Liputan6.com, Jakarta - Monosodium glutamat (MSG), atau umum dikenal dengan sebutan micin, kerap jadi topik perdebatan dalam dunia kuliner. Di satu sisi, banyak yang memujinya sebagai kunci kelezatan makanan, sementara di sisi lain, tidak sedikit yang ragu akan keamanannya bagi kesehatan.
Dalam konteks diet sehat untuk keluarga, penting untuk memahami fakta dan mitos terkait penguat rasa yang beredar.
Baca Juga
MSG merupakan zat yang digunakan untuk meningkatkan rasa umami dalam makanan. Umami, sering disebut sebagai rasa kelima setelah manis, asam, asin, dan pahit, menciptakan sensasi gurih yang mendalam.
Advertisement
Mengutip laman Kementerian Kesehatan, MSG adalah penambah rasa yang sudah dikenal oleh masyarakat. Umumnya, penguat rasa ini berupa kristal putih yang dibuat dari ekstrak bahan alami (tetes tebu) yang difermentasi. Ada tiga kandungan zat dalam MSG yakni asam glutamat 78 persen, natrium 12 persen dan air 10 persen. Asam glutamat yang menjadi zat utama dalam penguat rasa ini merupakan asam amino yang sama yang terkandung dalam makanan alami sehari-hari seperti tomat, keju, daging dan lainnya.
Penguasaha kuliner Leony Susan berpendapat, "MSG berfungsi untuk memperkuat rasa makanan tanpa harus menambah asupan garam yang berlebihan."
Tak dimungkiri, pada era di mana kesehatan mulai menjadi perhatian utama, penggunaan MSG kerap kali dipertanyakan. Terlebih, masih ada mitos terkait MSG yang beredar di masyarakat hingga kini. Salah satu mitos yang paling umum adalah anggapan bahwa MSG dapat menyebabkan sakit kepala, alergi, atau reaksi negatif lainnya.
Meski demikian, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang kuat bahwa MSG menyebabkan sejumlah reaksi tersebut.
Mitos lain yang juga kuat beredar yakni zat tersebut hanya digunakan dalam makanan cepat saji dan tidak sehat. Padahal, monosodium glutamat ditemukan dalam berbagai bahan makanan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, juga pada sajian masakan di rumah. Seperti misalnya sup, nasi goreng, bahkan salad. Menambahkan MSG dinilai sebagai acara yang baik untuk meningkatkan rasa tanpa harus menambah garam.
Aman Dikonsumsi Dalam Jumlah Wajar
Sejumlah penelitian menunjukkan, MSG aman dikonsumsi dalam jumlah wajar. Membubuhkan MSG pada masakan pun dinyatakan aman oleh berbagai badan kesehatan dunia. Lembaga eperti Food and Drug Administration (FDA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa MSG tidak menimbulkan risiko berbahaya jika digunakan secara moderat.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan, MSG adalah penambah rasa yang sudah dikenal oleh masyarakat. Umumnya, penguat rasa ini berupa kristal putih yang dibuat dari ekstrak bahan alami (tetes tebu) yang difermentasi. Ada tiga kandungan zat dalam MSG yakni asam glutamat 78 persen, natrium 12 persen dan air 10 persen. Asam glutamat yang menjadi zat utama dalam penguat rasa ini merupakan asam amino yang sama yang terkandung dalam makanan alami sehari-hari seperti tomat, keju, daging dan lainnya.
MSG juga menawarkan manfaat lain, yakni kemampuannya untuk mengurangi penggunaan garam tanpa mengorbankan rasa. Dengan menambahkan MSG ke dalam masakan, penggunaan garam bisa dikurangi hingga 30%,. Hal ini tentunya berdampak baik bagi kesehatan jantung dan tekanan darah.
Advertisement
Menggunakan MSG dengan Bijak dalam Diet Keluarga
Penggunaan penguat rasa dalam pola makan keluarga dapat membantu menciptakan makanan yang lebih lezat sekaligus sehat.
Di Indonesia, MSG merupakan salah satu bahan tambahan pangan penguat rasa yang paling aman dan diizinkan untuk dikonsumsi. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Tahun 2012 dengan takaran secukupnya. Aturan lain adalah Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan RI No.23 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa.
MSG tidak hanya berperan sebagai penguat rasa, tetapi juga membantu menciptakan hidangan yang lebih sehat dengan mengurangi asupan garam. Saat memasak untuk keluarga, pastikan untuk menggunakannya secara seimbang dan sesuai selera.
Salah satu tips dari Leony adalah untuk selalu membaca label produk dan memilih MSG yang berkualitas.
“Ketika digunakan dengan bijak, MSG dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam menciptakan hidangan yang enak dan sehat,” ujarnya.