersebut tidak menyadari masalah ini karena sang anak terlihat ceria dan aktif. Anemia ini baru terdeteksi ketika si kecil dirawat di rumah sakit akibat penyakit lain, yaitu bronkopneumonia.

Setelah diselidiki, terungkap bahwa sang nenek sering memberikan teh kepada anak itu, karena ia lebih menyukai minuman tersebut. Padahal, teh mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi, sehingga berpotensi menyebabkan anemia defisiensi zat besi.

Fakta Menarik tentang Anemia Defisiensi Zat Besi

Menurut dr. Jatikusuma, banyak kasus anemia defisiensi zat besi pada anak-anak yang sulit dideteksi. Hal ini tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, tetapi juga di perkotaan. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar pemberian suplementasi zat besi dimulai sejak bayi untuk mencegah terjadinya anemia ini.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang rutin mengonsumsi teh lebih rentan terhadap anemia. Tanin dalam teh dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dari makanan.

Selain itu, anak yang sudah kenyang minum teh mungkin kehilangan nafsu makan untuk makanan bergizi yang kaya akan zat besi. Mari kita lebih bijak dalam memilih minuman untuk anak-anak kita demi kesehatan mereka!

3 dari 4 halaman

Kenapa Balita Tidak Boleh Minum Teh?

Teh, khususnya teh hitam dan teh hijau, mengandung kafein dan tanin yang bisa berdampak negatif bagi anak-anak. Menurut informasi dari WebMD pada Jumat, 11 Oktober 2024, kafein dapat menyebabkan anak merasa gelisah, mengalami sakit perut, menderita sakit kepala, dan mengalami gangguan tidur.

 Di sisi lain, tanin dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan, yang berisiko menyebabkan anemia. Beberapa gejala anemia pada anak yang perlu diwaspadai antara lain kulit pucat, mudah lelah, mudah marah, nafsu makan menurun, pertumbuhan terhambat, dan sering mengalami infeksi.

Gejala-gejala ini mungkin tidak langsung terlihat, tetapi dalam jangka panjang dapat memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membatasi asupan teh pada anak-anak demi menjaga kesehatan mereka.

4 dari 4 halaman

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Sebagai upaya pencegahan, dr. Jatikusuma mengingatkan para orang tua, kakek-nenek, dan pengasuh lainnya untuk tidak memberikan teh kepada anak balita.

Jika ingin menyajikan minuman atau makanan untuk si kecil, sebaiknya selalu berdiskusi dengan orang tua anak guna memastikan keamanan dan kesehatan mereka.

Dengan memahami dampak negatif teh terhadap penyerapan zat besi, orang tua dapat lebih selektif dalam memilih asupan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah risiko anemia defisiensi zat besi.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence